Kamis, 24 April 2014

PERKEMBANGAN TASAWUF DAN PENGARUHNYA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Islam sebagaimana dijumapi dalam sejarah, ternyata tidak sesempit seperti yang dipahami oleh masyarakat Islam sendiri pada umumnya. Dalam sejarah terlihat bahwa Islam yang bersumber kepada al-Qur’an dan as-Sunnah dapat berhubungan dengan pertumbuhan masyarakat luas. Dari persentuhan tersebut lahirlah berbagai disiplin ilmu keislaman, salah satunya adalah tasawuf.
Kajian tasawuf adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kajian Islam di Indonesia. Sejak masuknya Islam di Indonesia telah tampak unsur tasawuf mewarnai kehidupan keagamaan masyarakat, bahkan hingga saat ini pun nuansa tasawuf masih kelihatan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pengalaman keagamaan sebagian kaum Muslimin di Indonesia, terbukti dengan semakin maraknya kajian Islam bidang ini dan juga melalui gerakan tarekat Muktabaran yang masih berpengaruh di masyarakat.

B.     Rumusan Masalah
Dalam permasalahan ini, penulis membagi dalam 2 pokok masalah:
1.      Bagaimana perkembangan tasawuf ?
2.      Apa saja yang mempengaruhi tasawuf ?



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Perkembangan Tasawuf
Sejarah perkembangan tasawuf terbagi dalam beberapa abad di antaranya sebagai berikut:
1.      Abad pertama dan kedua Hijriyah
Pada abad pertama dan kedua Hijriyah disebut dengan fase Zuhud (Asketisme), sikap zuhud para sufi Salafi merupakan awal kemunculan tasawuf, pada fase zuhud ini terdapat para sufi Salafi yang lebih cenderung beribadah kepada Allah untuk mensucikan dirinya dari segala dosa dan kesalahan masa lalu. Mereka mengamalkan konsep zuhud dalam kehidupan yaitu tidak terlalu mementingkan makanan enak, pakaian mewah, tahta, pangkat, jabatan dan wanita cantik, tetapi mereka lebih mementingkan beramal ibadah untuk kepentingan akhirat dengan rajin mendekatkan diri kepada Allah, di antara ulama Sufi Salafi yang terkenal di masa itu adalah Hasan al-Basri (wafat pada 110 H) dan Rabiatul Adawiyah (wafat 185 H). Kedua sufi ini dijuluki sebagai zahid (orang yang sangat sederhana).
2.      Abad ketiga Hijriyah
Dengan datangnya abad ketiga Hijriyah ini, para sufi mulai menaruh perhatiannya terhadap hal-hal yang berkenaan dengan jiwa dan tingkah laku. Perkembangan faham dan akhlaq sufi ditandai dengan upaya menegakkan akhlak di tengah terjadinya dekadensi moral yang sedang berkembang menjadi ilmu akhlak, contoh: dalam kehidupan sehari-hari para sufi, akhirnya dapat mendorong kemajuan perubahan pada pola tingkah laku masyarakat dari yang lebih cenderung mengejar keduniaan yang membuat masyarakat di masa itu lupa pada Allah berubah menjadi masyarakat berakhlaqul karimah.
Sejarah akhlak para sufi ini menjadikan tasawuf terlihat sebagai amalan yang sangat sederhana dan mudah dipraktekkan oleh semua orang. Kesederhanaan para sufi dapat dilihat dari kesederhanaan alur pemikiran. Tasawuf pada jalur kesederhanaan ini banyak ditampilkan oleh ulama sufi Salafi di masa itu. Perhatian para sufi di masa itu lebih tertuju kepada realitas pengalaman keislaman yang dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari yang disebut dengan akhlaqul karimah. Mereka menampilkan ajaran tasawuf lewat akhlak terpuji dengan maksud memahami kandungan bathiniyah ajaran Islam yang mereka nilai mengandung banyak anjuran untuk berakhlak mulia. Kondisi ini mulai berkembang di tengah kehidupan lahiriyah yang sangat formal dan cenderung kurang diterima oleh mereka yang mendambakan konsistensi pengalaman ajaran Islam sampai pada aspek terdalam. Oleh karena itu, ketika para sufi menyaksikan ketidak beresan akhlak di sekitarnya, mereka menekan kembali akhlak mulia. Pada masa ini tasawuf lebih identik dengan akhlak.
Pada abad ketiga ini terlihat perkembangan tasawuf sangat pesat ditandai dengan adanya segolongan sufi yang mendalami inti ajaran tasawuf, sehingga didapati ada 3 inti ajaran tasawuf, yaitu:
1)      Tasawuf yang berintikan ilmu jiwa yaitu ajaran tasawuf yang berisi suatu metode yang lengkap tentang pengobatan jiwa. Ajaran ini mengkonsentrasikan kejiwaan manusia kepada Allah, sehingga ketegangan kejiwaan akibat pengaruh keduniaan dapat teratasi dengan sebaik-baiknya. Inti ajaran tasawuf yang satu ini menjadi dasar teori para psikiater zaman sekarang ini dalam mengobati pasiennya.
2)      Tasawuf yang berintikan ilmu akhlak, yaitu didalamnya terkandung petunjuk tentang cara berbuat baik dan cara menghindari keburukan ajaran ini lengkap dengan riwayat dari kasus yang pernah dialami oleh para sahabat nabi. Dari ajaran inilah munculnya ilmu akhlak.
3)      Tasawuf yang berintikan metafisika, yaitu ajaran tasawuf yang berintikan hakikat Tuhan. Dari ajaran inilah munculnya ilmu tauhid, ilmu aqidah, ilmu qalam dan ilmu filsafat.
3.      Abad keempat Hijriyah
Abad keempat Hijriyah ditandai dengan kemajuan ilmu tasawuf yang lebih pesat dari sebelumnya, karena upaya maksimal dari ulama tasawuf dalam pengembangan dakwahnya masing-masing. Sehingga kota Baghdad yang hanya satu-satunya kota terkenal sebagai pusat kegiatan tasawuf terbesar sebelumnya tersaingi oleh kota-kota besar lainnya.
Upaya untuk mengembangkan ajaran tasawuf di luar kota Baghdad dipelopori oleh beberapa ulama tasawuf yang terkenal kesufiannya, yaitu:
1.      Musa al-Anshory mengajarkan ilmu tasawuf di Khurasan (Persia atau Iran), wafat di Khurasan pada tahun 320 H.
2.      Abu Hamid bin Muhammad ar-Rubazy: mengajarkan ilmu tasawuf di Mesir dan wafat di Mesir pada tahun 322 H.
3.      Abu Zaid al-Adamy: mengajarkan ilmu tasawuf di Saudi Arabiyah dan wafat di sana pada tahun 314 H.
4.      Abu Ali Muhammad bin Abdul Wahab as-Saqafy: mengajarkan di Naisabur dan kota Syaraz hingga ia wafat di tahun 328 H.
Di abad keempat ini pula para sufi membagi inti ilmu tasawuf menjadi 4 tingkatan atau 4 tahapan, yaitu:
1.      Ilmu Syariat
2.      Ilmu Tariqat
3.      Ilmu Hakikat
4.      Ilmu Ma’rifat
Di abad keempat ini pula dikenal sistem pendidikan dan pengajaran tasawuf yang terlembaga dan terkonsentrasi yaitu: “Suluk” sebagai lanjutan pengajaran ilmu tasawuf yang diajarkan oleh para sufi di abad sebelumnya.

B.     Pengaruh Tasawuf
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari luar yang masuk ke dalam Islam. Sebagian penulis ada yang berpendapat bahwa tasawuf berasar dari kebiasaan rahib-rahib Kristen yang menjauhi dunia dan kesenangan material. Pendapat lain mengatakan pula bahwa ajaran tasawuf timbul atas pengaruh ajaran Hindu dan disebutkan pula bahwa ajaran tasawuf berasal dari filsafat Phyitagoras dengan ajaran-ajarannya yang meninggalkan kehidupan material dan memasuki kehidupan kontemplasi. Dikatakan pula bahwa tasawuf masuk ke dalam Islam karena pengaruh filsafat Plotinus. Disebutkan bahwa roh memancar dari zat Tuhan dan kemudian akan kembali kepada-Nya. Tetapi dengan masuknya roh ke dalam materi, ia menjadi kotor dan untuk dapat kembali ke tempat yang maha suci terlebih dahulu ia harus disucikan. Tuhan Yang Mahas Suci tidak dapat didekati kecuali oleh yang suci, dan pensucian roh ini terjadi dengan meninggalkan hidup kematerian dan dengan mendekatkan diri kepada Tuhan sedekat mungkin dan kalau bisa hendaknya bersatu dengan Tuhan semasih berada dalam hidup ini
Pengaruh-pengaruh agama Hindu terhadap tasawuf Islam sangatlah kuat, seperti; nirwana adalah ajaran dalam Hindu yang mempengaruhi tasawuf Islam, mereka menggambarkan bahwa jiwa manusia, hilang lenyap sendirinya dalam ketentraman yang mutlak tidak terganggu oleh indera dan syahwat. Ajaran ini sangat berbeda dengan ajaran tasawuf Islam, ajaran fana dalam tasawuf Islam meskipun juga meniadakan diri (hilangnya sang diri), namun dia memandang kepada kekekalan yang tetap dan tetap ada dalam menyaksikan dan merasa lezat cita-cita keindahan Tuhan.
Kemudian juga di samping pengaruh-pengaruh agama Hindu, Kristen juga sangat mempengaruhi tasawuf Islam, di antaranya sebagai berikut:
1.      Pengaruh Kristen dan paham menjauhi dunia dan hidup mengasingkan diri dalam biara-biara. Dikatakan bahwa Jahid dan Sufi Islam meninggalkan dunia, memilih hidup sederhana dan mengasingkan diri, adalah pengaruh cara hidup rohib-rohib Kristen.
2.      Filsafat Mistik Phytagoras yang berpadat bahwa roh manusia bersifat kekal dan berada di dunia sebagai orang asing. Badan Jasmani merupakan penjara bagi roh. Ketenangan roh adalah di alam samawi untuk memperoleh hidup sengan di alam samawi, manusia harus membersihkan roh dengan meninggalkan hidup materi, yaitu Zuhud. Namun, demikian terlepas atau tidak adanya pengaruh dari luar itu, yang jelas bahwa dalam suber ajaran Islam al-Qur’an dan hadits terdapat ajaran yang dapat membawa kepada timbulnya tasawuf. Paham bahwa Tuhan dekat dengan manusia, ada di dalam al-Qur’an dan hadits.
Sebagaimana dijelaskan pada surat al-Baqarah: 186
$! ..….   
Artinya :
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Q.S al-Baqarah: 186)

Kata [ ] yang terdapat dalam ayat di atas oleh sufi diartikan bukan
berdoa dalam arti yang lazim dipakai melainkan dengan arti berseru atau memanggil Tuhan, mereka panggil dan Tuhan memperhatikan dirinya kepada mereka.
Dalam ayat lain dikatakan bahwa:
RQ RQ …...   
Artinya:
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. (Q.S al-Baqarah: 115)

Bagi kaum sufi, ayat ini mengandung arti bahwa di mana saja Tuhan ada dan dapat dijumpai.
Selanjutnya dikatakan dalam hadits juga:


Artinya:
Siapa yang mengenal dirinya, pasti mengenal tuhannya.

Tahanuts yang dilakukan Nabi Muhammad Saw di gua Hira merupakan cahaya pertama dan utama bagi nur tasawuf. Karena itulah memujanya di gua Hira, putuslah ingatan dan tali rasa beliau dengan segala makhluk lainnya. Di situ pula berawalnya Nabi Muhammad mendapat hidayah, membersihkan diri dan mensucikan jiwa dari noda-noda penyakit yang menghinggapi sukma, bahkan sewaktu itulah berpuncaknya kebesaran, kesempurnaan dan kemuliaan. Jiwa Muhammad Saw.
Masih banyak lagi amalan rasulullah yang menunjukkan ketasawufannnya. Apa yang diketemukan di atas dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa amalan tasawuf ternyata sudah dipraktekkan oleh rasulullah Saw.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan tasawuf dibagi dalam 4 abad, yaitu abad pertama, kedua, ketiga dan keempat. Pada abad ketiga ini terlihat perkembangan tasawuf ditandai dengan adanya segolongan sufi yang mendalami inti ajaran tasawuf, sehingga didapati ada 3 inti ajaran tasawuf, yaitu:
1.      Tasawuf yang berintikan ilmu jiwa
2.      Tasawuf yang berintikan ilmu akhlak
3.      Tasawuf yang berintikan metafisik
Ajaran Hindu dan Kristen sesungguhnya sangat mempengaruhi tasawuf Islam. Meskipun adanya pengaruh dari luar, namun sumber ajaran Islam (al-Qur’an dan Hadits) mempunyai pegangan bahwa Tuhan dekat dengan manusia itu ada dalam al-Qur’an dan Hadits.

B.     Saran
Setelah penjelasan dalam makalah ini sebagai manusia biasa penulis memohon maaf apabila terjadi kesalahan dalam penjabaran masalah atau kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Penulis menerima saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan dalam penulisan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Karim Abdul Malik, Perkembangan Tasawuf dari abad kea bad, Jakarta, 1952.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar