BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam sebagaimana dijumapi
dalam sejarah, ternyata tidak sesempit seperti yang dipahami oleh masyarakat
Islam sendiri pada umumnya. Dalam sejarah terlihat bahwa Islam yang bersumber
kepada al-Qur’an dan as-Sunnah dapat berhubungan dengan pertumbuhan masyarakat
luas. Dari persentuhan tersebut lahirlah berbagai disiplin ilmu keislaman,
salah satunya adalah tasawuf.
Kajian tasawuf adalah merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari kajian Islam di Indonesia. Sejak masuknya
Islam di Indonesia telah tampak unsur tasawuf mewarnai kehidupan keagamaan
masyarakat, bahkan hingga saat ini pun nuansa tasawuf masih kelihatan menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari pengalaman keagamaan sebagian kaum Muslimin di
Indonesia, terbukti dengan semakin maraknya kajian Islam bidang ini dan juga
melalui gerakan tarekat Muktabaran yang masih berpengaruh di masyarakat.
B.
Rumusan Masalah
Dalam permasalahan ini, penulis
membagi dalam 2 pokok masalah:
1.
Bagaimana perkembangan tasawuf ?
2.
Apa saja yang mempengaruhi tasawuf ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Perkembangan Tasawuf
Sejarah perkembangan tasawuf
terbagi dalam beberapa abad di antaranya sebagai berikut:
1.
Abad pertama dan kedua Hijriyah
Pada abad pertama dan kedua
Hijriyah disebut dengan fase Zuhud (Asketisme), sikap zuhud para sufi Salafi
merupakan awal kemunculan tasawuf, pada fase zuhud ini terdapat para sufi
Salafi yang lebih cenderung beribadah kepada Allah untuk mensucikan dirinya
dari segala dosa dan kesalahan masa lalu. Mereka mengamalkan konsep zuhud dalam
kehidupan yaitu tidak terlalu mementingkan makanan enak, pakaian mewah, tahta,
pangkat, jabatan dan wanita cantik, tetapi mereka lebih mementingkan beramal
ibadah untuk kepentingan akhirat dengan rajin mendekatkan diri kepada Allah, di
antara ulama Sufi Salafi yang terkenal di masa itu adalah Hasan al-Basri (wafat
pada 110 H) dan Rabiatul Adawiyah (wafat 185 H). Kedua sufi ini dijuluki
sebagai zahid (orang yang sangat sederhana).
2.
Abad ketiga Hijriyah
Dengan datangnya abad ketiga
Hijriyah ini, para sufi mulai menaruh perhatiannya terhadap hal-hal yang
berkenaan dengan jiwa dan tingkah laku. Perkembangan faham dan akhlaq sufi
ditandai dengan upaya menegakkan akhlak di tengah terjadinya dekadensi moral
yang sedang berkembang menjadi ilmu akhlak, contoh: dalam kehidupan sehari-hari
para sufi, akhirnya dapat mendorong kemajuan perubahan pada pola tingkah laku
masyarakat dari yang lebih cenderung mengejar keduniaan yang membuat masyarakat
di masa itu lupa pada Allah berubah menjadi masyarakat berakhlaqul karimah.
Sejarah akhlak para sufi ini
menjadikan tasawuf terlihat sebagai amalan yang sangat sederhana dan mudah
dipraktekkan oleh semua orang. Kesederhanaan para sufi dapat dilihat dari
kesederhanaan alur pemikiran. Tasawuf pada jalur kesederhanaan ini banyak
ditampilkan oleh ulama sufi Salafi di masa itu. Perhatian para sufi di masa itu
lebih tertuju kepada realitas pengalaman keislaman yang dipraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari yang disebut dengan akhlaqul karimah. Mereka menampilkan
ajaran tasawuf lewat akhlak terpuji dengan maksud memahami kandungan bathiniyah
ajaran Islam yang mereka nilai mengandung banyak anjuran untuk berakhlak mulia.
Kondisi ini mulai berkembang di tengah kehidupan lahiriyah yang sangat formal
dan cenderung kurang diterima oleh mereka yang mendambakan konsistensi
pengalaman ajaran Islam sampai pada aspek terdalam. Oleh karena itu, ketika
para sufi menyaksikan ketidak beresan akhlak di sekitarnya, mereka menekan
kembali akhlak mulia. Pada masa ini tasawuf lebih identik dengan akhlak.
Pada abad ketiga ini terlihat
perkembangan tasawuf sangat pesat ditandai dengan adanya segolongan sufi yang
mendalami inti ajaran tasawuf, sehingga didapati ada 3 inti ajaran tasawuf,
yaitu:
1)
Tasawuf yang berintikan ilmu jiwa yaitu ajaran tasawuf yang berisi suatu
metode yang lengkap tentang pengobatan jiwa. Ajaran ini mengkonsentrasikan
kejiwaan manusia kepada Allah, sehingga ketegangan kejiwaan akibat pengaruh
keduniaan dapat teratasi dengan sebaik-baiknya. Inti ajaran tasawuf yang satu
ini menjadi dasar teori para psikiater zaman sekarang ini dalam mengobati
pasiennya.
2)
Tasawuf yang berintikan ilmu akhlak, yaitu didalamnya terkandung petunjuk
tentang cara berbuat baik dan cara menghindari keburukan ajaran ini lengkap
dengan riwayat dari kasus yang pernah dialami oleh para sahabat nabi. Dari
ajaran inilah munculnya ilmu akhlak.
3)
Tasawuf yang berintikan metafisika, yaitu ajaran tasawuf yang berintikan
hakikat Tuhan. Dari ajaran inilah munculnya ilmu tauhid, ilmu aqidah, ilmu
qalam dan ilmu filsafat.
3.
Abad keempat Hijriyah
Abad keempat Hijriyah ditandai
dengan kemajuan ilmu tasawuf yang lebih pesat dari sebelumnya, karena upaya
maksimal dari ulama tasawuf dalam pengembangan dakwahnya masing-masing.
Sehingga kota Baghdad yang hanya satu-satunya kota terkenal sebagai pusat
kegiatan tasawuf terbesar sebelumnya tersaingi oleh kota-kota besar lainnya.
Upaya untuk mengembangkan
ajaran tasawuf di luar kota Baghdad dipelopori oleh beberapa ulama tasawuf yang
terkenal kesufiannya, yaitu:
1.
Musa al-Anshory mengajarkan ilmu tasawuf di Khurasan (Persia atau Iran),
wafat di Khurasan pada tahun 320 H.
2.
Abu Hamid bin Muhammad ar-Rubazy: mengajarkan ilmu tasawuf di Mesir dan
wafat di Mesir pada tahun 322 H.
3.
Abu Zaid al-Adamy: mengajarkan ilmu tasawuf di Saudi Arabiyah dan wafat di sana
pada tahun 314 H.
4.
Abu Ali Muhammad bin Abdul Wahab as-Saqafy: mengajarkan di Naisabur dan
kota Syaraz hingga ia wafat di tahun 328 H.
Di abad keempat ini pula para
sufi membagi inti ilmu tasawuf menjadi 4 tingkatan atau 4 tahapan, yaitu:
1.
Ilmu Syariat
2.
Ilmu Tariqat
3.
Ilmu Hakikat
4.
Ilmu Ma’rifat
Di abad keempat ini pula dikenal
sistem pendidikan dan pengajaran tasawuf yang terlembaga dan terkonsentrasi
yaitu: “Suluk” sebagai lanjutan pengajaran ilmu tasawuf yang diajarkan oleh
para sufi di abad sebelumnya.
B.
Pengaruh Tasawuf
Banyak pendapat yang mengatakan
bahwa tasawuf berasal dari luar yang masuk ke dalam Islam. Sebagian penulis ada
yang berpendapat bahwa tasawuf berasar dari kebiasaan rahib-rahib Kristen yang
menjauhi dunia dan kesenangan material. Pendapat lain mengatakan pula bahwa
ajaran tasawuf timbul atas pengaruh ajaran Hindu dan disebutkan pula bahwa
ajaran tasawuf berasal dari filsafat Phyitagoras dengan ajaran-ajarannya yang
meninggalkan kehidupan material dan memasuki kehidupan kontemplasi. Dikatakan
pula bahwa tasawuf masuk ke dalam Islam karena pengaruh filsafat Plotinus.
Disebutkan bahwa roh memancar dari zat Tuhan dan kemudian akan kembali
kepada-Nya. Tetapi dengan masuknya roh ke dalam materi, ia menjadi kotor dan
untuk dapat kembali ke tempat yang maha suci terlebih dahulu ia harus
disucikan. Tuhan Yang Mahas Suci tidak dapat didekati kecuali oleh yang suci,
dan pensucian roh ini terjadi dengan meninggalkan hidup kematerian dan dengan
mendekatkan diri kepada Tuhan sedekat mungkin dan kalau bisa hendaknya bersatu
dengan Tuhan semasih berada dalam hidup ini
Pengaruh-pengaruh agama Hindu
terhadap tasawuf Islam sangatlah kuat, seperti; nirwana adalah ajaran dalam
Hindu yang mempengaruhi tasawuf Islam, mereka menggambarkan bahwa jiwa manusia,
hilang lenyap sendirinya dalam ketentraman yang mutlak tidak terganggu oleh
indera dan syahwat. Ajaran ini sangat berbeda dengan ajaran tasawuf Islam,
ajaran fana dalam tasawuf Islam meskipun juga meniadakan diri (hilangnya sang
diri), namun dia memandang kepada kekekalan yang tetap dan tetap ada dalam
menyaksikan dan merasa lezat cita-cita keindahan Tuhan.
Kemudian juga di samping
pengaruh-pengaruh agama Hindu, Kristen juga sangat mempengaruhi tasawuf Islam,
di antaranya sebagai berikut:
1.
Pengaruh Kristen dan paham menjauhi dunia dan hidup mengasingkan diri dalam
biara-biara. Dikatakan bahwa Jahid dan Sufi Islam meninggalkan dunia, memilih
hidup sederhana dan mengasingkan diri, adalah pengaruh cara hidup rohib-rohib
Kristen.
2.
Filsafat Mistik Phytagoras yang berpadat bahwa roh manusia bersifat kekal
dan berada di dunia sebagai orang asing. Badan Jasmani merupakan penjara bagi
roh. Ketenangan roh adalah di alam samawi untuk memperoleh hidup sengan di alam
samawi, manusia harus membersihkan roh dengan meninggalkan hidup materi, yaitu
Zuhud. Namun, demikian terlepas atau tidak adanya pengaruh dari luar itu, yang
jelas bahwa dalam suber ajaran Islam al-Qur’an dan hadits terdapat ajaran yang
dapat membawa kepada timbulnya tasawuf. Paham bahwa Tuhan dekat dengan manusia,
ada di dalam al-Qur’an dan hadits.
Sebagaimana dijelaskan pada
surat al-Baqarah: 186
$! ..….
Artinya :
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran. (Q.S al-Baqarah: 186)
Kata [ ] yang terdapat dalam ayat di atas oleh sufi diartikan bukan
berdoa dalam arti yang lazim dipakai melainkan dengan
arti berseru atau memanggil Tuhan, mereka panggil dan Tuhan memperhatikan
dirinya kepada mereka.
Dalam ayat lain dikatakan
bahwa:
RQ RQ …...
Artinya:
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun
kamu menghadap di situlah wajah Allah. (Q.S al-Baqarah: 115)
Bagi kaum sufi, ayat ini
mengandung arti bahwa di mana saja Tuhan ada dan dapat dijumpai.
Selanjutnya dikatakan dalam
hadits juga:
Artinya:
Siapa yang mengenal dirinya, pasti mengenal tuhannya.
Tahanuts yang dilakukan Nabi
Muhammad Saw di gua Hira merupakan cahaya pertama dan utama bagi nur tasawuf.
Karena itulah memujanya di gua Hira, putuslah ingatan dan tali rasa beliau
dengan segala makhluk lainnya. Di situ pula berawalnya Nabi Muhammad mendapat
hidayah, membersihkan diri dan mensucikan jiwa dari noda-noda penyakit yang
menghinggapi sukma, bahkan sewaktu itulah berpuncaknya kebesaran, kesempurnaan
dan kemuliaan. Jiwa Muhammad Saw.
Masih banyak lagi amalan
rasulullah yang menunjukkan ketasawufannnya. Apa yang diketemukan di atas
dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa amalan tasawuf ternyata sudah dipraktekkan
oleh rasulullah Saw.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa perkembangan tasawuf dibagi dalam 4 abad, yaitu abad pertama,
kedua, ketiga dan keempat. Pada abad ketiga ini terlihat perkembangan tasawuf
ditandai dengan adanya segolongan sufi yang mendalami inti ajaran tasawuf,
sehingga didapati ada 3 inti ajaran tasawuf, yaitu:
1.
Tasawuf yang berintikan ilmu jiwa
2.
Tasawuf yang berintikan ilmu akhlak
3.
Tasawuf yang berintikan metafisik
Ajaran Hindu dan Kristen
sesungguhnya sangat mempengaruhi tasawuf Islam. Meskipun adanya pengaruh dari
luar, namun sumber ajaran Islam (al-Qur’an dan Hadits) mempunyai pegangan bahwa
Tuhan dekat dengan manusia itu ada dalam al-Qur’an dan Hadits.
B.
Saran
Setelah penjelasan dalam
makalah ini sebagai manusia biasa penulis memohon maaf apabila terjadi
kesalahan dalam penjabaran masalah atau kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Penulis menerima saran yang
sifatnya membangun untuk kesempurnaan dalam penulisan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Karim Abdul Malik, Perkembangan Tasawuf dari abad kea bad,
Jakarta, 1952.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar