Kamis, 24 April 2014

HAKIKAT TASAWUF SUFI





Judul Asli     : Haqiqatuth Tashawwuf wa Mauqifush Shufiyyah min Ushulil   
                 Ibadah wad Diin
Edisi Indonesia: HAKIKAT  TASAWWUF
Penulis        : Syaikh Dr. Shalih bin  Fauzan
Penerbit      : Daarul 'Ashimah , Riyadh , Saudi Arabia.
Alih Bahasa    : Muhammad 'Ali Ismah
Penerbit      : Pustaka As-Salaf , Gumpang RT 02/03 N0. 559 Kertasura Solo
57169
Cetakan I     : Rabi'ul Tsani 1419 H / Agustus 1998 M


     Kita  sudah tidak asing lagi dengan kata sebutan "Tasawwuf". Saat ini
banyak orang terjun ke dunia tasawwuf. Mereka mengira bahwa dengan tasawwuf
akan  membawa  kebaikan  bagi  kehidupannya.  Kenapa  mereka  lari  (masuk)
keajaran  tasawwuf ?? Hal ini tidak lain , disebabkan oleh KEBODOHAN mereka
terhadap  ilmu  dan  ajaran  atau  syariat Islam. Mereka tidak merasa bahwa
dirinya terancam oleh ajaran yang menyesatkan dan bid'ah.

     Mereka  hanya  percaya  kepada  "sang syaikhnya" yang dianggap sebagai
wali  Allah.  Padahal  syaikh  itu  merupakan  'jelmaan  iblis' yang berupa
manusia  .  Iblis ini memberi syubhat (kesamaran) dan perangkap kepada umat
ini  tentang Syariat Dinul Islam. Kemudian mereka hanya mengikuti kemanapun
dan  apa yang dilakukan syaikh itu (taklid) , meskipun mereka melihat bahwa
itu merupakan penyimpangan terhadap syariat ini.

     Buku   ini  mengulas  tentang  kesalahan  dan  kerancuan  pada  ajaran
tasawwuf  khususnya  pada  masalah  ibadah  .  Buku  kecil ini baik sebagai
pengetahuan bagi kita yang ingin tahu tentang kesesatan ajaran tasawwuf dan
yang perlu diingat bahwa yasawwuf itu bukan merupakan ajaran dari Islam.

(sampul halaman belakang)

     Secara ringkas gambaran tentang isi buku ini meliputi 4 point :

1.Muqaddimah : uraian tentang ibadah yang dengannya kemuliaan ,
kehormatan dan kebahagia-an jin dan manusia di dunia dan akhirat. Dan
ibadah adalah hak Allah atas hamba-Nya , yang merupakan kebutuhan para
hamba , sedang para hamba tidak mungkin mengetahui cara ibadah yang benar
kecuali apa yang dicontohkan Rasul kepada mereka dan kitab-kitabNya yang
menerangkan hakikat ibadah itu.

2.Definisi (batasan) ibadah yang benar : Tauqifiyyah ; ikhlas ;
mencontoh Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam ; dibatasi ukuran waktu,
bilangan ; didasari oleh mahabbah (cinta) , merendah , takut , berharap
kepada Allah ; beban ibadah dari mukallaf semenjak baligh hingga wafatnya.

3.Hakikat tasawwuf : Uraian tentang asal usul baik nama istilah maupun
penggagasnya dan hubungannya dengan infiltrasi ajaran Nashrani , Brahmana ,Yahudi , Budha , Zaratusta , Platoisme , Paganisme  , dengan mengambil
perkataan ulama Islam seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah , dr. Shobir
Tho'imah , Syaikh Ihsan Ilahi Dhahir , Syaikh Abdurrahman Al Wakil
rahimahumullah.

4.Pendirian sufi terhadap ibadah dan diin (agama) ini
a.Mereka membatasi ibadah hanya dengan rasa Mahabbah saja.
b.Tidak merujuk kepada Al Qur'an dan As Sunnah , digantikan dengan
merujuk pada perasaan , rumusan para syaikhnya berupa dzikir antah berantah, wirid-wirid bid'ah , bahkan terkadang dengan mimpi dan hadist-hadist palsu.
c.Membatasi dengan dzikir khusus  yang lebih utama dari Al Qur'an.
d.Berlebihan amat sangat terhadap guru dan wali mereka, hingga mendudukkannya melebihi para Nabi .
e.Bertaqarrub kepada Allah dengan cara batil seperti : menyanyi,bersiul, tarian, memukul-mukul  gendang & bertepuk tangan.
f.Anggapan batil agama sufi bahwa adanya kebebasan lepas dari beban
syariat.
5.Penutup

Demikian  buku setebal 40 halaman , yang sebagian besar mengambil perkataan
Ibnu  Taimiyah  dengan  Majmu'  Fatawa-nya  , juga Ibnul Jauzi dalam Talbis
Iblis  dan  ulama  yang  telah  disebutkan diatas , menyuguhkan kepada kaum
muslimin  untuk  waspada  agar  tidak terpedaya dengan ajaran yang menyusup
dalam  Islam  ini  walaupun  dihiasi  dengan  slogan-slogan indah  dan juga
dikait-kaitkan dengan Islam.

Akhirnya  saya  akhiri  uraian  singkat  ini dengan pesan dan nasehat ulama
Islam tentang tasawwuf:

IBNU  JAUZI  berkata  :"  TASAWUF  adalah  mazhab  (golongan)  yang dikenal
melebihi  zuhud  .  Bukti  bahwa  antara ZUHUD dan TASAWUF berbeda adalah ,
yakni ZUHUD tidak dicela oleh siapapun, sedangkan TASAWUF telah dicela oleh
para ulama," (al Muntaqa an Nafsis min Talbis Iblis: 214)

Maka  cukuplah  kiranya  nasihat  dari Syaikh Abubakar Jabir al Jazairi : "
Sesungguhnya  ,  bisa saja tasawuf itu berasal dari sebagian Islam , tetapi
bisa  pula  ia bukan dari ajaran Islam . Apabila tasawuf benar berasal dari
sebagian  ajaran  Islam  ,  maka  ISLAM  itu sendiri sudah cukup bagi kita.
Sedangkan  bila  tasawuf  bukan  dari ajaran Islam , maka kita tidak pernah
butuh kepada ajaran seperti itu."

HAKIKAT TASAWUF
Syaikh Dr. Sholeh bin Fauzan al Fauzan
==================================================

1.    MUQADDIMAH



Segala   puji  milik  Allah  semata  ,  Rabb  seluruh  alam  ,  yang  telah

menyempurnakan  agama ini dan nikmat ini (Islam) untuk kita dan ridha Islam
menjadi agama kita dan menyuruh kita untuk berpegang teguh dengannya sampai
mati.

"Wahai  orang-orang  yang  beriman  , bertaqwalah kalian semua kepada Allah
dengan   sebenar-benarnya   dan   janganlah  kalian  mati  kecualai  kalian
benar-benar sebagai orang Islam ." (Al Imran :102)

Dan  hal  ini  njuga  diwasiatkan  Ibrahim dan Ya'qub kepada anak keturunan
mereka.

"Dan  Ibrahim  telah  mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya , demikian
juga  Ya'qub.  (Ibrahim  berkata)  :"Hai  anak-anakku !! Sesungguhnya Allah
telah  memilih  agama ini untuk kalian , maka janganlah kalian mati kecuali
dalam keadaan memeluk agama Islam." (Al Baqarah :132)

Ya Allah , berilah shalawat , salam dan berkah kepada hamba-Mu dan Rasul-Mu
,  yaitu  Nabi  kami  Muhammad  Shalallahu  alaihi  wa  sallam  serta  para
shahabatnya dan keluarganya. Amma ba'du :

Sesungguhnya  Allah telah menciptakan jin dan manusia hanya untuk beribadah
kepada-Nya , sebagaimana firman-Nya :

Dan  tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah
kepada-KU." (Adz- Dzariat :56).

Dalam  ibadah  itulah terletak kemulian , kehormatan dan kebahagiaan mereka
di  dunia  dan  akhirat.  Mereka  sangat butuh kepada Rabb mereka dan tidak
mungkin  tidak  butuh  kepada-Nya walau hanya sekejab mata. Sedangkan Allah
tidak  membutuhkan  mereka  dan  tidak  pula  ibadah  mereka  , sebagaimana
firman-Nya :

"Jika  kalian  kufur  , maka sesungguhnya Allah tidak butuh kepada kalian."
(Az Zumar :7)

Dan firman-Nya :

"Dan  Musa  berkata  :"Jika kalian kufur dan juga orang yang berada di bumi
semuanya,  maka  sesungguhnya  Allah Maha Cukup dan Maha Terpuji." (Ibrahim
:8)

Ibadah adalah hak Allah atas para hamba-Nya. Faidahnya akan kembali kepada
mereka sendiri.
·          Siapa yang enggan beribadah kepada Allah , maka dia seorang yang SOMBONG.
·          Siapa yang beribadah kepada Allah , tetapi juga beribadah kepada yang lainnya, maka dia seorang MUSYRIK.
·          Siapa yang beribadah kepada Allah saja, akan tetapi dengan cara atau metode yang tidak disyariatkan Allah, maka dia seorang MUBTADI' (Ahli
·          bid'ah).
·          Siapa yang beribadah kepada Allah dengan metode yang disyariatkan Allah, maka dia seorang mukmin yang MUWAHHID (yang bertauhid).

Para  hamba  sangat membutuhkan ibadah, sedangkan mereka tidak mungkin bisa
mengetahui  secara benar, menurut yang dikehendaki Allah dan sesuai dengan
din-Nya,  Dia  tidak  membiarkan  mereka mengikuti hawa nafsunya bahkan Dia
mengutus  para  Rasul  kepada  mereka  dan  menurunkan kitab-kitabNya untuk
menerangkan hakikat ibadat itu, sebagaimana firmanNya :

"Dan  sesungguhnya  Kami  telah  membangkitkan di setiap umat seorang Rasul
(seruan  mereka)  :  "Beribadahlah  kalian  semua kepada Allah dan jauhilah
Thaghut." (An-Nahl :36).

"dan  tidaklah  Kami  mengutus  seorang  Rasul-pun  sebelum-mu kecuali Kami
wahyukan kepadanya :" Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Aku (Allah) ,
maka beribadahlah kepada-KU saja!!". (Al Anbiya :25)

Maka  barangsiapa  yang  menentang  apa  yang diterangkan oleh para Rasul ,
PADAHAL  telah  turun  bersama  Rasul  itu beberapa kitab tentang peribatan
kepada  Allah,  tapi  ia  tetap beribadah kepada Allah dengan KECENDERUNGAN
perasaannya  , hawa nafsunya dan dengan hiasan yang dilakukan syaithan dari
kalangan jin dan manusia, maka berarti ia TELAH SESAT dari jalan Allah. Dan
peribadatannya  secara  hakikat  bukanlah  suatu  peribadatan kepada Allah,
tetapi peribadatan kepada hawa nafsunya :

"Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya
dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun." (Al Qashshash :50)

Jenis  seperti ini SANGAT BANYAK di kalangan manusia , dan barisan TERDEPAN
adalah  orang-orang Nashrani (kristen) dan orang-orang yang sesat dari umat
ini  ,  seperti  SUFI.  Sehingga  hal ini menjadi jelas perbedaannya , jika
dilihat  penjelasan  tentang  hakikat  ibadah  yang  telah Allah syariatkan
melalui  lisan Rasul-Nya dengan hakikat ibadah yang ditempuh oleh para sufi
sekarang.


2.    DEFINISI IBADAH YANG BENAR


Sesungguhnya ibadah yang disyariatkan Allah dibangun diatas dasar-dasar dan
asas-asas yang kuat dan kokoh , ringkasnya sebagai berikut:

PERTAMA


Sesungguhnya  ibadah  itu adalah TAUFIQIYYAH (tidak ada tempat bagi rasio /
akal  di  dalamnya  ~  paket jadi) , bahkan yang berhak membuatnya hanyalah
Allah saja, sebagaimana firman-Nya:

"Maka  beristiqomahlah  engkau , sebagimana yang DIPERINTAHKAN kepadamu dan
orang  yang  bertobat bersamamu dan janganlah engkau melampaui batas." (Hud
;112)

"Dan Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan
agama  ini,  maka  IIKUTILAH  syariat itu dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.' (Al Jatsiyah: 18)

Dan Allah berfirman tentang Nabi-nya :

'Aku tidak lain hanyalah MENGIKUTI apa yang diwahyukan kepadaku." (Al Ahqaf
:9)

KEDUA


Ibadah itu harus ikhlas , yaitu bersih dari noda-noda syirik , sebagaimana
firman-Nya :

"Maka  barangsiapa  yang  mengharapkan untuk bertemu dengan Rabb-nya , maka
hendaklah  dia  beramal  dengan  amalan  yang shalih dan tidak menyekutukan
(melakukan  syirik) dengan seorangpun dalam beribadah kepada Rabb-nya." (Al
Kahfi :110)

Bila  ibadah  telah  dimasuki  oleh  syirik  walaupun sedikit saja, maka ia
(syirik)  akan menggugurkan (membatalkan) amalan itu sebagaimana firman-Nya
:

"Dan  janganlah  mereka  menyekutukan  Allah  ,  sungguh AKAN HAPUSLAH dari
mereka apa yang mereka amalkan." (Al An'am :88).

"Dan  sungguh telah diwahyukan kepadamu dan juga kepada orang-orang sebelum
kalian;"  Jika  engkau  menyekutukan Allah (berbuat syirik) PASTI HILANGLAH
(hapuslah) amalanmu dan engkau menjadi orang-orang yang merugi." Karena itu
maka hendak;lah Allah saja yang engkau sembah dan hendaknya engkau termasuk
orang-orang yang bersyukur." (Az-Zumar :65-66)

KETIGA


Yang  menjadi  contoh  dan  panutan  dalam  ibadah  itu HARUSLAH Rasulullah
shalallahu alaihi wa sallam , sebagaimana firman Allah :

"Sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasuulullah shalallahu alaihi wa
sallam itu SURI TAULADAN yang baik." (Al Ahzab :21)

"Dan apa yang dibawa oleh Rasul bagi kalian , maka ambillah ia dan apa yang
dilarang olehnya kepada kalian , maka tinggalkanlah." (Al Hasyr :7)

Dan Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda :

"Siapa yang mengamalkan suatu amalan yang TIDAK ADA CONTOHNYA (dari) urusan
kami , maka ia tertolak." (HR. Muslim)

"Barangsiapa  yang  membuat perkara yang BARU dalam urusan kami ini (Islam)
yang tidak (ada) asal darinya , maka ia TERTOLAK." (HR Bukhari dan Muslim)


Contoh dalam shalat , haji ;

"Shalatlah  kalian  sebagaimana  kalian  melihat aku shalat."(HR. Bukhari &
Muslim).
"Ambillah oleh kalian cara manasik haji dariku ."(HR Muslim)
Dan banyak lagi dalil-dalil tentang masalah ini.

KEEMPAT

Ibadah  itu  dibatasi  dengan  waktu-waktu  , ukuran-ukuran dan tidak boleh
melampauinya , seperti shalat . Allah berfirman :

"Sesungguhnya  shalat  itu  adalah suatu kewajiban yang ditentukan WAKTUnya
atas orang-orang yang beriman."(An- Nisa :103).

"(Musim) haji adalah beberapa BULAN yang dimaklumi." (al Baqarah :197).

Spt puasa :
"(Beberapa hari yang ditentulkan itu ialah ) Bulan Ramadhan , bulan yang di
dalamnya   diturunkan   Al   Qur'an   sebagai  petunjuk  bagi  manusia  dan
penjelasan-penjelasan  mengenai  petunjuk  itu  dan pembeda (antara hak dan
batil).  Karena  itu  , barang siapa diantara kalian hadir (dinegeri tempat
tinggalnya)  DI  BULAN  ITU , maka hendaklah ia berpuasa di bulan itu." (Al
Baqarah :185)

KELIMA


Ibadah itu harus didasari oleh rasa MAHABBAH (cinta) , merendah , takut dan
berharap kepada Allah, sebagaimana firman-Nya :

"Orang-orang  yang  mereka  seru  itu , mereka sendiri mencari jalan kepada
Rabb  mereka,  siapa  yang  lebih  dekat  (kepada  Allah)  dan mengharapkan
rahmat-Nya dan takut kepada azab-Nya."(Al Isra':57)

Dan Allah berfirman tentang keadaan para Nabi-Nya :

"Sesungguhnya  mereka  (para  Nabi)  sangat  bersegera  menuju kebaikan dan
mereka menyeru kami dalam keadaan senang dan takut dan merekalah orng-orang
yang khusyu' kepada Kami." (Ali Imran :90)

"Katakanlah  (wahai  Muhammad):"Jika  kalian  mencintai Allah maka ikutilah
aku. Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian dan Allah adalah Maha Pengampun
dan Penyayang. "Katakanlah  (wahai  Muhammad) :"taatilah Allah dan taatilah
Rasul  (Muhammad shalallahu alaihi wa sallam) , maka jika kalian berpaling,
maka  sesungguhnya  Allah  tidak  suka kepada orang-orang yang kafir." (Ali
Imran :31-32).

Disini   Allah   menyebutkan   tanda-tanda   kecintaan   kepada  Allah  dan
buah-buahnya   .   Termasuk   tanda-tandanya  adalah  mengikuti  Rasulullah
shalallahu  alaihi  wa  sallam.  Dan  mengikuti beliau berarti taat kepada
Allah.

Adapun hasil taat kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam adalah ; ia
mendapatkan kecintaan , pengampunan dosa dan rahmat dari Allah.

KEENAM


Sesungguhnya ibadah itu tidak akan berhenti (selesai) dari seorang mukallaf
semenjak baligh dan berakal sampai akhirnya dia wafat, sebagimana firmanNya
:

"Dan  janganlah  kalian  semua mati MELAINKAN dalam keadaan sebagai seorang
muslim." (Ali Imran :102)

"Dan beribadahlah engkau kepada Rabbmu sampai engkau mati." (Al Hijr :99).

1.  ISTILAH DAN SEJARAH


Kata  tasawuf  dan  sufi  tidak  dikenal pada awal Islam. Ia terkenal (ada)
setelah  itu  atau  masuk  ke  dalam  Islam  dari  umat-umat yang hidup di
belakang hari.

Syaikhul   Islam   ibnu   Taimiyah  rahimahullah  mengatakan  dalam  Majmu'
Fatawa-nya  :"Adapun  kata  sufi  tidak  dikenal  di  3  masa  yang utama (shahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in) dan hanya dikenal setelah masa itu. Hal
ini  banyak  dinukil  oleh  para imam , seperti imam Ahmad bin Hambal , Abu
Sulaiman  Ad-darani  dll.  Diriwayatkan  bahwa  Sufyan Ats-Tsuari berbicara
tentang  masalah  ini  (sufi) , tapi sebagian mereka mengatakan riwayat tsb
dari Al Hasan Al Bashri.

Dan  Sufi  itu  tidak  ada  dalam  Islam. Ada yang mengatakan bahwa asalnya
adalah  dari  kata  Shuuf (bulu domba) dan inilah yang terkenal di kalangan
banyak orang. Dan sufi yang pertama muncul adalah dinegeri Basrah.

Orang  yang  pertama  kali mengadakan gerakan sufi ini adalah sebagian dari
sahabat  Abdul Wahid bin Zaid , ia adalah seorang sahabat Al Hasan Al Basri.
Ia  (Abdul  Wahid) populer di Basrah dengan sifatnya yang keterlaluan dalam
zuhud , ibadah , rasa takut dll. Tidak ada penduduk kota itu yang spt dia.

Abu Syaikh telah meriwayatkan dengan sanad-sanadnya dari Muhammad bin Sirin
bahwa  telah  sampai  berita  kepadanya  tentang  sebagian  kaum yang lebih
mengutamakan  pakaian dari bulu domba. Ia berkata :" Sesungguhnya ada suatu
kaum  yang lebih mengutamakan memakai pakaian bulu domba. Mereka mengatakan
ingin  meniru  pakaian  Isa  bin Maryam, sedangkan bimbingan dari nabi kita
lebih kita cintai. Nabi juga memakai pakaian dari katun dll , atau komentar
yang senada dengan itu.

Kemudian  beliau  (Ibn  Taimiyah)  melanjutkan :" Mereka menisbatkan kepada
pakaian  yang  dhahir  , yaitu pakaian dari bulu domba, maka mereka disebut
shuffi....
Akhirnya  beliau  (ibn  Taimiyah)  berkata  :"  Maka inilah asal tasawwuf ,
kemudian  berkembang  menjadi  beraneka ragam dan bercabang-cabang. [ Majmu
Fatawa : XI: 5-7 , 16, 17]

Disini  diterangkan bahwa tasawuf tumbuh dinegeri-negeri Islam melalui para
ahli ibadah dari Basrah sbg hasil dari sikap keterlaluan mereka dalam zuhud
dan  ibadah.  kemudian  hal  itu terus berkembang melalui kitab-kitab orang
belakangan   dan   ditanamkan   dinegeri-negeri   kaum   muslimin   melalui
ideologi-ideologi  lain seperti HINDU , BUDHA dan kepasturan Nashrani. Hal
ini  sesuai  dengan  apa yang dikatakan Muhammad bin Sirrin yang berkata :"
Sesungguhnya  ada  suatu  kaum yang lebih mengutamakan memakai pakaian bulu
domba.  Mereka  mengatakan  ingin  meniru pakaian Isa bin Maryam, sedangkan
bimbingan  dari  nabi  kita  lebih  kita  cinta."  Jelaslah  bahwa tassawuf
MEMILIKI ikatan dengan agama Nashrani !!!

Dr.  Shobir Tho'imah memberi komentar dalam kitab As Shufiyah Mu'taqadan wa
maslakan  :"Jelas  bahwa  tasawuf  memiliki  pengaruh  dari  kehidupan para
pendeta  Nashrani , mereka suka memakai pakaian dari bulu domba dan berdiam
di  biara-biara.  dan  ini  banyak  sekali . Islam memutuskan kebiasaan ini
ketika  ia  membebaskan  negeri dengan tauhid. Islam memberikan bekas dengan
jelas thd kehidupan peribadatan orang-orang dahulu [hal 17]

Syaikh  Ihsan  Ilahi Dhahir rahimahullah berkata dalam bukunya At Tashawwuf
al  Mansya' wal Mashadir :" Ketika kita memperhatikan dengan TELITI tentang
ajaran  sufi yang pertama dan terakhir (belakangan) serta pendapat-pendapat
yang  dinukil  dan  diakui  oleh mereka di dalam kitab-kitab sufi baik yang
lama  maupun yang baru, MAKA kita akan melihat dengan jelas PERBEDAAN YANG
JAUH  antara  SUFI  dengan  al Qur'an dan As Sunnah. Begitu juga kita tidak
melihat  adanya  bibit-bibit  sufi  di  dalam  perjalanan  hidup Rasulullah
Shalallahu  alaihi  wa sallam dan para shahabat beliau , yang mereka adalah
(sebaik-baik)  pilihan Allah dari kalangan mahlukNya (setelah para Nabi dan
Rasul  ,ed)  ,  tetapi  kita  bisa melihat bahwa sufi diambil dari PERCIKAN
kependetaan  Nashrani  , Brahmana (HINDU) dan Yahudi serta kezuhudan agama
BUDHA.[ hal 27]

Syaikh   Abdurrahman  al  Wakil  rahimahullah  berkata  di  dalam  kitabnya
Mashra'ut  tashawwuf  :"Sesungguhnya  tasawwuf  itu  adalah  tipuan / makar
paling  rendah / hina dan tercela. Setan telah membuatnya menipu para hamba
Allah  dan memerangi Allah Azza wa Jalla dan rasulNya. Sesungguhnya tasawuf
adalah  (sebagai)  TOPENG kaum Majusi agar ia terlihat sebagai seorang yang
Rabbani  ,  bahkan juga TOPENG SEMUA MUSUH agama ini (Islam). Bila diteliti
ke  dalam akan ditemui di dalamnya (ajaran sufi itu) Brahmaisme , Budhisme,
Zaratuisme, Platoisme, Yahudisme, Nashranisme, dan Paganisme " [hal 19]

Dalam   kesempatan   ini   kita  telah  membawakan  pendapat-pendapat  dari
kitab-kitab  sekarang  tentang asalnya sufi dan juga banyak yang tidak kita
sebutkan  yang semuanya saling berpendapat seperti ini. Jelaslah bahwa sufi
adalah ajaran (dari) LUAR yang MENYUSUP ke dalam Islam. Hal ini tampak dari
kebisaan-kebiasaan  yang  dinisbatkan  kepadanya  (tashawwuf).  Sufi adalah
suatu  ajaran yang aneh (asing) di dalam Islam dan JAUH dari petunjuk Allah
Azza wa Jalla.

Yang dimaksud dengan kalangan sufi yang belakangan adalah mereka yang sudah
banyak  berisi  kebohongan.  Adapun  yang  terdahulu (dinisbatkan) , mereka
masih  netral  seperti Al Fudhail bin Iyadh , Al Junaid , Ibrahim bin Adham
dll.




2.  PENDIRIAN SUFI TERHADAP IBADAH DAN AGAMA INI


Bagi  sufi  , khususnya yang belakangan , mereka memiliki metode TERSENDIRI
tentang agama ini dan ibadah yang menyelisihi metode para salaf (umat Islam
terdahulu  :  Nabi  Shallalahu alaihi wa sallam, shahabat , tabiin , tabiit
tabiin dan yang mengikuti mereka dengan sebaik-baiknya ikutan). Mereka jauh
dari  Al  Qur'an dan As-Sunnah. diantara mereka ada yang membangun agama dan
peribadatan mereka berdasarkan rumus-rumus dan istilah-istilah yang made in
mereka. Adapun ringkasnya sebagi berikut :


1.  Mereka beribadah kepada Allah HANYA sebatas RASA MAHABBAH (cinta) saja.

Mereka  meremehkan segi lainnya , seperti KHAUF (takut) dan Roja' (harapan)
, sebagaimana sebagian mereka yang berkata :

"Saya  tidak beribadah kepada Allah untuk mengharapkan syurga-Nya dan takut
kepada neraka-Nya"

Memang  tidak diragukan lagi bahwa ibadah harus dibangun diatas dasar cinta
(MAHABBAH)  pada  Allah  ,  akan  tetapi ibadah bukan hanya sebatas hal itu
saja,  seperti  yang  mereka kira, bahkan ibadah itu memiliki segi-segi dan
jenis  SELAIN  mahabbah, seperti KHAUF (rasa takut pada Allah) , AL KHUDHU'
(rasa  rendah  dihadapan  Allah)  dan lain-lain. Ibadah itu sebagimana yang
dikatakan  oleh  Syaikhul  Islam  Ibnu Taiymiyah :"Ibadah itu adalah sebuah
nama  yang  didalamnya  terkumpul  perkara-perkara  yang dicintai Allah dan
diridhai-Nya  ,  apakah  bentuk ucapan, amalan yang dhahir atau yang bathin
(AL Ubudiyah :7).

Sebagaimana  yang  dikatakan  Ibnu  Qoyyim  :"Beribadah kepada Allah adalah
dengan  rasa  mahabbah  yang paling tinggi kepada-Nya. Bersamaan dengan itu
yang  beribadah  harus  merasa  DZULL  (merasa  hina dihadapan Allah) , dan
keduanya  adalah  2  kutub.  Diatas  keduanyalah poros ibadah itu beredar .
Terus beredar hingga 2 kutub itu benar-benar tegak".

Oleh karena itu sebagian salaf berkata :
·          Barangsiapa yang beribadah kepada Allah dengan (hanya) rasa mahabbah saja, maka dia adalah ZINDIQ.
·          Barangsiapa yang beribadah kepada Allah dengan (hanya) rasa ROJA'(pengharapan) saja , maka ia adalah MURJI'I (= suatu keyakinan bahwa amal  baik / dosa tidak mempengaruhi keimanan).
·          Barangsiapa yang beribadah kepada Allah dengan (hanya) rasa KHAUF (rasa takut) saja , maka ia adalah HARURI (KHAWARIJ= yang mudah mengkafirkan pelaku dosa besar).
·          Barangsiapa yang beribadah kepada Allah dengan rasa Mahabbah , Khauf dan Roja' , maka ia adalah MUWAHHID (mukmin yang bertauhid.

Allah  menerangkan  bahwa  para  hamba  dan  Rasul-Nya berdo'a kepada Allah
dengan  rasa  takut  dan berharap. Mereka mengharapkan rahmat-Nya dan takut
kepada azab-Nya.

Syaikhul  Islam Ibnu Taimiyah berkata :"dan karena ini telah didapati dalam salah  satu  jenis dikalangan orang-orang belakangan ada yang terus-menerus
MENGAKU  menyatakan rasa MAHABBAH , sehingga akhirnya hal itu (menyebabkan)
mereka   keluar   menuju   KEBODOHAN   dan   pengakuan   yang  MENGGUGURKAN
peribadatannya."

Lanjut  beliau  :"  Mayoritas  orang  yang menempuh JALAN KESUFIAN , mereka
menempuh  beberapa  macam  KEBODOHAN  terhadap  agama  ini  ,  yaitu  dalam
PENGAKUAN  mereka  MENCINTAI ALLAH apa yang  mengakibatkan mereka melanggar
hukum-hukum  Allah  atau  menyia-nyiakan  hak-hak  ALLAH  atau akhirnya ia
meneriakkan slogan-slogan BATIL dan tidak ada hakikatnya"[Al Ubudiyah , 90]

Lanjut  beliau :"Dan juga orang-orang yang mendengar QASHIDAH-QASHIDAH dari
para  SYAIKH  mereka yang berisi CERCAAN , RASA CINTA , KERINDUAN, Makian ,
Kritikan  dan  CINTA yang MENGGELORA . dan inilah sebenarnya tujuan mereka.
Oleh  karena  itu  Allah  MENURUNKAN  SATU ayat yang bercerita tentang RASA
CINTA sebagai PENGUJI bagi orang-orang yang mengakui mencintai ALLAH, yaitu
:

"Katakanlah  (wahai Muhammad):Jika kalian mencintai Allah maka IKUTILAH aku
niscaya Allah akan mencintai kalian .(Ali Imran :31)

Maka  tidak  ada  yang bisa dikatakan mencintai Allah dan Rasul-Nya KECUALI
orang yang mengikuti Rasul-Nya. Taat kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa
sallam   tidak   akan   mungkin   terwujud  kecuali  dengan  merealisasikan
peribadatan.  Kebanyakan orang yang mencintai Allah itu KELUAR dari syariat
Allah  dan  Sunnah  Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. Dan akhirnya ia
menyatakan  khayalan-khayalan  yang  tidak  cukup  kita  sebutkan  disini .
Sehingga  ada  orang berangapan bahwa ia sudah BEBAS dari perintah-perintah
Allah , dan yang HARAM menjadi HALAL baginya."

Lanjut  beliau  :"  Kebanyakan  orang-orang  sesat , yaitu orang-orang yang
mengikuti  amalan-amalan  bid'ah seperti zuhud dan beribadah TANPA ILMU dan
cahaya  dari  Al  Qur'an  dan  As  Sunnah maka terjerumus sebagaimana orang
NASHRANI  terjerumus.  Diamana dia MENGAKU cinta kepada Allah , padajhal ia
sendiri menentang syariat Allah dan tidak mau berjihad di jalan-Nya."

Maka jelaslah bahwa peribadatan hanya sebatas rasa cinta kepada Allah tidak
dinamakan   ibadah,   bahkan  terkadang  dapat  menyeret  pelakunya  kepada
kesesatan , yaitu keluar dari  agama ini.


2. Sufi  secara  umum  dalam  masalah  agama dan peribadatan tidak merujuk
kepada  Al Qur'an dan As Sunnah, akan tetapi mereka merujuk kepada perasaan
dan  apa  yang  dirumuskan  oleh  guru-guru  mereka , yaitu rumusan-rumusan
bid'ah  ,  dzikir-dzikir  dan wirid-wirid yang bid'ah. Kadang-kadang mereka
beragumen  dengan cerita-cerita , mimpi-mimpi dan hadist-hadist palsu untuk
membenarkan  pendirian  mereka  ,  sebagai  ganti dari berargumen dengan Al
Qur'an dan As Sunnah. Diatas dasar inilah para sufi membangun agamanya.

Seperti  yang diketahui bahwa suatu ibadah tidak akan diterima , atau tidak
dianggap  benar kecuali bila ibadah itu dibangun diatas dasar Al Qur'an dan
As Sunnah.

Syaikhul  Islam  Ibnu  Taimiyah berkata :"Mereka (para sufi) berpegang pada
masalah  agama  yang  mereka gunakan untuk bertaqarrub kepada Allah seperti
cara-cara orang Nashrani dalam berpegang dengan agama mereka , yakni dengan
kata-kata penuh kebohongan dan cerita-cerita yang tidak diketahui kejujuran
orang   yang   menceritakannya.   Kalaupun  ia  jujur  ,  ia  tidak  ma'sum
(terpelihara  dari kesalahan). Maka akibatnya mereka menjadikan orang-orang
mereka  ikuti  panutan)  dan  para  guru  mereka  sebagai orang-orang yang
MEMBUAT  syariat atau yang membuat (aturan) agama bagi mereka. Sama seperti
orang-orang Nashrani yang menjadikan para pendeta mereka sebagai orang yang
membuat syariat bagi mereka,?."

Karena  hal-hal  diatas  tadi adalah dasar-dasarmereka dalam merujuk kepada
masalah  diin  dan ibadah mereka, akibatnya mereka tidak mau kembali kepada
Al Qur'an dan As Sunnah . Dan sebab itulah akhirnya mereka berpecah belah ,
sebagaiman firman-Nya :

"Dan  bahwa  ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia dan janganlah
kalian  mengikuti  jalan-jalan  yang  lain, yangb akibatnya kalian bercerai
berai dari jalan-Nya." (al An'am :153)

Maka  jalan  Allah  adalah  satu  saja,  tidak  terbagi-bagi  dan tidak ada
perselisihan   di   dalamnya.   Adapun   selain   itu   adalah  jalan  yang
bercabang-cabang  dan  memecah  belah  orang yang melaluinya dan menjauhkan
dari  jalan Allah yang lurus. Hal ini terjadi pada firqah-firqah (kelompok)
sufi , yang setiap firqah memiliki thariqah (jalan) sendiri yang khusus dan
berbeda  dengan  kelompok yang lain. Disetiap kelompok memiliki syaikh yang
mereka   istilahkan   dengan   "Syaikh   Thariqah"  yang  kerjanya  membuat
rumusan-rumusan  dan manhaj-manhaj (metode) yang bertentangan dengan manhaj
atau rumusan kelompok yang lain.

Akhirnya  para syaikh tersebut menjauhkan para pengikutnya dari jalan Allah
yang  lurus.  Syaikh  thariqat  ini memiliki hak perintah mutlak yang tidak
bisa dibantah sedikitpun, hingga mereka berkata :

"Seorang  murid (pengikut) dihadapan syaikhnya IBARAT MAYAT dihadapan orang
yang memandikannya."

Bahkan  sebagian para syaikh ini mengaku bahwa ia mendapatkan perintah yang
dia katakan kepada para muridnya LANGSUNG dari Allah.


3. Termasuk agama para sufi adalah : mereka melaksanakan dzikir-dzikir dan
wirid-wirid  yang dibuat oleh para syaikh mereka dan mereka hanya membatasi
hanya  dengan itu saja. Mereka menganggap membacanya adalah ibadah , bahkan
kadang-kadang  mereka  lebih mengutamakannya dari membaca Al-Qur'an. Mereka
menamakannya dengan " DZIKIR KHUSUS".

Adapun  dzikir-dzikir  di  dalam   Al  Qur'an  dan As Sunnah mereka namakan
dengan  "dzikir  umum".  Adapun dzikir khusus adalah satu kata saja , yaitu
"Allah". Dan dzikir yang lebih khusus dari itu lagi adalah "HUWA" (=Dia).

Syaikhul  Islam Ibnu Taimiyah berkata :"Siapa yang mengira bahwa ucapan Laa
ilaaha  illaahu  adalah dzikir umum , dan kata "ALLAH" adalah dzikir khusus
serta  kata  :HUWA"  adalah dzikir khusus yang paling khusus, maka ia telah
SESAT dan MENYESATKAN orang lain. Mereka berdalil dengan firman Allah :

"Katakanlah   :"Allah   (yang  menurunkannya)  ,  kemudian  biarkan  mereka
bermain-main dengan kesesatannya" (Al- An'am :91).

Ini adalah kesalahan (mereka) yang fatal sekali , bahkan ini merupakan ini
merupakan penyimpangan kata dari tempat semestinya , karena kata Allah yang
tersebut  di dalam ayat ini adalah sebagai jawaban terhadap ayat sebelumnya
, yaitu firman-Nya :

"Siapakah  yang  menurunkan  kitab  (Taurat) yang di bawa oleh Musa sebagai
cahaya dan petunjuk bagi manusia ??..dst (al ?An'am :91) , SAMPAI pada ayat
yang  berbunyi  :"Katakanlah  :Allah  ",  yaitu Allah yang menurunkan KITAB
Taurat  yang dibawa oleh Musa.

Maka  kata  Allah  adalah  Mubtada  (kata  benda marfu' diawal kalimat) dan
khabar  (kata  benda  marfu'  setelah  mubtada')nya  menunjukkan istifham ,
seperti  dalam  ucapanmu  ketika  ditanya  :"Siapa  tetanggamu  ?" Jawabnya
:"Zaid", yaitu Zaid adalah tetanggaku.

Maka  kata  Allah atau kata HUWA , bukanlah ucapan yang sempurna. Tidak ada
kaitanyya  dengan  iman , kufur, perintah dan larangan. Para salaf umat ini
TIDAK  ADA  yang  berdzikir dengan kata ini. Rasulullah shalallhu alaihi wa
sallam  juga  tidak  mensyariatkannya.  Hati juga tidak mengetahui artinya,
apakah  itu nafyi (meniadakan yang berhak diibadahi) atau isbat (menetapkan
yang berhak diibadahi).

Sebagian  para  syaikh sesat berkata :"Aku khawatir kalau aku mati diantara
kata nafyi (=Laa ilaaha) dan istabat (=Illallah)." Ini tidak bisa dijadikan
sebagai  alasan  ,  karena kalau seseorang mati dalam keadaan belum selesai
mengucapkan  kalimat  Laa  Ilaaha  Illallah  atau  dia  mati  ketika  masih
mengucapkan  kata  Laa  Ilaaha , maka hal ini tergantung keadaan niat orang
tersebut , sebab amalan itu tergantung niatnya.

Telah diriwayatkan dengan pasti bahwa Nabi menyuruh untuk menalqinkan orang
yang hampir mati (bukan yang telah mati) dengan sabdanya :"Siapa yang akhir
ucapannya Laa Ilaaha Illalah akan masuk syurga." Kalaulah menalqinkan orang
yang  hampir  mati  dengan kalimat Laa Ilaaha Illallah adalah dilarang atau
orang  tesebut  DIKHAWATIRKAN akan meninggal dalam keadaan tidak baik tentu
Rasulullah   tidak  akan  mengajarkannya.  Akan  tetapi  karena  Rasulullah
mengajarkannya  ,  maka  kita hanya patuh (=ittiba') kepada apa yang beliau
shalallahu  alaihi wa sallam ajarkan. Adapun jika orang itu meninggal dalam
keadaan  tidak  sempurna  ketika  mengucapkannya , maka hal itu tergantung
niatnya.

Maka  orang  yang  mengatakan :"YA HUWA , YA HUWA " atau "HUWA,HUWA" , maka
kata  ganti  itu  menurut  apa  yang  dimaksudkan hati. Sedangkan hati bisa
mendapat hidayah dan bisa sesat.
Yang  mencetuskan  hal  ini  telah mengarang sebuah kitab yang berjudul "AL
HUWA ", yaitu :IBNU ARABI. Sebagian mereka ada yang mengira bahwa ayat yang
berbunyi :

"Dan tidaklah yang mengetahui takwilnya kecuali Allah." (Ali Imran :7)

Yaitu  tidak  ada  yang  mengetahui  takwil  kata ini (=Huwa) melainkan Huwa
(=Allah).  Kaum  muslimin bahkan orang yang masih berakal pun sepakat bahwa
ini  adalah  KEBATILAN  yang  jelas sekali. Dan kadang-kadang ada juga yang
mengira  makna ayat ini sama dengan mereka (para sufi) mengiranya. Sehingga
aku  berkata  kepada  sebagian  orang  yang  mengatakan  seperti itu, bahwa
kalaulah hal ini (takwil) adalah seperti yang engkau katakan tentu ayat itu
tidak  akan ditulis seperti itu, akan tetapi ditulis dengan memisahkan kata
huwa dari takwil,?"
(Risalah Ubudiyah :117-118).


4.  Orang-orang  sufi  sangat BERLEBIHAN dalam menghormati para gurunya dan
walinya.  Berbeda  dengan  akidah  Ahlus  Sunnah wa Jama'ah , karena akidah
Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah mencintai para wali Allah dan memusuhi para
musuh Allah, sebagaimana firman-Nya :

"Sesungguhnya  wali  kalian  adalah  Allah  dan  Rasul-Nya  dan orang-orang
beriman  ,  yang  mendirikan  shalat  dan  memunaikan zakat , seraya mereka
tunduk kepada Allah." (Al-Maidah :55)

'Wahai  orang-orang  yang beriman , janganlah kalian mengambil musuh-Ku dan
musuh kalian sebagai teman setia (wali)." (Al Mumtahanah :1)

Para  wali Allah adalah orang-orang mukmin yang bertaqwa, mendirikan shalat
dan  memnunaikan zakat serta menundukkan diri kepada Allah. Wajib bagi kita
mencintai  ,  meneladani  dan menghormati mereka. Bukanlah kewalian itu ada
pada  individutertentu  ,  akan  tetapi  setiap  orang mukmin yang bertaqwa
adalah  wali  Allah.  Mereka tidak terlepas dari dosa dan inilah penjelasan
tentang bagaimana sikap terhdapa mereka menurut Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Adapun  kewalian  menurut sufi , lain pula. Mereka memberi kewajiban kepada
pribadi-pribadi  tertentu  tanpa  berdasarkan syariat. Bahkan kadang mereka
memberikan   kewalian  kepada  orang  yang  tidak  diketahui  keimanan  dan
ketakwaannya,  bahkan  kadang-kadang sebaliknya, yaitu kepada para penyihir
dan   orang   yang   menghalalkan  apa  yang  diharamkan  Allah.  Dan  juga
kadang-kadang  mereka  mengutamakan  orang  yang mengaku sebagai wali Allah
lebih tinggi dari pada Nabi dan Rasul , sebagaimana sebagian mereka berkata
:

Kedudukan Nabi di alam barzakh nanti
Di atas para Rasul , dibawah para wali.

Mereka berkata :
"Sesungguhnya  para  wali  (=menurut  mereka)  mengambil (ilmu) dari tempat
dimana Malaikat mengambil wahyu yang disampaikan kepada Muhammad Rasulullah
Shalallahu  alaihi  wa sallam."Dan para pengikutnya menganggap mereka (para
wali) adalah 'ISMAH (terpelihara dari dosa).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata :
"Dalam  pembahasan  ini kebanyakan orang telah keliru , sebab mereka mengira
seseorang  adalah wali Allah. Kemudian ia mengira bahwa wali Allah diterima
SEMUA ucapannya (pendapat) mereka, diakui SEMUA perkataannya , diakui SEMUA
apa  yang  mereka  perbuat,  walaupun  hal  itu  MENENTANG Al Qur'an dan As
Sunnah. Maka akibatnya mereka menyetujui SEMUA apa yang ada pada diri orang
YANG  DISANGKA  sebagai  wali tersebut. Dan akibatnya mereka suka menentang
apa yang dibawa oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam , padahal Allah
wajibkan  semua  mahluk  untuk membenarkan apa yang beliau bawa dan menaati
terhdapa apa yang beliau suruh. Mereka seperti kaum Nashrani yang dikatakan
Allah didalam  Al Qur'an :

"Mereka  menjadikan  orang-orang  alimnya dan para pendetanya sebagai TUHAN
selain Allah dan juga mereka mempertuhankan Al-Masih putera Maryam; padahal
mereka  hanya  disuruh  menyembah  Allah. Tidak ada sesembahan selain Dia ,
Maha Suci Dia dari apa yang mereka sekutukan." (At-taubah :31)

Dalam  musnad  imam  Ahmad dan Turmudzi  juga menshaihikannya dari 'Adi bin
Hatim  , ketika ia menanyakan kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam
tentang tafsir ayat ini , maka ia berkata :
"Mereka tidak menyembah para pendeta mereka."
Nabi   menjawab  :"Para  pendeta menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan
mengharamkan  apa yang dihalalkan Allah, maka para pengikutnya mematuhinya,
inilah yang dinamakan dengan menyembah kepada para pendeta itu."

Beliau (Ibnu Taimiyah ) melanjutkan :
"Dalam  memahami  tentang  masalah  kewalian  mereka  ,  bahwa yang MENGAKU
SEBAGAI  WALI  Allah  bisa  mengetahui  tentang  masalah  yang  GHAIB, bisa
melakukan  hal  yang  luarv  biasa,  seperti ia menunjuk seseorang itu akan
mati,  bisa  TERBANG  di  uadara  menuju  Mekkah, BERJALAN di atas air dll.
Sebagian  mereka  ber-ISTIGHOSAH kepada wali itu ketika ia sedang tidak ada
(ghaib)  atau  setelah  ia  mati,  kemudian  mereka melihatnya datang untuk
memetuhi hajat mereka, atau para wali itu bisa memberitahukan tentang SIAPA
yang  MENCURI  barang  milik  seseorang.  Maka  bila keadaannya seperti ini
berarti ia BUKANLAH wali Allah.

Akan  tetapi para wali Allah telah sepakat bahwa seseorang kalau ia terbang
diudara  atau  berjalan  di atas air , maka  tidak boleh tertipu hingga ia
melihat tentang MUTTABA'AH (mengikuti) kepada Rasul yaitu patuhnya terhadap
apa yang disuruh dan dilarang Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam.

Karomah-karomah  para  wali  Allah  adalah lebih besar dari perkara-perkara
luar  biasa  ini.  Sebab  terkadang pelakunya bisa wali Allah dan terkadang
bisa  juga  MUSUH  Allah,  karena  hal luar biasa ini bisa juga muncul dari
orang  KAFIR,  MUSYRIK,  Ahlul  Kitab, Orang-orang munafik, ahlu bid'ah dan
para  setan. Maka kita tidak bisa mengatakan bahwa orang yang memiliki hal
ini adalah wali Allah.

Akan  tetapi (yang benar) wali Allah itu bisa diketahui keadaan mereka yang
diterangkan  Allah  dalam  Al  Qur'an  dan As Sunnah. Mereka bisa diketahui
dengan cahaya iman dan Al Qur'an, hakikat iman yang batin dan syariat Islam
yang  dhahir.  Permisalan  seperti itu dari perkara-perkara yang disebutkan
tadi (hal luar biasa) dan yang semisalnya terkadang bisa didapati pula pada
orang  yang  tidak (pernah) berwudhu, tidak shalat 5 waktu, memakai pakaian
yang najis, bergaul dengan anjing-anjing , bertempat tinggal dikamar mandi,
kuburan  dan  tempat  sampah, baunya yang busuk , tidak bersuci dengan cara
yang benar menurut syariat dan tidak bersih."

Kemudian beliau melanjutkan :
"Maka jika seseorang itu senang dengan najis dan kotoran serta hal-hal yang
disenangi  setan  atau  dia  bertempat tinggal dikamar mandi, tempat sampah
yang  itu  merupakan kesenangan setan, atau dia suka tinggal di kamar mandi
yang  itu  merupakan  tempat tinggalnya syetan, atau ia suka memakan ular ,
kalajengking  ,  dan  hidung-hidung anjing yang itu merupakan makanan kotor
dan  fasik,  dia minum air kencing dan sebagian yang disenangi setan, atau
ia  BERISTIGHOSAH  kepada  selain  Allah  ,  berdo'a  kepada selain-Nya dan
bersujud  dihadapan syaiknya. Dia tidak mengikhlaskan agama ini untuk Allah
semata  atau  suka  bergaul  dengan  anjing atau api , atau suka tinggal di
tempat-tempat  sampah  dan  tempat-tempat  yang najis, atau suka tinggal di
kuburan   lebih-lebih   jika  kuburan  orang  Kafir  Yahudi  ,nashrani  dan
musyrikin.  Dia  tidak  suka  mendengarkan  bacaan  Al  Qur'an  .  Ia lebih
mengutamakan  mendengar  MUSIK  setan  dari  pada Kalamullah , maka hal ini
adalah  TANDA  bahwa  orang  tersebut BUKANLAH wali Allah , akan TETAPI dia
adalah WALI S E T A N !!!!,?..."
(Majmu' Fatawa :11/201-216)

Para  sufi dalam hal ini tidak berhenti sampai disini saja, yaitu dalam hal
pemberian gelar kewalian , akan tetapi mereka melampaui batas dalam hal ini
sampai-sampai  mereka  menjadikan para wali memiliki sifat-sifat ketuhanan.
Mereka  menganggap  para  wali nbisa mengatur alam, mengetahui hal-hal yang
ghaib,  mewajibkan  ISTIGHOSAH  (mengadukan  kesulitan) kepada mereka dalam
perkara yang tidak disanggupi kecuali oleh Allah.

Mereka  menamakan  para  wali  itu dengan AGHWASTS, QUTHB dan AUTAD. Mereka
berteriak-teriak , memangil-manggil nama gurunya ketika dalam keadaan sulit,  sedangkan guru mereka dalam keadaan jauh atau telah mati. Mereka meminta kapada  para  gurunya  agar segala urusan mereka diselesaikan dan kesusahan
mereka  diatasi. Mereka memberikan kepada guru-guru mereka sifat-sifat yang
mengandung  pengkultusan ketika mereka masih hidup. Mereka beribadah kepada
para  gurunya  setelah  mereka mati. Mereka membuat bangunan diatas kuburan
gurunya,  kemudian  meminta  berkah di sana dan berziarah ke kuburan itu.
Mereka  thawaf  dikuburan  itu.  Mereka  BERTAQARRUB  DENGAN BERBAGAI MACAM
NADZAR. Mereka meneriakkan nama-nama penghuni kubur itu ketika berdoa.
INILAH manhaj sufi dalam kewalian dan dalam menyikapi para wali.


5.  Termasuk  diantara kebatilan agama sufi adalah bertaqarrub kepada Allah
dengan NYANYIAN, TARIAN , MEMUKUL-MUKUL gendang dan bertepuk tangan. Mereka
menganggap hal ini IBADAH kepada Allah.

Dr.  Shobir  Tha'imah berkata di dalam kitabnya Ash Shufiyyah Mu'taqadan wa
maslakan:
"Tarian  sufi pada masa sekarang diadakan ketika berkumpul berbagai tariqat
untuk  memperingati  hari  lahir  (HAUL)  salah  seseorang pembesar mereka.
Disana  berkumpul  para  pengikutnya  untuk mendengarkan not-not musik yang
dibentuk  dengan suara yang terkadang terdiri dari 200 para penari pria dan
wanita.   Para   pembesarnya   duduk   sambil   menghisap   berbagai  macam
cerutu/rokok.  Pemimpin  kelompok  ini  dan  para pengikutnya berdiri untuk
membacakan  berbagai  macam KHURAFAT yang disandarkan kepada pemimpinmereka
yang telah dikubur.
Berdasarkan  ilmu yang ada pada kita, kita meneliti bahwa pelaksanaan acara
musik  oleh  sebagian  tariqat  sufi  yang ada sekarang adalah bersandarkan
kepada apa yang dinamakan dengan KOOR   AL-SHALAWATUL AHADIL MASIHIYYAH.'

Syaikhul  Islam  Ibnu Taimiyah menerangkan waktu terjadinya keadaan ini dan
tentang  pendirian  para  imam terhadap (perkara)  dan siapa yang awal mula
mengadakannya :
"?Ketahuilah sesungguhnya hal itu TIDAK PERNAH terjadi dimasa 3  kurun yang
dimuliakan baik  di  HIJAZ,  SYAM, YAMAN, MESIR, MAGHRIB, IRAK dan KHURASAN.
Dan juga tidak dari kalangan para ulama dan orang-orang zuhud. Mereka tidak
pernah  berkumpul  untuk  mendengarkan  rebana, tepuk tangan , siulan, atau
yang lainnya.
Hal  ini  HANYA  TERJADI seteleah akhir-akhir tahun ke-200 Hijriyah. Ketika
para imam melihat ini mereka MENGINGKARINYA.
Imam  Syafi'I  berkata  :"Aku tinggal di Baghdad dan aku menemui disana ada
amalan   yang   dilakukan  orang-orang  zindiq  yang  mereka  sebut  dengan
"tahlilan". Mereka menghalangi manusia dari Al Qur'an .'
Yazid  bin Harun berkata :"Tidak ada yang melakukan itu kecuali orang fasiq
, sejak kapan hal itu berawal?.."

Imam  Ahmad  pernah  ditanya  tentang  hal  itu,  maka  ia  berkata  :" Aku
membencinya  ,  itu bid'ah." Dan ditanyakan kepada beliau :"Apakah Anda mau
duduk bersama mereka?" Beliau menjawab :"Tidak!".
Demikianlah para Imam sangat membenci hal itu. Ibrahim bin Adfham tidak mau
menghadiri  acara  itu  ,  juga  Fudhail bin Iyadh , Ma''uf Al-Karoni , Abu
Sulaiman  Ad-Darani, Ahmad bin Abil Hawari, As-Suris Saqti dan yang semisal
mereka.

Adapun   para  syaikh  yang  pernah  menghadiri  acara  itu  pada  akhirnya
meninggalkannya  dan  mencela  para  pelakunya,  sebagaimana yang dilakukan
syaikh  Abdul Qadir dan Abul Bayan serta lainnya. Dan juga sebagaimana yang
telah  disebutkan oleh Imam Syafi'I rahimahullah bahwa itu adalah perbuatan
para  zindiq  ,  karena  acara  ini tidak ada yang menyukai dan mengajaknya
KECUALI  ORANG  ZINDIQ  , seperti Ibnu Rawandi , Al-Farabi , Ibnu Sina, dan
yang lainnya."

Beliau  melanjutkan  lagi  :"Adapun  orang yang hanif (lurus) dan mengikuti
agama Ibrahim Al Khalil, yang Allah jadikan ia sebagai imam, seorang muslim
yang tidak menerima agama selain Islam, orang-orang yang mengijkuti syariat
Nabi  penutup, Muhammad shalallahu alaihi wa sallam, maka mereka tidak suka
kepada  hal  itu  dan  tidak mengajak manusia kepadanya. Mereka adalah para
pengikut  Al-Qur'an , iman, hidayah, kebahagiaan , cahaya, kemenangan, ilmu
,yakin, ikhlas, mahabbah, tawakkal, takut dan bertaubat kepada Allah."

Beliau  berkata  lagi :" Barangsiapa yang memiliki pengetahuan tentang diin
ini  , keadaan hati , pengetahuan tentangnya dan perasaan-perasaannya, maka
ia akan mengetahui bahwa mendengarkan lagu-lagu , siulan , tepuk tangan dan
lain-lain,  itu tidak memberi manfaat dan kebaikan terhadap hati. Bahkan di
dalamnya mengandung bahaya dan kerusakan besar terhadap ruh (hati), seperti
khamar minuman keras terhadap fisik.

Oleh  sebab tu , pelakunya terkena kemabukan yang lebih parah dari mabuknya
khamar.  Ia  akan mendapatkan kelezatan tanpa bisa membeda-bedakan, seperti
yang  dialami  para peminum khamar. Dan itu yang mengakibatkan ia terhalang
dari mengingat Allah dan shalat, itu lebih besar bahayanya daripada khamar.
Dan  terjadi  diantara  mereka permusuhan yang lebih besar dibanding dengan
yang ditimbulkan khamar."

Beliau  pernah  berkata  lagi  :"Adapun  tentang  menari  ,  maka Allah dan
Rasul-Nya  tidak pernah memerintahkannya. Dan terlebih lagi para imam Ahlus
Sunnah wal jama'ah . Allah berfirman dalam Al Qur'an :

"Dan  sederhanakanlah  engkau  dalam  berjalan  dan  lunakkanlah  suaramu."
(Luqman :19)

"Dan hamba-hamba Rabb Yang Maha Penyayang adalah yang berjalan di atas bumi
dengan merendahkan hati." (Al-Furqan :63)

Yaitu  dengan  tenang dan terhormat. Dan ibadah kaum muslimin adalah dengan
ruku' dan sujud.

Akan  tetapi  tarian  dan duff (gendang) tidak diperintahkan oleh Allah dan
Rasul-Nya serta para pendahulu (salaf) umat ini."

Beliau  berkata lagi :"Adapun perkataan orang bahwa ini adalah jaring untuk
merekrut  banyak  orang,  maka  dia  memang jujur, karena kebanyakan mereka
menjadikannnya sebagai jaring untuk makannya , sebagaimana firman Allah :

"Wahai  orang-orang beriman , sesungguhnya kebanyakan dari para pendeta dan
para   rahib,   mereka  memakan  harta  manusia  dengan  batil  dan  mereka
menghalangi orang dari jalan Allah." (At-Taubah :34).

Barangsiapa  yang melakukannya , maka ia termasuk para pemimpin kesesatan ,
yang Allah ceritakan tentang kepemimpinan mereka dengan ayat-Nya :

"Mereka (para pengikut)  berkata :" Ya Tuhan kami , sesungguhnya kami telah
menaati   pemimpin-pemimpin   dan   pembesar-pembesar   kami,  lalu  mereka
menyesatkan  kami  dari  jalan  (yang  benar).  Ya Tuhan kami , timpakanlah
kepada  mereka  azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang
besar." (Al-Ahzab :67-68)

Adapun  orang-orang  jujur  dari  kalangan  mereka  ,  mereka menjadikannya
(=ke-tasawwuf-an)  sebagai  jaring  (alat  rekrut) , akan tetapi itu adalah
jaring  yang  terkoyak,  yang  buruan  akan  keluar lagi setelah masuk. Ini
terbukti hari ini. Sesungguhnya orang-orang yang berkecimpung dalam hal ini
sebenarnya  mereka tidaklah berdasarkan syariat yang disyariatkan Allah dan
Rasul-Nya.   Dan  hal  itu  akhirnya  memberikan  dampak  negatif  terhadap
mereka,?" (Majmu' Fatawa 11: 569 ? 574).

Para  sufi  yang bertaqarrub kepada Allah melalui sarana musik dan nyanyian
adalah oknum-oknum yang dikatakan Allah :

"(Yaitu)  orang-orang  yang menjadikan agama mereka sebagai senda gurau dan
permainan." (Al- A'raf :51).


6.  Termasuk  dalam  kebatilan sufi adalah ; mereka menganggap adanya suatu
hal  yang  dinamakan  merdeka  (~bebas ? lepas) dari beban syariat, sebagai
hasil   dari   evolusi  ke-Tasawwuf-annya.  Padahal  awal  tasawwuf  adalah
sebagaimana  yang  dikatakan  oleh  Ibnul Jauzi :" Mendidik jiwa , berusaha
merubah  tabiat  dengan  membuang  ahlak-ahlak yang buruk dan menggiringnya
(membawanya)  kepada  ahlak  yang  indah , yaitu dengan zuhud, murah hati ,
sabar, ikhlas, dan jujur."

Berliau  berkata  lagi  :"Sebenarnya mereka pada awalnya seperti ini , akan
tetapi kemudian Iblis memberi pengkaburan kepada mereka dalam berbagai segi, kemudian dia juga melakukan hal yang serupa terhadap generasi selanjutnya.  Setiap  berlalu kurun yang pertama semakin bertambah ketamakannya (dalam
menggoda  /  membuat pengkaburan pada manusia) dikurun yang berikutnya. Dan
Iblis semakin kuat mencengkeram mereka.

Langkah  yang  pertama  kali  ditempuh  oleh Iblis untuk mengkelabui mereka
adalah  dengan cara menjauhkan mereka dari ilmu dan memberi gambaran kepada
mereka  bahwa  tujuan  ilmu  adalah amal. Setelah cahaya ilmu yang ada pada
mereka  redup  dan  padam,  maka  akibatnya merangkak dan meraba-raba dalam
kegelapan.

Diantara  mereka  ada  yang  diberi kerancuan oleh Iblis bahwa tujuan akhir
sufi adalah meninggalkan dunia secara mutlak, maka akibatnya mereka menolak
apa-apa yang bisa menyamakan harta dengan kalajengking , atau yang lainnya.
Mereka tidak sadar harta itu diciptakan adalah untuk kebaikan.
Mereka  melampaui  batas  dalam  mendidik  diri  mereka, sehingga diantara
mereka  ada yang sampai tidak mau berbaring . Tujuan mereka sebenarnya baik,  yaitu  mendidik  diri,  akan tetapi jalan yang mereka tempuh keliru. Itu tidak  lain  karena minimnya bekal ilmu yang ada pada mereka. Sampai-samapi
karena  sedikitnya  ilmu  pada mereka , di kalangan mereka ada yang beramal
berdasarkan hadist-hadist palsu dan mereka tidak menyadarinya.

Kemudian    datang    kepada   mereka   sebuah   kelompok   yang   mengajak
bermiskin-miskin , berlapar-lapar dan memberikan hati mereka kepada was-was
setan, seperti Al-Harits Al-Muhasibi.
Kelompok  yang  lain  membimbing  mereka menuju mazhab sufi dengan beberapa
sifat   dan   membedakannya   dengan  sifat-sifat  tersebut,  yaitu  dengan
berpakaian lusuh , menyanyi ,menari , bertepuk tangan dll.

Hal  ini  terus  berlanjut  . Para guru memberikan beberapa hal yang mereka
jadikan  sebagai  prinsip. Akhirnya mereka semakin jauh dari para ulama dan
mereka  berpendapat  bahwa  yang  ada pada mereka adalah ilmu batin. Mereka
menjadikan  ilmu  syariat  sebagai ilmu dzahir. Dan mereka dengan ilmu yang
mereka  anggap  sebagai  ilmu  batin  itu  keluar  bersama kelaparan menuju
khayalan-khayalan  rusak.  Dan  mereka  menyatakan  bahwa  itu adalah suatu
kerinduan  kepada  Allah.  Kadang-kadang  mereka  mengkhayalkan bahwa Allah
adalah sosok pribadi yang indah.

Mereka   berada   di   antara  PERSIMPANGAN   jalan,  yaitu  KEKUFURAN  dan
KEBID'AHAN. Kemudian mereka terpecah menjadi beberapa kelompok dan menempuh
jalan sendiri-sendiri, maka semakin bertambah rusak akidah mereka.
Diantara  mereka ada yang menyatakan pendapat HULUL (=pemahaman bahwa Allah
menitis  ?  masuk  kedalam  mahluk  atau  benda).  Diantara mereka ada yang
menyatakan  bahwa mereka adalah orang-orang yang bisa bersatu dengan Allah.
Dan  Iblis  senantiasa  menggiring  mereka  kepada bid'ah , sehingga mereka
menjadikannya sebagai suatu yang biasa." (Talbis Iblis : 157 ?158)

Syaikhul  Islam  Ibnu Taimiyah pernah ditanya tentang suatu kaum yang terus
menerus  mengadakan Riyadhah (melatih diri dengan amalan-amalan yang dibuat
sendiri)  ,  sampai  mereka  mengira  bahwa  mereka  sudah mencapai tingkat
hakikat.
Kemudian  mereka  berkata  :"Kami  sekarang  tidak peduli terhadap apa yang
telah   kami  ketahui  ,  karena  perintah-perintah  dan  larangan-larangan
HANYALAH  peraturan  bagi  orang  awam saja" , sedangkan kalau mereka telah
mencapai  ke  tingkat hakikat , secara otomatis beban syariat akan terlepas
dari  mereka.  Dan  hasil  kenubuwahan  kembali kepada hikmah dan maslahat.
Sebenarnya  tujuan kenubuwahan adalah untuk MENGATUR orang yang masih awam,
sedangkan  kami  bukan  orang awam lagi , kami termasuk (keluar dari) ruang
taklif  (=pembebanan)  ,  karena  kami  telah sampai ke tingkat hakikat dan
mengetahui hikmah."

Maka  beliau  menjawab :"Tidak diragukan lagi bahwa di kalangan para 'ulama
dan  imam  ,  ucapan ini adalah sebuah KEKUFURAN besar. Dan ini lebih jahat
dari  ucapan Yahudi dan Nashrani . Yahudi dan Nashrani masih beriman dengan
sebagian  kitab  dan  kufur  terhadap  sebagian yang lainnya. Mereka adalah
orang  yang  benar-benar  telah  kafir,  padahal mereka mengakui bahwa Alah
memeiliki  hak  memerintah  ,  melarang, memberi janji dan ancaman. Dan itu
terus  melekat pada mereka sampai mati. Ini jika mereka (Yahudi & Nashrani)
benar-benar  berpegang dengan keyakinan Yahudi dan Nashrani yang sebenarnya
telah  dihapus.  Adapun  jika mereka dari kalangan orang-orang munafiq dari
umat  mereka,  sebagaimana  hal  itu adalah suatu yang umum di kalngan para
ahli  ilmu  kalam  dan  filsafatmereka,  maka  mereka lebih jahat dari kaum
munafiq  umat  ini,  yang  mana  menampakkan  kekufuran  dan menyembunyikan
kemunafikan. Oleh karena itu mereka lebih jahat dari orang yang menampakkan
keimanan dan menyembunyikan kemunafikannya.

Yang dimaksud disini adalah ; orang yang berpegang dengan hukum yang telah
dihapus  lebih baik dari orang yang menganggap diri mereka telah bebas dari
larangan  dan  perintah  secara  mutlak  .  Mereka dengan keadaan ini telah
keluar  dari  seluruh  kitab-kitab, syariat-syariat dan semua agama. Mereka
tidak  menyatakan  Allah  itu  memiliki  hak  untuk memerintah dan melarang
mereka sama sekali.
Bahkan  mereka  lebih  jahat  dari kaum musyrikin Arab yang masih berpegang
dengan  sisa-sisa  agama  Ibrahim  alaihis  salam,  karena  pada mereka ada
sejenis kebenaran yang masih tetap dipegang, walau mereka dianggap musyrik.
Akan  tetapi  mereka   (orang-orang  sufi  yang  sudah  merasa pada tingkat
hakekat)  ini  malah  menyatakan  bahwa mereka bebas dari kewajiban , tidak
diperintah dan dilarang. Mereka berhujjah dengan ayat :

"Dan  sembahlah  Rabbmu  samapai  datang padamu YAKIN (kematian)." (Al Hijr
:99).

Mereka menyatakan bahwa maknanya :"Sembahlah Rabbmu sampai engkau mendapat
ilmu dan ma'rifat. Jika engkau telah mendapatkannya maka terlepaslah engkau
dari  kewajiban  untuk  beribadah."  Di  antara mereka ada yang menafsirkan
:"Beramal-lah  sehingga engkau seperti itu , kalau engkau telah sampai pada
keadaan  SUFI  SEJATI  ,  akan  GUGURLAH  darimu kewajiban untuk beribadah.
Diantara  mereka  ada yang beranggapan bahwa apabila seseorang telah sampai
pada  tujuannya yaitu (tingkat) ma'rifat dan hakikat segala kewajiban boleh
ia langgar segala yang haram dan boleh dilakukan."

Ini  kufur  sebagaimana  yang telah lewat. Adapun jika mereka beragumentasi
dengan ayat Al Hijr :99 , sebenar-benarnya adalah bantahan terhadap mereka
itu sendiri, bukan mendukung mereka.

Al  Hasan  Al  Bashri  berkata :"Sesungguhnya Allah tidak menjadikan amalan
kaum  mukminin  berhenti  selain dengan mati." Kemudian beliau membaca ayat
ini (= Al Hijar :99).

Dan  yang  dimaksudkan  dengan  yaqin  dalam  ayat (Al Hijr :99) ini adalah
kematian  dan  waktu  sesudahnya !!! Dan ini menurut kesepakatan ulama kaum
muslimin . Itu sama dengan ayat :

"Apakah  yang  memasukkan  kalian ke dalam (neraka) saqar?" mereka menjawab
:"Kami  dahulu  tidak  termasuk  orang-orang  yang  mengerjakan shalat, dan
ajaklah  kami  tidak  (pula)  memberi  makan  orang miskin, dan adalah kami
membicarakanyang  batil,  bersama  dengan  orang  yang membicarakannya, dan
adalah  kami  mendustakan hari pembalasan , hingga datang kepada kami YAKIN
(kematian)." (Al Muddatstsir : 42-47).

Ini  diucapkan ketika mereka berada di dalam Jahannam. Mereka mengkhabarkan
bahwa mereka dulunya meninggalkan shalat, zakat dan mendustai hari akhirat,
sampai  datang  kepada  mereka yakin (kematian). Dari sini diketahui bahwa
mereka  tidak beriman dengan hal-hal itu didunia. Dan mereka tidak termasuk
bersama orang yang dikatakan Allah dalam firman-Nya :

"Dan dengan hari akhirat mereka yakin." (Al Baqarah :4)..
(Majmu' Fatawa : 11: 401-402 , 417-418)

Ayat  ini menunjukkan tentang kewajiban ibadah atas seorang  hamba sejak ia
mulai baligh , taklif dan berakal , sampai ia mati. Dan tidak ada kebebasan
dari ibadah sebelum mati , sebagaimana yang dikatakan oleh para sufi.
5.  PENUTUP

Inilah  agama  sufi  ,  baik  yang dahulu maupun yang sekarang . Dan inilah
pendirian  mereka terhadap ibadah. Kita hanya menukil sedikit dari apa yang
terkandung  dalam  kitab-kitab mereka dan kitab-kitab para pendahulu mereka
serta  yang  ditunjukan  oleh  kebiasaan  mereka  yang sekarang. Saya tidak
mengambil  kecuali  satu  segi  dari berbagai segi lainnya, yaitu dari segi
pendirian  mereka  terhadap  ibadah.  Dan  masih  banyak  segi lainnya yang
membutuhkan  beberapa  kali  seminar  ,  seperti  tentang  pendirian mereka
tentang tauhid , risalah , syariat , qadar dan lain-lain.

Saya  memohon  kepada  Allah  agar menampakkan kepada kita kebenaran adalah
kebanaran   dan   memberi   kita  kekuatan  untuk  mengikutinya.  Dan  agar
menampakkan  kebathilan  adalah kebathilan serta memberikan kekuatan kepada
kita  untuk  menjauhinya,  dan  agar  Dia tidak menyimpangkan (menyesatkan)
hati-hati  kita setelah diberi petunjuk oleh-Nya. Semoga sholawat dan salam
tercurah   atas  nabi  kita  ,  Muhammad  Shalallahu  alaihi  wa  sallam  ,
keluarganya dan para shahabatnya . Amiin.



* Mohon maaf bila terdapat kesalahan penulisan dalam penyaduran ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar