Minggu, 15 Juni 2014

KESADARAN TAUHID UNTUK PEMBERANTASAN KORUPSI



KESADARAN TAUHID UNTUK PEMBERANTASAN KORUPSI
Jum'at, 7 Juli 2006 17:07 WIB

إِنَّ الحَمْدَ ِللهِ. نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ. وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ الله ُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ. وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ وَوَالاَهُ. وَاتَّقُوْا الله َ بِامْتِثَالِ أوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ الله ُ ُتَعَالىَ فِيْ كِتاَبهِ اْلكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الَّرْحمنِ الَّرحِيْمِ ، الله ُنوُرُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ مَثَلُ نُوْرِهِ كَمِشْكَوةٍ فِيْهَامِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِيْ زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌ يُوْقَدُ مَنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَاةٍ زَيْتُوْنَةٍ لاَشَرْقِيَّةٍ وَلاَ غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيْءُ وَلَوْ لمَ ْتمَسَسْهُ نَارٌ نُوْرٌ عَلَى نُوْرٍ يَهْدِي اللهِ لِنُوْرِهِ مَنْ يَشآءُ وَيَضْرِبُ الله ُاْلأَمْثَالَ لِلنَّاِس وَالله ُبِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ. أَمَّا بَعْدُ، مَعَاشِرَ المُسْلِمِيْنَ أَرْشَدَكُمُ الله ُ، أُوْصِيْنِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ  فَقَدْ فَازَ مَنْ اتَّقَى وَخَابَ مَنْ عَصَى. فَإِنَّ أَصْدَقَ الحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Jama’ah Jum’at rahimakumu llâh
Kita sepatutnya memanjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan nikmat iman dan islam kepada kita. Atas nikmat itulah kita semua bisa menjalakan ibadah shalat Jum’at pada hari ini. Shalawat dan salam kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw. yang telah mengantarkan manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang ini.
Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita juga sama-sama meningkatkan rasa keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Swt. dengan terus berusaha mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, sehingga mudah-mudahan kita akan meninggalkan kehidupan dunia yang fana ini dengan hati yang beriman.
Jama’ah Jum’at rahimakumu llâh
Negara kita adalah negara yang hampir seluruh penduduknya menganut agama. Akan tetapi, sudah bukan rahasia lagi bahwa ternyata negara kita menduduki peringkat atas di bidang korupsi. Kalau dicermati secara seksama, para koruptor di negeri ini mayoritas adalah orang-orang yang beragama.
Mengapa praktek korupsi merebak di mana-mana? Padahal, agama apapun, teristimewa Islam hanyalah mengajarkan nilai-nilai luhur kepada para penganutnya dan melarang tindakan-tindakan yang merugikan, baik bagi individu maupun kehidupan sosial. Apakah agama memang tidak berhubungan dengan tindakan korupsi? Tentu saja tidak demikian. Sebab, jika kita menganggap agama tidak memberikan kontribusi dalam upaya pencegahan atau pemberantasan korupsi, maka dalam jangka panjang agama akan kehilangan legitimasinya untuk berperan dalam kehidupan manusia.
Sebagaimana kita ketahui dan kita rasakan bersama, Indonesia yang pernah dijuluki oleh para pujangga sebagai ‘zamrud khatulistiwa’ hingga saat ini masih dililit berbagai persoalan. Kemiskinan, ketidakadilan, kebodohan, kerusakan moral, tindak pidana korupsi, kerusakan sumber daya alam, dan lain sebagainya menjadi kenyataan yang harus diterima oleh masyarakat. Setiap orang, tentu saja ingin segera terbebas dari berbagai persoalan yang seolah tak berkesudahan itu. Akan tetapi, nampaknya belum ditemukan jalan keluar yang bisa diandalkan, yang mampu meredam semua masalah tersebut sehingga mampu mendatangkan kesejahteraan dan kedamaian bagi masyarakat.
Jama’ah Jum’at rahimakumu llâh
Untuk mengakhiri berbagai musibah yang menyengsarakan rakyat, harus ada upaya sungguh-sungguh untuk melahirkan sistem kepemimpinan yang amanah, yaitu kepemimpinan yang didasarkan pada azas keimanan, jujur, terpercaya, mau serta mampu tunduk pada ajaran agama. Seluruh komponen masyarakat bangsa ini juga harus membangun komitmen yang sama untuk menerapkan nilai-nilai keimanan yang luhur tersebut dalam seluruh aspek kehidupan.
Untuk mewujudkan hal itu, perlu dibangun sebuah kesadaran tauhid (tawhîd). Dari kesadaran tauhid itulah, awal semua langkah penyelesaikan persoalan yang tengah membelenggu dewasa ini bisa dirintis. Tanpa kesadaran tauhid, upaya penyelesaian berbagai permasalahan hanya akan menyentuh kulitnya saja, tidak sampai pada subtansi permasalahan yang sesungguhnya.

Upaya menumbuhkembangkan kesadaran tauhid memerlukan adanya unsur perekat antara hamba (al-’abd/al-makhlûq) dengan Sang Pencipta (al-Khâliq). Perlu dipupuk rasa rindu pada diri setiap orang untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Caranya, tentu saja dengan meningkatkan pemahaman dan kesadaran tauhid, meningkatkan amal saleh, meningkatkan ibadah, membiasakan dzikir dan do’a, dan meningkatkan dakwah atau amar makruf nahi munkar (al-amru bi l-ma’rûfi wa an-nahyu ‘ani l-munkari).
Apa yang dimaksud dengan tauhid? Dalam istilah agama, tauhid diartikan sebagai bentuk pemahaman dan kesadaran pengesaan kepada Allah dalam seluruh dimensinya. Berangkat dari pemahaman dan kesadaran inilah seorang mukmin bisa meyakini bahwa Allah tidak menyerupai dimensi-dimensi apapun yang terdapat pada makhluk. Seorang mukmin yang menghayati Keesaan Allah akan memahami bahwa Dia tidaklah sama dengan sesuatu pun. Jika manusia merupakan makhluk yang lengah dan pelupa, maka seorang mukmin akan mempercayai bahwa Allah mempunyai sifat kebalikan dari ketidaksempurnaan manusia tersebut; begitu seterusnya. Dengan kesadaran ini, ia akan merasa bahwa seluruh gerak-geriknya tidak akan pernah luput dari pengawasan Allah Swt. Oleh karena itu, tauhid pada hakikatnya merupakan sumber kontrol bagi seorang mukmin dalam berfikir, bersikap, dan bertindak dalam kehidupannya. Inilah totalitas tauhid yang mencakup seluruh aspek kehidupan, baik lahir maupun batin.
Jama’ah Jum’at rahimakumu llâh
Tauhid yang dipraktekkan secara total mempunyai dampak yang luar biasa pada diri seseorang. Kalau ada orang yang mengaku bertauhid, namun perilaku hidupnya tidak mencerminkan nilai-nilai luhur, maka tauhidnya masih dalam tataran wacana belaka atau omong kosong. Tauhid seharusnya memberikan inspirasi dan azas kerja bagi seorang mukmin dalam memperjuangkan keadilan Allah di muka bumi. Tauhid seperti inilah yang diterapkan oleh generasi awal umat Islam, yaitu para sahabat Rasulullah Saw. Dalam bertauhid, mereka secara tegas menentang setiap bentuk kemunkaran dan kezaliman yang berlangsung di tengah-tengah masyarakatnya.
Dalam sebuah riwayat, misalnya, diceritakan bahwa Abu Dzar al-Ghiffari berani datang sendiri dengan kepala tegak ke hadapan Mu’awiyah untuk memprotes kemewahan di istana hijau Damaskus. Inilah contoh ketegasan seorang mukmin ketika di hadapannya terpampang bentuk-bentuk penyimpangan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama. Sikap tegas untuk menolak bentuk kemunkaran tersebut merupakan cermin dari tertanamnya tauhid secara total pada diri seorang mukmin.
Seorang mukmin, hendaknya merealisasikan nilai-nilai tauhid dalam kehidupan sehari-hari. Hendaklah ia bersikap jujur, amanah, dan ikhlas dalam beramal. Sehingga, nilai-nilai tauhid yang diyakininya dapat memancar dan bisa ditransformasikan kepada orang-orang di sekelilingnya.
Jama’ah Jum’at rahimakumu llâh
Demi mewujudkan kesadaran tauhid pada diri setiap individu muslim, perlu dipadukan antara kekuatan dzikir dan fikir. Dengan memadukan dua unsur ini, seseorang selalu merasa diawasi oleh Allah Swt., sehingga ia menjadi orang yang jujur, bersih, dan adil. Doktrin tauhid merupakan pusat dari segala amal perbuatan manusia. Ajaran tauhid inilah yang mampu memunculkan spiritualitas Islam yang terkait dengan semua doktrin yang berbicara tentang Tuhan Yang Maha Esa. 
Oleh karena itu, realisasi prinsip tauhid tidak hanya terpaku pada aspek akidah saja, melainkan juga menjelma dalam berbagai ekspresi, juga pada upaya pencegahan praktik korupsi. Apabila hal ini bisa direalisasikan, semua tindakan manusia akan timbul dari kesadaran batiniahnya. Kesadaran tauhid dalam makna seperti ini merupakan suatu realitas yang hidup, bukan hanya sebagai konsep religius yang tidak bisa memberikan efek positif bagi para penganutnya.
Semoga kita termasuk orang yang mampu menumbuhkan pemahaman dan kesadaran tauhid dalam seluruh ruang kehidupan kita Âmîn, âmîn yâ Rabba l-‘âlamîn.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar