Rabu, 11 Juni 2014

Kebahagiaan:Antara Jiwa, Raga, dan Ruh



Kebahagiaan:Antara Jiwa, Raga, dan Ruh

Filed under: Agama, Resensi
Berikut kutipan resensi buku “Kebahagiaan: Antara Jiwa, Raga, dan Ruh”, yang ditulis oleh Haidar Bagir(Direktur Utama Mizan Pustaka), semoga menjadi motivasi untuk membeli dan membaca bukunya…:)
Apa itu kebahagiaan??
* Kesejahteraan (wellbeing), yakni kepuasan atau pemenuhan hal-hal yang dianggap penting dalam hidup (eksternal). Lawannya adalah ketiadaan atau kekurangan (deprivation) hal-hal tersebut.
* Kerelaan, yakni terhadap keadaan yang di dalamnya seseorang berada (internal). Lawannya adalah kegelisahan atau kecemasan. (Meskipun demikian, seperti juga dinyatakan Heidegger, karena merupakan suatu modus eksistensial, ia—disebutnya angst—justru bisa menjadi awal kebahagiaan. Tentunya jika disikapi dengan benar. Karena, kegelisahan sesungguhnya adalah bagian—meski mungkin preliminer—dari kesadaran spiritual).
* Perasaan mengetahui makna hidup, yang kadang diidentikkan dengan perasaan dekat dengan Tuhan.

Hirarki Kebutuhan
Mengingat kebahagiaan sama dengan kesejahteraan (wellbeing), yakni pemenuhan kebutuhan-kebutuhan, maka kita pun perlu mengetahui kebutuhan-kebutuhan hidup itu. Di bawah ini hirarkinya menurut Abraham Maslow :
* Fisikal : Sandang, pangan, papan
* Keamanan
* Pertemanan dan sense of belonging dalam sebuah kekelompokan,
* Self Esteem
* alias perasaan dihargai Self Actualization
: kecukupan ruang untuk mengekspresikan diri, mengekspresikan segala minat dan kemampuan.

(Meski, menurut Tony Buzan, self actualization identik dengan spiritual intelligence, saya—setidaknya untuk menegaskan—ingin menambahkan satu tingkat kebutuhan lagi, yakni:
* Pertemanan dengan (apa yang dipersepsi) sebagai Tuhan. Inilah—yang belakangan disebut sebagai—Spiritual Intelligence (SQ) itu.
Keadaan Mengalir (Flow State)
Menurut penelitian, inilah beberapa keadaan yang menandai perasaan bahagia, yang satu sama lainnya berkaitan:
* Konsentrasi yang lebih dalam. Dengan kata lain, pikiran tidak terpecah-pecah atau sebuah keadaan holistik.
* (Perasan memiliki) kendali penuh atas segala sesuatu.
* Momen sekarang sebagai satu-satunya hal yang penting. Mungkin identik dengan keadaan berikut:
* Perubahan sense of time, yang di dalamnya waktu tertransendensikan dan tak terasakan sebagai kekuatan yang mengendalikan (dan memotong-motong durasi) kehidupan kita.
* Hilangnya ego, yakni menguapnya batasan-batasan individual yang bersifat mental (pikiran) dan psikologis. Dengan kata lain, hilangnya gagasan tentang diri kita sebagai sesuatu yang berbeda dari alam selebihnya. (Dalam mistikisme atau tasawuf, keadaan (hal) seperti ini—ketika telah mencapai puncaknya—disebut sebagai ekstase atau wajd)

Kebahagiaan dan Hal-Hal Praktis
Baiklah akhirnya saya berikan beberapa ilustrasi tentang pengaruh kepuasan fisikal dan psikologis-praktis atas kebahagiaan. Betapapun praktis, kesimpulan-kesimpulan ini diringkaskan dari berbagai penelitian psikiatris sebagaimana terungkap dalam berbagai jurnal dan artikel ilmiah mengenai bidang ini:
* Satu jam nonton TV akan mengurangi kesenangan sebesar 5%
* Rutinitas keluarga memperbaiki kebahagiaan hingga 5%
* Mendukung tim olahraga tuan rumah dapat meningkatkan kebahagiaan hingga 4%
* Menjadi sukarelawan menjadikan orang merasa nyaman dengan dirinya, merasa memiliki tujuan, merasa dihargai, dan kecil kemungkinan merasa bosan
* Olahraga meningkatkan kebahagiaan sebesar 12%. Kegiatan ini meningkatkan citra diri.
* Orang yang mengapresiasi humor sehingga banyak tertawa sepertiga lebih berbahagia dibanding lainnya.
* Makan buah-buahan meningkatkan kebahagiaan hingga 11%
* Setiap pengurangan 1 jam dari tidur malam yang cukup—yakni 8 jam sehari—mengurangi perasaan positif hingga 11%
* Orang-orang yang selalu menyediakan kertas dan pena untuk mencatat gagasan-gagasan-terbaiknya terbebas dari kemungkinan 37% kurang puas dibanding orang-orang yang merasa sering kehilangan gagasan-gagasan karena tak sempat mencatatnya.
* Interaksi yang intens dengan komunitas—kelompok teman, tetangga—meningkatkan kebahagiaan hingga 30%
* Musik terbukti meningkatkan perasaan “flow” yang menjadi sumber kebahagiaan
* Orang yang memiliki hobi lebih bahagia 6% ketimbang yang tidak.
* Iri hati mengurangi kebahagiaan hingga 26%
* Perasaan bahagia dapat dipengaruhi oleh aroma, dan sebaliknya.
* Orang-orang yang banyak membaca lebih bahagia karena mereka 8% lebih ekspresif.

Beberapa ilustrasi lain:
* Fisik yang tidak sehat terbukti bisa menimbulkan stress. Jika peredaran darah dalam tubuh tidak lancar, apalagi orang menderita darah tinggi, maka pengaruhnya terhadap ketenangan pikiran menjadi pasti.
* Terbukti bahwa penyakit jiwa bisa (baca: perlu) diobati melalui fisik. Inilah pada dasarnya prinsip yang yang melandasi psikiatri—yang antara lain, terkenal dengan berbagai sarana pengobatan untuk mempengaruhi mood (mood inducing drugs).
* Berkembangnya, belakangan ini, aroma terapi, dan terapi warna yang juga bisa mempengaruhi mood.
* Peran relaksasi—termasuk meditasi—dalam menimbulkan ketenangan, yang makin lama makin diakui. Juga, peran relaksasi sebagai kondisi bagi hadirnya pencerahan.
Yang dibicarakan di sini adalah kebahagiaan di dunia. Karenanya, persoalan ketuhanan atau spiritualitas dibicarakan hanya dalam hubungannya dengan kebahagiaan dunia.
Semoga bermanfaat,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar