Shalat Tarawih
Shalat
tarawih adalah salah satu ibadah ibadah yang disunnahkan pada bulan ramadhan. Dilaksanakan setelah shalat ‘Isya’ sebanyak 20
rakaat dengan sepuluh salam (melakukan salam setiap dua rakaat), yang kemudian
diiringi shalat witir tiga rakaat. Dan sunnah dilaksanakan secara berjamaah.
Mengenai
bilangan tarawih dijelaskan dalam hadits:
عَنْ يَزِيدَ بْنِ رُومَانَ أَنَّهُ قَالَ كَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ
فِي زَمَانِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فِي رَمَضَانَ بِثَلاَثٍ وَعِشْرِينَ
رَكْعَةً (موطأ مالك، 233)
“Dari
Yazid bin Ruman, “Orang-orang (kaum muslimin) pada masa ‘Umar melakukan shalat malam di bulan Ramadhan 23
raka‘at”(dua puluh tarawih dan tiga witir). (Muwaththa’ Malik, 233)
Ini
adalah dalil yang menjelaskan jumlah rakaat shalat tarawih. Syaikh Isma`il bin
Muhammad al-Anshari menyatakan:
“Hadits
ini dishahihkan oleh Imam Nawawi dalam kitab beliau, al-Khulashah
dan al-Majmu‘, dan diakui oleh al-Zaila‘i dalam kitabnya Nashb al-Rayah, Ibn
al-‘Iraqi dalam kitabnya Tharh al-Tatsrib, al-‘Aini dalam kitabnya
‘Umdah al-Qari, al-Suyuthi dalam kitabnya al-Mashabih fi Shalat al-Tarawih,
‘Ali al-Qari dalam kitabnya Syarh al-Muwaththa’ serta ulama-ulama yang
lain”. (Tashhih
Hadits Shalah al-Tarawih `Isyrina Rak’ah, 7)
Hal yang
sama juga ditegaskan oleh Ibn Taimiyyah dan Syaikh ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdil Wahhab:
“Imam Ibn
Taimiyyah berkata dalam kitab Fatawa-nya, “Telah terbukti bahwa sahabat Ubai
bin Ka‘ab mengerjakan shalat Ramadhan bersama orang-orang waktu itu sebanyak
dua puluh raka’at. Lalu mengerjakan witir tiga raka’at. Kemudian mayoritas
ulama mengatakan bahwa itu adalah sunnah. Karena pekerjaan itu dilaksanakan di tengah-tengah
kaum Muhajirin dan Anshar, tapi tidak ada satupun di antara mereka yang
menentang atau melarang perbuatan itu”. Dalam kitab Majmu‘ Fatawi al-Najdiyah
diterangkan tentang jawaban Syaikh ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdil Wahab
tentang bilangan raka’at shalat tarawih. Ia mengatakan bahwa setelah sahabat
‘Umar mengumpulkan manusia untuk shalat berjama‘ah kepada Ubay bin Ka‘ab, maka
shalat mereka kerjakan adalah dua puluh raka’at”. (Tashhih Hadits Shalah al-Tarawih `Isyrina Rak’ah, 13-14)
Kalau melihat pada shalat tarawih
yang dilaksanakan di masjid al-Haram dan masjid Nabawi, ternyata sejak dahulu
hingga saat ini, shalat tarawih selalu dikerjakan sebanyak 20 raka’at.
Sebagaimana yang diceritakan oleh Syaikh Muhammad ‘Ali al-Shabuni mantan
Guru Besar di Universitas Ummul Qura Makkkah al-Mukarromah. (Al-Hadyu al-Nabawiyyu al-Shahih Fi
Shalah al-Tarawih, 73-75)
Dari sisi lain, KH. Bisyri Mustafa
menyatakan bahwa secara esensial melaksanakan shalat tarawih dua puluh rakaat
itu berarti mengamalkan hadits nabi Muhammad SAW yang menjelaskan keutamaan
serta anjuran mengikuti jejak sahabat Umar RA. (Risalah Ijtihad dan Taqlid,
15).
Kaitannya dengan hadits:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ مَا كَانَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ
عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً (صحيح البخاري، 1079)
“Dari Sayyidatuna Aisyah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW tidak
pernah menambah shalat malam pada bulan ramadhan atau bulan lain melebihi
sebelas rakaat” (Shahih al-Bukhari, 1079)
Yang
harus dicermati bahwa hadits tersebut ada kalimat “pada bulan Ramadhan dan di
luar bulan Ramadhan” ini artinya bahwa shalat yang Nabi SAW lakukan bukan
shalat tarawih. Karena shalat Tarawih
hanya dilakukan pada bulan Ramadhan.
Karena
itu, dalam kitab Tuhfah al-Muhtaj juz II hal 229 Ibn Hajar al-Haitami
menyatakan bahwa Hadits tersebut adalah dalilnya shalat witir, bukan dalil
shalat tarawih. Sebab dalam banyak riwayat disebutkan bahwa Nabi SAW
malaksanakan shalat witir bilangan maksimal adalah sebelas rakaat
Mengenai pelaksanaan tarawih dua
rakaat dengan satu salam, hal ini sesuai dengan
tuntunan Nabi SAW tentang tata cara melaksanakan shalat malam. Nabi SAW
bersabda:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَلاَةِ اللَّيْلِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى (صحيح
مسلم، 1239)
“Dari Ibn `Umar, “Seorang laki-laki bertanya
kepada Rasulullah SAW tentang shalat malam. Maka Nabi SAW menjawab, “Shalat
malam itu dua rakaat-dua rakaat”
(Shahih Muslim, 1239)
Lalu kaitannya
dengan shalat tarawih yang dilakukan secara berjama’ah? Hal ini juga
dibenarkan dan dihukumi sunnah. Dalam kitab Shahih al-Bukhari dijelaskan:
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيِّ أَنَّهُ قَالَ
خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ لَيْلَةً فِي
رَمَضَانَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ يُصَلِّي
الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلاَتِهِ الرَّهْطُ
فَقَالَ عُمَرُ إِنِّي أَرَى لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلاَءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ
لَكَانَ أَمْثَلَ ثُمَّ عَزَمَ فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ ثُمَّ
خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً أُخْرَى وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلاَةِ قَارِئِهِمْ
قَالَ عُمَرُ نِعْمَ الْبِدْعَةُ هَذِهِ (صحيح البخاري، 1871)
“Diriwayatkan dari ‘Abdurrahman bin ‘Abd
al-Qari, beliau berkata, “Saya keluar bersama Sayyidina ‘Umar bin Khaththab RA
ke masjid pada bulan Ramadhan. (Didapati dalam masjid tersebut) orang-orang
shalat tarawih berbeda-beda. Ada yang shalat sendiri-sendiri dan ada yang
shalat dengan berjama’ah”. Lalu Sayyidina ‘Umar berkata, “Saya punya pendapat
andaikata mereka aku kumpulkan dalam jama’ah
dengan satu imam, niscaya itu lebih bagus”. Lalu beliau mengumpulkan
mereka dengan seorang imam, yakni
sahabat Ubay bin Ka‘ab. Kemudian satu malam berikutnya, kami datang lagi
ke masjid. Orang-orang sudah melaksanakan shalat tarawih dengan berjama’ah di
belakang satu imam. ‘Umar berkata,
“Sebaik-baik bid‘ah adalah ini. (Shalat tarawih dengan berjama’ah)”.(Shahih al-Bukhari [1871])
Inilah beberapa tuntunan pelaksanaan shalat
tarawih yang diajarkan oleh rasulullah SAW dan kemudian diikuti oleh para sahabatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar