Minggu, 15 Juni 2014

KUNCI KEMENANGAN UMAT ISLAMKEMBALI PADA FITRAH, KEMBALI PADA SYARI'AH;




KUNCI KEMENANGAN UMAT ISLAM
KEMBALI PADA FITRAH, KEMBALI PADA SYARI'AH;
Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Allâhu Akbar 3X wa lillâhil hamd
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah

Segala puji hanya milik Allah, Dzat Yang Maha Agung, Maha Tinggi, dan Maha Mulia. Kepada-Nya segenap makhluk bergantung dan hanya kepada-Nya segala sesuatu akan kembali. Dialah al-Khaliq al-Mudabbir, Dzat yang telah menciptakan dan mengatur alam semesta ini dengan seluruh aturan-Nya yang utuh dan sempurna. Dialah al-Musyarri', Dzat yang Maha Pembuat hukum, yang hukum-hukum-Nya membawa rahmat bagi semesta alam. Dialah satu-satunya Dzat yang akan meminta pertanggungjawaban manusia pada yaumul hisab, terhadap segala perbuatan manusia di dunia. Dialah yang akan menimpakan azab yang pedih, neraka dengan api yang menyala-nyala, membakar siapa saja yang melanggar perintah dan larangan-Nya. Dia pula yang akan memberikan balasan berupa kenikmatan jannah (surga) ---yang luasnya seluas langit dan bumi--- untuk siapa saja yang telah beramal sesuai dengan syari'at-Nya dan kepada orang-orang yang ikhlas memperjuangkan kemuliaan Islam dan umatnya.
Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan dan teladan kita, Nabi Besar Muhammad Saw; keluarganya, para shahabatnya, serta para pengikutnya yang tetap istiqamah berjuang untuk menegakkan dan menjalankan hukum-hukum Allah SWT, serta menyebarkan risalah-Nya ke seluruh penjuru dunia hingga di akhir masa.
Allahu Akbar (3x), wa lillahil hamd
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah

Lantunan takbir, tahlil, dan tahmid bergema memenuhi cakrawala, seiring dengan berakhirnya bulan suci Ramadhan dan datangnya 1 Syawal 1426 H. Lantunan takbir, tahlil, dan tahmid ini, sesungguhnya merupakan ungkapan kemenangan yang di raih kaum Muslim dalam menjalankan ibadah shaum Ramadhan, dengan segala tantangan, halangan, dan rintangannya. Kemenangan dalam meraih ketaatan dan ketakwaan yang lebih tinggi, sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah dalam Firman-Nya:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (TQS. Al-Baqarah [2]: 183)

Jadi, kemenangan yang berhasil diraih kaum Muslim dalam menjalankan ibadah shaum Ramadhan kali ini, sudah seharusnya dibuktikan secara nyata dengan bertambahnya ketaatan mereka kepada Allah. Ketaatan yang tidak sebatas dalam urusan ibadah ritual semata, akan tetapi ketaatan yang utuh dan menyeluruh. Yaitu, ketaatan dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dalam seluruh aspek kehidupan. Ini berarti, kaum Muslim wajib menjalankan urusan pemerintahan sesuai dengan aturan Allah; menjalankan urusan ekonomi sesuai dengan perintah Allah; menjalankan urusan politik dalam dan luar negeri sesuai dengan perintah Allah; menjalankan urusan sosial dan budaya sesuai dengan perintah Allah; dan demikian seterusnya.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah…!
Seperti itulah, wujud ketaatan dan ketakwaan yang sebenar-benarnya, yang harus kita buktikan di hadapan Allah SWT, sebagai hasil dari ibadah shaum kita di bulan Ramadhan. Dan seperti itu pulalah, wujud kemenangan nyata yang seharusnya kita raih; sebagaimana kemenangan yang pernah diraih oleh baginda Rasulullah Saw. dan para shahabatnya dalam menempuh perjuangannya.
Jika kita melihat sejarah, lantunan takbir sebagaimana yang kita kumandangkan saat ini, selalu dikumandangkan ketika kaum Muslim meraih kemenangan. Inilah takbir yang dikumandangkan pertama kali saat Perang Badar. Persis, saat kaum Muslim tengah menunaikan shaum Ramadhan yang pertama, 19 (sembilan belas) bulan setelah hijrah Rasulullah saw. ke Madinah. Ketika kaum Muslim meraih kemenangan dalam peperangan melawan kaum Kafir Quraisy. Lantunan takbir ini pula lah, yang dikumandangkan ketika kaum Muslim meraih kemenangan, saat melakukan pembebasan kota Makkah.
Takbir kala itu, dilantunkan sebagai ungkapan kemenangan yang nyata, yang berhasil diraih oleh kaum Muslim dalam perjuangan mereka li I'lai kalimati-Llah (untuk menegakkan Agama Allah). Kemenangan mereka dalam menegakkan kedaulatan hukum-hukum Allah di muka Bumi; dan kemenangan mereka dalam menundukkan kekufuran dalam segala bentuknya.
Namun, Ma'asyiral muslimin rahimakumullah…, apa yang terjadi saat ini? Takbir itu kini dikumandangkan setiap tahun, atau bahkan setiap saat, sementara kaum Muslim yang mengumandangkannya, senantiasa dibelenggu kekalahan demi kekalahan, kemerosotan demi kemerosotan, kemunduran demi kemunduran. Berbagai problematika pun membelit umat ini, terus-menerus, seolah tak kunjung usai, baik di dalam maupun di luar negeri. Problem yang membelenggu mereka begitu menumpuk.
Kondisi ekonomi dalam negeri kita, misalnya, makin melemahkan dan menyengsarakan rakyat, yang mayoritasnya adalah kaum Muslim. Keputusan kenaikan harga BBM yang sedemikian tinggi, pada 1 Oktober 2005 lalu, benar-benar telah mendorong masyarakat masuk dalam jurang kesengsaraan yang semakin dalam. Padahal, sebelum kenaikan tersebut kondisi ekonomi mereka sudah sangat kritis. Menurut BPS, saat ini ada 52 juta orang miskin dan 40 juta orang yang tidak memiliki pekerjaan. Kondisi ini akan terus memburuk seiring dengan naiknya harga-harga bahan pokok. Ironisnya, di tengah kesulitan masyarakat seperti ini, justru DPR akan mendapatkan tambahan tunjangan dana dari APBN sebesar Rp 10 juta perbulan tiap anggota, atau Rp 5,5 miliar perbulan untuk 550 anggota DPR.
Disamping ketidakamanahan para pejabatnya, kenaikan harga BBM ini juga disebabkan oleh rusaknya sistem yang digunakan dalam menangani urusan migas, khususnya UU No. 2 tahun 2001 yang membuka privatisasi migas. UU tersebut memberikan hak (kewenangan) kepada berbagai pihak termasuk perusahaan multinasional, nasional, regional, maupun lokal untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi kekayaan alam di negeri ini. Lima perusahaan asing, seperti Exxon Mobil, Chevron, Shell, Total Fina Elf, dan Arco telah menguasai cadangan migas negara, sebesar 70 persen ladang minyak dan 80 persen sumber gas. Pemerintah juga telah tunduk pada tekanan negara-negara imperialis. Melalui hutang luar negeri maupun IMF, mereka memaksa pemerintah untuk melakukan liberalisasi ekonomi termasuk sektor migas.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah
Isu terorisme juga telah menjadi senjata ampuh bagi negara-negara imperialis Barat, yang dipimpin oleh AS dan Inggeris, beserta sekutunya, seperti Australia, untuk menguasai dan mencengkram negeri-negeri Islam. Bahkan, kini AS dan Inggeris telah menjadikan perang melawan terorisme sebagai kedok untuk memerangi Islam, dengan memerangi syariah dan Khilafah. Karena mereka sadar, bahwa kembalinya syariah dan Khilafah yang kedua di muka bumi ini tidak bisa dibendung lagi. Maka, secara lebih spesifik, isu itu digunakan untuk menggiring opini publik dunia pada suatu perang global terhadap kaum Muslim yang memperjuangkan kembalinya supremasi Islam, bukan saja sebagai agama ritual, tetapi juga ajaran politik yang agung. Mereka paham, bahwa perjuangan penegakan syari'ah secara nyata telah mengancam hegemoni sistem Kapitalisme yang menjajah dunia, khususnya dunia Islam, saat ini.
Ketika terjadi ledakan bom di Jimbaran dan Kuta Bali, pada 1 Oktober lalu, pihak luar negeri, Australia dan Singapura, langsung melemparkan tuduhan bahwa peledakan bom itu dilakukan oleh Jamaah Islamiyah (JI). Padahal terdapat ribuan kemungkinan tentang siapa yang berperan sebagai otak pelakunya. Misalnya, bisa saja peledakan bom itu sengaja dilakukan oleh orang atau kelompok tertentu untuk mengacaukan masyarakat dan negeri ini demi kepentingan politik mereka. Atau bisa saja peristiwa itu didesain oleh jaringan intelijen internasional untuk mendiskreditkan kaum Muslim dengan cara melakukan rekayasa sistematis serta provokasi untuk terus menyudutkan Indonesia sebagai sarang terorisme.
Karena Islam dengan tegas melarang siapapun, dengan motif apapun membunuh orang tanpa haq, merusak milik pribadi dan fasilitas milik umum, apalagi jika tindakan itu menimbulkan korban dan ketakutan yang meluas. Dalam peperangan saja, banyak nash yang melarang kaum Muslim membunuh anak-anak, wanita, dan orang tua. Islam juga melarang membunuh warga sipil yang tidak ikut dalam peperangan. Ibn Umar menuturkan, Nabi Saw pernah bersabda:
Rasulullah Saw. melarang tindakan membunuh wanita dan anak-anak. (HR. Bukhari).

Allahu Akbar (3x), wa lillahil hamd
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah

Sementara itu, di negeri-negeri Islam yang lain, penderitaan kaum Muslim tidak kalah tragisnya. Umat Islam di berbagai negeri Muslim, hingga kini masih tetap dalam keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan di tengah-tengah sumberdaya alam mereka yang melimpah ruah. Afganistan dan Irak, hingga kini tetap diduduki kaum penjajah Kafir pimpinan AS. Kaum Muslim di Palestina juga masih tetap menderita dalam cengkeraman Yahudi Israel. Di Asia Tengah, seperti Uzbekistan dan Kirgistan, umat Islam pun masih tetap dalam belenggu kekejaman para rezim diktator, yang menjadi agen kaum kafir penjajah. Demikian juga yang terjadi Chechnya, Dagestan, Khasmir, Pattani dan Philipina.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,…!
Inilah, sekilas potret keterpurukan kaum Muslim saat ini. Saat ini mereka memang tengah merayakan Idul Fitri, mengumandangkan takbir, tetapi takbir itu mereka kumandangkan di tengah situasi mereka yang tetap terbelenggu kekalahan dan ketertindasan. Mengapa semua ini masih terjadi? Apa sebenarnya yang menyebabkan semuanya itu? Jika kita meneliti dengan cermat, sesungguhnya penyebab utama dari keterpurukan kaum Muslim saat ini karena kehidupan mereka tidak diatur oleh Islam. Mereka telah mencampakkan Islam dalam kehidupan mereka.
Memang benar, saat ini kaum Muslim masih shalat dengan menggunakan aturan Islam, mengerjakan puasa dengan aturan Islam, beribadah haji dengan aturan Islam, menikah dengan aturan Islam, mengurus jenazah dengan aturan Islam; tetapi, dalam urusan pemerintahan, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pidana mereka mencampakkan Islam. Sikap seperti ini jelas menggambarkan sikap menerima sebagian Islam dan menolak sebagian yang lain. Padahal Allah SWT telah memperingatkan kita terhadap perbuatan tersebut. Allah berfirman:
Apakah kamu beriman kepada sebagian al-Kitab dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat. (TQS. Al-Baqarah [2]: 85)
Sikap mengambil sebagian dari Islam dan mencampakkan sebagian yang lain, juga merupakan sikap yang bertentangan dengan fitrah manusia. Sebab fitrah manusia itu membutuhkan Dzat yang Maha Kuasa, yaitu Allah SWT; karena manusia memang makhluk yang lemah dan terbatas. Membutuhkan kepada sesuatu Yang Maha Kuasa, berarti juga membutuhkan hukum dan aturan-aturan yang berasal dari-Nya. Jadi, ketika manusia mencampakkan aturan-aturan Allah, maka dia telah menyimpang dari fitrahnya, dan inilah yang menjadi sumber bencana baginya.
Allahu Akbar (3x), wa lillahil hamd
Karena itu, Ma'asyiral muslimin rahimakumullah…, Jika dengan menjalankan ibadah puasa Ramadhan, kaum Muslim ingin kembali pada fitrahnya, maka semestinya kembali kepada fitrah ini juga harus dipahami dengan kembali kepada hukum dan aturan-aturan Allah dalam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Dengan kata lain, kembali kepada fitrah adalah kembali kepada syariah Allah, yaitu syariah Islam, untuk mengatur seluruh aspek kehidupan kita. Inilah fitrah manusia yang seutuhnya, dan inilah kunci kemenangan umat Islam.
Ingatlah, bahwa kemenangan demi kemenangan yang berhasil diraih oleh Rasulullah Saw dan para shahabatnya, serta para khalifah sesudahnya, adalah karena mereka menerapkan Islam secara kaffah dalam kehidupannya. Ini pulalah yang menjadikan generasi Islam terdahulu mampu membangun kekuatan "super power", Negara Khilafah, yang disegani kawan dan ditakuti lawan. Negara Khilafah inilah yang mampu mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan hidup rakyatnya, baik Muslim maupun Non-Muslim. Yang mampu melahirkan para pejuang Islam yang tangguh dalam mengemban misi-misi pembebasan di berbagai negeri. Yang mampu menumbuh-suburkan perkembangan sains dan teknologi untuk kemaslahatan umat manusia. Yang mampu menjadikan negeri Islam sebagai kiblat perkembangan sains dan teknologi, di saat bangsa Eropa masih tenggelam dalam kebodohan dan keterbelakangan.
Negara Khilafah ini pulalah yang ketika itu mampu membebaskan Andalusia dan Konstantinopel. Yang mampu menjaga persatuan dan kesatuan negeri-negeri Islam. Yang mampu merebut dan mempertahankan negeri Palestina dari tangan-tangan kotor tentara Salib. Yang mampu menjaga dan melindungani rakyatnya dari ancaman musuh-musuh yang akan membinasakan mereka. Yang mampu memaksa Amerika untuk membayar pajak tahunan dan menandatangani perjanjian yang tidak menggunakan bahasa mereka, melainkan dengan bahasa (Arab), bahasa Negara Khilafah.
Inilah, kondisi kaum Muslim ketika mereka menerapkan Islam secara kaffah dalam kehidupan mereka. Kondisi ini jelas berbeda dan bertolak belakang dengan kondisi kaum Muslim saat ini, ketika mereka mencampakkan Islam; atau ketika mereka hidup tidak lagi sejalan dengan fitrah-nya. Berbagai krisis pun menimpa mereka, sehingga kehidupan mereka pun terpuruk. Jika demikian halnya, masihkah ada peluang dan harapan untuk mengatasi keterpurukan kaum Muslim saat ini?
Allahu Akbar (3x), wa lillahil hamd
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah

Saudara adalah umat yang terbaik, sekali lagi umat yang terbaik, yang dilahirkan untuk seluruh umat manusia. Saudara adalah pengikut Rasulullah Saw, Nabi terakhir dan pemimpin para Rasul. Nenek moyang saudara adalah para Khulafa' Ar-Rasyidin, para panglima Mujahidin. Selama Islam yang saudara emban dan saudara perjuangkan, pasti Allah SWT akan menolong saudara. Allah berjanji menolong siapa saja yang menolong-Nya, dan janji Allah pasti benar. Bukan hanya untuk para Nabi, tetapi juga untuk orang-orang Mukmin. Semua ini tidak hanya berlaku di akhirat, dengan kesaksian, ridha, dan surga-Nya; tetapi juga berlaku di Dunia, di mana kemenangan, keberhasilan, dan kebangkitan umat ini benar-nenar akan terwujud kembali. Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat). (TQS. Ghafir [40]: 51)
Akhirnya, di hari yang mulia ini, setelah sebulan penuh kita membangun dan meningkatkan ketakwaan kita selama Ramadhan, yang penuh rahmah dan maghfirah, kami menyerukan kepada seluruh umat Islam, para pimpinan ormas, orpol, ulama, wakil rakyat, wartawan, anggota TNI/Polri, pejabat pemerintah, cendekiawan, usahawan dan serikat-serikat pekerja, serta para pemuda dan mahasiswa, untuk secara sungguh-sungguh mengamalkan syariat Islam dan berjuang bersama bagi tegaknya syariat Islam secara kaffah, dan menempatkan perjuangan penegakan syariah sebagai agenda utama kaum Muslim. Sesungguhnya, penerapan syariah dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara, merupakan kewajiban setiap Muslim, sekaligus merupakan wujud keberhasilan kita dalam meraih ketakwaan. Penerapan syariah ini pula merupakan wujud kembalinya umat ini pada fitrah-nya, sebagaimana yang dikehendaki dalam ibadah shaum Ramadhan.
Selanjutnya, marilah kita tundukkan kepala kita dengan segala kerendahan hati, sambil menengadahkan tangan kita, untuk memanjatkan doa ke hadirat Allah SWT, Dzat Yang Mahakuasa, dan Mahaperkasa:
Ya Allah, kami memohon pertolongan-Mu, meminta ampunan-Mu. Sekali-kali kami tidak akan mengkufuri-Mu. Kami sepenuhnya iman kepada-Mu, dan berlepas diri dari siapapun yang durhaka kepada-Mu.
Ya Allah, hanya kepada-Mulah kami mengabdi, beribadah dan sujud. Kepada-Mulah kami berlari dan menuju. Kami mendambakan rahmat-Mu, dan takut akan adzab-Mu. Sesungguhnya adzab-Mu yang sungguh-sungguh ditimpakan kepada kaum Kufar itu juga pasti akan ditimpakan kepada yang lain.
Ya Allah, adzablah orang-orang Kafir yang telah menghalangi jalan-Mu, mendustakan para rasul-Mu, dan membunuhi para pembela-Mu.
Ya Allah, kalahkanlah mereka, hancurkanlah mereka, cerai-beraikanlah persatuan mereka, dan porak-porandakanlah kesatuan mereka. Jadikanlah rencana jahat mereka itu sebagai pembawa kehancuran mereka.
Ya Allah, kalahkanlah pasukan kaum Kufar penjajah, Amerika, Inggeris dan sekutu mereka yang terlaknat.

Ya Allah, Maha Raja diraja, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa saja yang Engkau kehendaki, Engkau ambil kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapasaja yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinadinakan siapa saja yang Engkau kehendaki. Di dalam genggaman-Mulah seluruh kebaikan. Karena Engkaulah Dzat yang Maha Kuasa atas segalanya.

Ya Allah, kami memohon kepada-Mu negara Khilafah Rasyidah yang mengikuti sunnah Nabi-Mu. Dengannya Engkau muliakan agama-Mu, dan Engkau hinakan kekufuran dan seluruh anteknya.
Ya Allah, tolonglah kami; tolonglah saudara-saudara kami; tolonglah siapasaja yang menolong kami. Jadikanlah kami dan mereka sebagai para pejuang yang ikhlas untuk menegakkan syariah-Mu, dan Khilafah Rasyidah yang mengikuti sunnah Nabi-Mu. Dengan rahmat-Mu, duhai Dzat yang Maha Pengasih, duhai Sebaik-baik Penolong.
Catatan:
Untuk teks lengkap dengan kutipan ayat al-Qur'an, silahkan download versi file Word pada menu di atas ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar