Minggu, 15 Juni 2014

Shalat Tarawih



Shalat Tarawih

Shalat tarawih adalah salah satu ibadah ibadah yang disunnahkan pada bulan ramadhan.  Dilaksanakan setelah shalat ‘Isya’ sebanyak 20 rakaat dengan sepuluh salam (melakukan salam setiap dua rakaat), yang kemudian diiringi shalat witir tiga rakaat. Dan sunnah dilaksanakan secara berjamaah.
Mengenai bilangan tarawih dijelaskan dalam hadits:
عَنْ يَزِيدَ بْنِ رُومَانَ أَنَّهُ قَالَ كَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ فِي زَمَانِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فِي رَمَضَانَ بِثَلاَثٍ وَعِشْرِينَ رَكْعَةً (موطأ مالك، 233)
“Dari Yazid bin Ruman, “Orang-orang (kaum muslimin) pada masa ‘Umar  melakukan shalat malam di bulan Ramadhan 23 raka‘at”(dua puluh tarawih dan tiga witir). (Muwaththa’ Malik, 233)

Ini adalah dalil yang menjelaskan jumlah rakaat shalat tarawih. Syaikh Isma`il bin Muhammad al-Anshari menyatakan:
 Hadits ini dishahihkan oleh Imam Nawawi dalam kitab beliau, al-Khulashah dan al-Majmu‘, dan diakui oleh al-Zaila‘i dalam kitabnya Nashb al-Rayah, Ibn al-‘Iraqi dalam kitabnya Tharh al-Tatsrib, al-‘Aini dalam kitabnya ‘Umdah al-Qari, al-Suyuthi dalam kitabnya al-Mashabih fi Shalat al-Tarawih, ‘Ali al-Qari dalam kitabnya Syarh al-Muwaththa’ serta ulama-ulama yang lain”. (Tashhih Hadits Shalah al-Tarawih `Isyrina Rak’ah, 7)

Hal yang sama juga ditegaskan oleh Ibn Taimiyyah dan Syaikh ‘Abdullah bin  Muhammad bin ‘Abdil Wahhab:
 “Imam Ibn Taimiyyah berkata dalam kitab Fatawa-nya, “Telah terbukti bahwa sahabat Ubai bin Ka‘ab mengerjakan shalat Ramadhan bersama orang-orang waktu itu sebanyak dua puluh raka’at. Lalu mengerjakan witir tiga raka’at. Kemudian mayoritas ulama mengatakan bahwa itu adalah sunnah. Karena  pekerjaan itu dilaksanakan di tengah-tengah kaum Muhajirin dan Anshar, tapi tidak ada satupun di antara mereka yang menentang atau melarang perbuatan itu”. Dalam kitab Majmu‘ Fatawi al-Najdiyah diterangkan tentang jawaban Syaikh ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdil Wahab tentang bilangan raka’at shalat tarawih. Ia mengatakan bahwa setelah sahabat ‘Umar mengumpulkan manusia untuk shalat berjama‘ah kepada Ubay bin Ka‘ab, maka shalat mereka kerjakan adalah dua puluh raka’at”. (Tashhih Hadits Shalah al-Tarawih `Isyrina Rak’ah, 13-14)

Kalau melihat pada shalat tarawih yang dilaksanakan di masjid al-Haram dan masjid Nabawi, ternyata sejak dahulu hingga saat ini, shalat tarawih selalu dikerjakan sebanyak 20 raka’at. Sebagaimana yang diceritakan oleh Syaikh Muhammad ‘Ali al-Shabuni mantan Guru Besar di Universitas Ummul Qura Makkkah al-Mukarromah. (Al-Hadyu al-Nabawiyyu al-Shahih Fi Shalah al-Tarawih, 73-75)
Dari sisi lain, KH. Bisyri Mustafa menyatakan bahwa secara esensial melaksanakan shalat tarawih dua puluh rakaat itu berarti mengamalkan hadits nabi Muhammad SAW yang menjelaskan keutamaan serta anjuran mengikuti jejak sahabat Umar RA. (Risalah Ijtihad dan Taqlid, 15).
Kaitannya dengan hadits:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ مَا كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً (صحيح البخاري، 1079)
“Dari Sayyidatuna Aisyah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW tidak pernah menambah shalat malam pada bulan ramadhan atau bulan lain melebihi sebelas rakaat” (Shahih al-Bukhari, 1079)
Yang harus dicermati bahwa hadits tersebut ada kalimat “pada bulan Ramadhan dan di luar bulan Ramadhan” ini artinya bahwa shalat yang Nabi SAW lakukan bukan shalat tarawih.  Karena shalat Tarawih hanya dilakukan pada bulan Ramadhan.
Karena itu, dalam kitab Tuhfah al-Muhtaj  juz II hal 229 Ibn Hajar al-Haitami menyatakan bahwa Hadits tersebut adalah dalilnya shalat witir, bukan dalil shalat tarawih. Sebab dalam banyak riwayat disebutkan bahwa Nabi SAW malaksanakan shalat witir bilangan maksimal adalah sebelas rakaat
Mengenai pelaksanaan tarawih dua rakaat dengan satu salam, hal ini sesuai dengan  tuntunan Nabi SAW tentang tata cara melaksanakan shalat malam. Nabi SAW bersabda:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَلاَةِ اللَّيْلِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى (صحيح مسلم، 1239)
“Dari Ibn `Umar, “Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW tentang shalat malam. Maka Nabi SAW menjawab, “Shalat malam itu dua rakaat-dua rakaat” (Shahih Muslim, 1239)

Lalu kaitannya dengan shalat tarawih yang dilakukan secara berjama’ah? Hal ini juga dibenarkan dan dihukumi sunnah. Dalam kitab Shahih al-Bukhari dijelaskan:
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيِّ أَنَّهُ قَالَ خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ لَيْلَةً فِي رَمَضَانَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ يُصَلِّي الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلاَتِهِ الرَّهْطُ فَقَالَ عُمَرُ إِنِّي أَرَى لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلاَءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ أَمْثَلَ ثُمَّ عَزَمَ فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً أُخْرَى وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلاَةِ قَارِئِهِمْ قَالَ عُمَرُ نِعْمَ الْبِدْعَةُ هَذِهِ (صحيح البخاري، 1871)
“Diriwayatkan dari ‘Abdurrahman bin ‘Abd al-Qari, beliau berkata, “Saya keluar bersama Sayyidina ‘Umar bin Khaththab RA ke masjid pada bulan Ramadhan. (Didapati dalam masjid tersebut) orang-orang shalat tarawih berbeda-beda. Ada yang shalat sendiri-sendiri dan ada yang shalat dengan berjama’ah”. Lalu Sayyidina ‘Umar berkata, “Saya punya pendapat andaikata mereka aku kumpulkan dalam jama’ah  dengan satu imam, niscaya itu lebih bagus”. Lalu beliau mengumpulkan mereka dengan seorang imam, yakni  sahabat Ubay bin Ka‘ab. Kemudian satu malam berikutnya, kami datang lagi ke masjid. Orang-orang sudah melaksanakan shalat tarawih dengan berjama’ah di belakang satu imam. ‘Umar  berkata, “Sebaik-baik bid‘ah adalah ini. (Shalat tarawih dengan berjama’ah)”.(Shahih al-Bukhari [1871])

Inilah beberapa tuntunan pelaksanaan shalat tarawih yang diajarkan oleh rasulullah SAW dan kemudian diikuti oleh para sahabatnya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar