BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan
merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia. Karena pendidikan
telah menunjukkan manusia melalui beberapa pengetahuan sehingga manusia dapat
mengerti akan kehidupan melalui pengetahuan itu. Dalam proses pendidikan, anak
didik akan mengalami kemunduran atau kemajuan dalam proses belajar yang
disebabkan oleh keadaan atau situasi luar baik dari lingkungan, masyarakat, dan
orang lain. Pendidikan juga tak lepas dari sarana pendidikan, karena sarana merupakan
media pembelajaran yang mempunyai peran vital terhadap pengembangan potensi
anak didik. Dalam makalah ini akan dibahas makna lingkungan, sarana dan
perannya dalam pengembangan potensi anak didik.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian lingkungan dan perannya
terhadap pengembangan potensi anak didik?
2.
Apa pengertian sarana pendidikan dan
perannya terhadap pengembangan potensi anak didik?
- Tujuan
Adapun maksud
dan tujuan dari penulisan makalah ini agar mahasiswa dapat memahami pengertian
lingkungan dan peranannya terhadap pengembangan potensi anak didik serta
mahasiswa dapat menjelaskan definisi dari sarana pendidikan beserta peranannya terhadap pengembangan
potensi anak didik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Lingkungan
Dalam kegiatan pendidikan, kita melihat adanya unsur
pergaulan dan unsur lingkungan yang keduanya tidak terpisahkan tetapi dapat
dibedakan. Dalam pergaulan ini tidak selalu berlangsung pendidikan walaupun
didalamnya terdapat faktor-faktor yang berdaya guna untuk mendidik.[1]. Dalam
arti yang luas lingkungan mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat
istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan ialah
segala sesuatu yang tampak dan terdapat alam kehidupan yang senantiasa
berkembang,. Ia adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan
manusia, atau alam yang bergerak dan tidak bergerak, kejadian-kejadian atau
hal-hal yang mempunyai nilai positif bagi seseorang. Sejauh manakah seseorang
berhubungan dengan lingkungannya, sejauh itu pula terbuka peluang masuknya
pengaruh pendidikan kepadanya. Tetapi keadaan- keadaan itu tidak selamanya
bernilai pendidikan, artinya mempunyai nilai-nilai positif bagi perkembangan
seseorang, karena bisa saja merusak perkembangannya.
Disamping itu dapat pula dikemukakan bahwa “lingkungan pribadi” yang membentuk suasana diri, suatu suasana yang bersifat
pribadi. Suasana pribadi ini tampak pada diri seseorang yang kita nyatakan
dengan kata-kata: tenang, hati-hati, cermat, lembut, kasar. Pernyataan itu
mungkin lahir karena kita merasakan demikian adanya, meskipun tidak bergaul
dengannya.[2]
B.
Pembinaan
Lingkungan Islami
Lingkungan yang harus dibina dengan
konsep pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
1. Keluarga
Menurut pandangan sosiologis, keluarga adalah lembaga sosial
terkecil dari masyarakat. Pengertian keluarga ini menunjukkan bahwa keluarga
merupakan bagian dari masyarakat; bagian ini menentukan keseluruhan masyarakat.
Kesejahteraan masyarakat mempunyai pengaruh pada kesejahteraan keluarga.
Analisis ini merupakan akibat logis dari pengertian keluarga sebagai yang
kecil, sebagai bagian dari yang besar.[3]
Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi
anak-anaknya. Dikatakan pendidik pertama, karena di tempat inilah anak
mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya sebelum ia menerima pendidikan
yang lainnya. Dikatakan pendidikan utama karena pendidikan dari tempat ini
mempunyai pengaruh yang dalam bagi kehidupan anak dikelak kemudian hari. Karena
peranannya demikian penting itu maka orang tua harus benar-benar menyadarinya
sehingga mereka dapat memerankannya sebagaimana mestinya.[4]. Pembinaan
dilakukan pertama kali oleh ayah terhadap anak-anaknya, suami terhadap
istrinya. Ayah harus menjadi pemimpin yang bijaksana dan menjunjung tinggi asas
demokrasi dalam keluarga. Ayah harus menjadi suri teladan terhadap keluarga.[5]
Islam mengajarkan rumah tangga yang baik ialah; rumah tangga
yang dibangun dengan kehidupan penuh sakinah. Allah berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ
أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ
فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.[6]
Suatu kehidupan keluarga yang baik, sesuai dan tetap
menjalankan agama yang dianutnya merupan persiapan yang baik untuk memasuki
pendidikan sekolah, oleh karena melalui suasana keluarga yang demikian itu
tumbuh perkembangan efektif anak secara "benar" sehingga ia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar. Seorang ibu
secara intuisi mengetahui alat-alat
pendidikan apa yang lebih baik dan dapat digunakan. Sifatnya yang lebih halus
dan persasa itu merupakan imbangan terhadap sifat seorang ayah. Keduanya
merupakan unsur yang salimg melengkapi dan isi mengisi yang membentuk suatu
keserasian dan keseimbangan dalam kehidupan suatu keluarga.[7]
Dalam rangka membentuk rumah tangga
sakinah tersebut islam menetapkan beberapa patokan dalam memilih jodoh. Menurut
panitia muzakarah ulama ada 3 untuk memilih jodoh yang baik itu:
a) Aspek keberagaman dari pasangan hidup Rumah tangga.
b) Aspek kehormatan diri dalam arti terpeliharanya kesucian
seksual dari kedua pasangan yang ingin membentuk hidup rumah tangga.
c) Islam mencegah terjadinya perkawinan antara terlalu dekat
(cosangiun). Perkawinan seperti ini
seperti ini bisa menimbulkan akibat tidak baik bagi fisik maupun mental anak.[8]
2. Masyarakat
Masyarakat turut serta memikul tanggung
jawab pendidikan. Secara sederhana masyarakat dapat diartikan sebagai kumpulan
individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan dan agama.
Setiap masyarakat mempunyai cita-cita, peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan
tertentu.[9] Masyarakat, besar pengaruhnya dalam
memberi arah terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau
penguasa yang ada di dalamnya. Pemimpin masyarakat muslim tentu saja
mengehendaki agar setiap anak dididik menjadi anggota yang taat dan patuh
menjalankan agamanya, baik dalam lingkungan keluarganya, anggota sepermainannya,
kelompok kelasnya dan sekolahnya. Bila anak telah besar diharapkan menjadi
anggota yang baik pula sebagai warga desa, warga kota dan warga negara. Dengan
demikian, dipundak mereka terpikul keikutsertaan membimbing pertumbuhan dan
perkembangan anak. Ini berarti bahwa pemimpin dan penguasa dari masyarakat ikut
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan. Prof Dr. Oemar Mohammad Al-Toumy
Al-Syaibani mengemukakan sebagai berikut:
“Diantara ulama-ulama mutakhir yang
telah menyentuh persoalan tanggung jawab adalah Abbas Mahmud Al-Akkad yang
menganggap rasa tanggung jawab manusia pada pengertian Al-qur’an dan Islam,
sehingga dapat ditafsirkan manusia sebagai: “makhluk yang bertanggung jawab”. Firman Allah dalam surat At-Thur ayat
21:
Sekalipun islam menekankan tanggung
jawab perseorangan dan pribadi bagi manusia dan menganggapnya sebagai asas, ia
tidaklah mengabaikan tanggung jawab sosial yang menjadikan masyarakat sebagai
masyarakat solidaritas, berpadu dan kerjasama membina dan mempertahankan
kebaikan. Islam tidak membebaskan manusia dari tanggung jawab tentang apa yang
berlaku pada masyarakatnya dan apa yang terjadi disekelilingnya atau terjadi
dari orang lain. Terutama jika orang lain itu termasuk orang yang berada dibawah
perintah dan pengawasannya seperti istri, anak dan lain-lain.[11]
Firman Allzah SWT dalam Surat At-Taubah ayat 71:
Artinya: “ Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan
perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang
lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya.
mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana”.[12]
3. Sekolah
Faktor lingkungan sosial sekolah seperti para guru, pegawai
administrasi, dan teman-teman sekolah, dapat mempengaruhi semangat belajar
seorang anak. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang
simpatik serta memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin, khususnya dalam
hal belajar misalnya membaca dan rajin berdiskusi dapat menjadi daya dorong
yang positif bagi kegiatan belajar anak.[13]
Sekolah sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran telah ada
sejak beberapa abad yang lalu, yaitu pada zaman Yunani kuno. Kata sekolah
berasal dari bahasa Yunani “Schola”
yang berarti waktu menganggur atau waktu senggang. Bangsa
Yunani kuno mempunyai kebiasaan bediskusi guna menambah ilmu dan mencerdaskan
akal. Lambat laun usaha ini diselenggarakan secara teratur dan berencana
(secara formal) sehingga akhirnya timbullah sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal yang bertugas untuk menambah ilmu pengetahuan dan kecerdasan akal.[14]
Di sekolah berkumpul anak-anak dengan umur yang hampir sama
dengan taraf pengetahuan yang kurang lebih sederajat dan secara sekaligus
menerima pelajaran yang sama.
C.
Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan,
dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah.
Adapun, prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang
secara tidaqk langsung menunjang pelaksanaan-pelaksanaan proses pendidikan di
sekolah. Sarana pendidikan diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu 1) habis
tidaknya dipakai; 2) bergerak tidaknya pada saat digunakan; 3) hubungannya
dengan proses belajar mengajar. Dilihat dari habis tidaknya dipakai, ada dua
macam sarana pendidikan, yaitu sarana pendidikan yang habis dipakai dan sarana
pendidikan tahan lama. [15]
a) Sarana
pendidikan yang habis dipakai adalah segala bahan atau alat yang apabila
digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif singkat. Contoh; kapur tulis, beberapa bahan kimia untuk praktik guru dan
siswa, dsb. Selain itu ada sarana pendidikan yang berubah bentuk. Misalnya
kayu, besi, dan kertas karton yang sering digunakan oleh guru dalam mengajar. Contoh: pita mesin ketik/computer, bola
lampu dan kertas.
b) Sarana
pendidikan tahan lama. Sarana pendidikan tahan lama adalah keseluruhan bahan
atau alat yang dapat digunakan secara terus menerus dan dalam waktu yang
relative lama, contoh, bangku
sekolah, mesin tulis, atlas, globe, dan beberapa peralatan oleh raga. Ditinjau
dari bergerak tidaknya pada saat digunakan ada dua macam sarana pendidikan.
Yaitu sarana pendidikan yang bergerak dan sarana pendidikan.
Ditinjau dari bergerak tidaknya pada saat digunakan ada dua
saran pendidikan, yaitu saran pendidikan yang bergerak dan sarana pendidikan
yang tidak bergerak.
a) Sarana
pendidikan yang bergerak: sarana pendidikan yang bisa digerakkan atau dipindah
sesuai dengan kebutuhan pemakainya, contohnya:
almari arsip sekolah, bangku sekolah,dsb.
b) Sarana
pendidikan yang tidak bergerak: semua sarana pendidikan yang tidak bisa atau
relatif sangat sulit untuk dipindahkan, misalnya saluran dari Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM).
Ditinjau dari hubungannya dengan Proses Belajar Mengajar,
Sarana Pendidikan dibedakan menjadi 3 macam bila ditinjau dari hubungannya
dengan proses belajar mengajar, yaitu: alat pelajaran, alat peraga, dan media
pengajaran.
a) Alat
pelajaran: alat yang digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar, misalnya buku, alat peraga, alat tulis,
dan alat praktik.
b) Alat
peraga: alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupa
perbuatan-perbuatan atau benda-benda yang mudah memberi pengertian kepada anak
didik berturut-turut dari yang abstrak sampai dengan yang konkret.
c) Media
pengajaran; sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses
belajar mengajar, untuk lebih mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam
mencapai tujuan pendidikan. Ada tiga jenis media, yaitu media audio, media
visual, dan media audio visual.
Untuk mencapai tujuan pendidikan memerlukan berbagai alat
dan metode. Istilah lain dari alat pendidikan yang dikenal hingga saat ini
adalah media pendidikan, Audio Visual Aids
(A.V.A), sarana dan prasarana pendidikan.[16]
Definisi-definisi yang pernah dikemukakan tentang alat
pendidikan adalah sebagai berikut :
“Roestiyah Nk. Dkk., : media pendidikan adalah alat, metode
dan teknika yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi dan
interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran
di sekolah”.[17]
Vernon S. Gerlach dan Donald P.Ely :
“Media
adalah sumber belajar. Secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda
atau pun peristiwa yang membuat kondisi siswamungkin memperoleh pengetahuan,
keterampilan atau sikap”.[18]
Dalam pergaulan tersebut contoh
teladan utama dari pihak pemimpin sekolah, guru-guru dan staf lebih banyak
mempengaruhi murid untuk menjadi manusia yang baik. Oleh sebab itu mereka harus
membina suatu masyarakat sekolah yang baik yang membantu pembinaan suasana
agama di sekolah. Pendidikan agama tidak mungkin berhasil dengan baik bila
hanya dibebankan kepada guru agama saja tanpa didukung oleh pemimpin sekolah
dan guru-guru yang lain.
BAB III
KESIMPULAN
Lingkungan memang identik dengan
faktor yang banyak mempengaruhi kemajuan atau kemunduran pengembangan potensi
anak didik, dari sinilah perlu adanya pembenahan dari faktor lingkungan yang
dilakukan dari beberapa elemen, diantaranya:
1) Keluarga:
lembaga sosial terkecil dari masyarakat. Pengertian keluarga ini menunjukkan
bahwa keluarga merupakan bagian dari masyarakat; bagian ini menentukan
keseluruhan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat mempunyai pengaruh pada
kesejahteraan keluarga. Analisis ini merupakan akibat logis dari pengertian
keluarga sebagai yang kecil, sebagai bagian dari yang besar.
2) Masyarakat:
Masyarakat
turut serta memikul tanggung jawab pendidikan. Secara sederhana masyarakat
dapat diartikan sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh
kesatuan negara, kebudayaan dan agama. Setiap masyarakat mempunyai cita-cita,
peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu. Masyarakat, besar pengaruhnya dalam
memberi arah terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau
penguasa yang ada di dalamnya.\
3) Sekolah.
Faktor lingkungan sosial sekolah seperti para guru, pegawai administrasi, dan
teman-teman sekolah, dapat mempengaruhi semangat belajar seorang anak. Para
guru yang selalu menunjukkan sikap dan prilaku yang simpatik serta
memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin, khususnya dalam hal belajar
misalnya membaca dan rajin berdiskusi dapat menjadi daya dorong yang positif
bagi kegiatan belajar anak.
Sarana pendidikan diklasifikasikan
menjadi 3 macam, yaitu \
1) habis
tidaknya dipakai dibagi menjadi dua;
a) Sarana
pendidikan yang habis dipakai
b) Sarana
pendidikan tahan lama.\
2) bergerak
tidaknya pada saat digunakan dibagi menjadi dua;
a) Sarana
pendidikan yang bergerak
b) Sarana
pendidikan yang tidak bergerak
3) hubungannya
dengan proses belajar mengajar dibagi menjadi tiga;
a) Alat
pelajaran
b) Alat
peraga
c) Media
pengajaran
DAFTAR PUSTAKA
Beni
Ahmad Syaebani, Hendradiyat, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia,
2009.
Crow
and Crow, Educational Psychology, New York: ABC New-York, 1958.
Daradjat
, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam,
Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Highet
Gilbert, Seni Mendidik, Pembangunan, 1957.
http://id.shvoong.com/social-sciences
education-administrasi-saranapendidikan.
Kurikulum Madrasah Tsanawiyah buku dua
Nashir Ali, Dasar Ilmu Mendidik, Jakarta :
Mutiara Jakarta, 1979.
Panitia
Muzakarah Ulama, Memelihara Kelangsungan Hidup Anak menurut Islam, kerjasama
Depag, MUI dan UNICEF, (Jakarta: 1978/1988.
Rustiyah
NK. Cs, Kompetensi mengajar dan guru, Jakarta: Nasco, 1979.
Sanusi Latief, Bulan Bintang, Jakarta, Tahun 1987,
hal.93-94/106.
Sjalabi , Ahmad, Sejarah Pendidikan Islam, alih
bahasa Prof. Dr. Muchtar Jahja dan Drs. M.
Sobur,
Alex, Psikologi Umum, Bandung:
Pustaka Setia, 2003.
Suwarno,
Pengantar Umum Pendidikan, Aksara Baru: 1982.
Uhbiyati,
Nur, Ahmadi, Abu, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka
Setia, 2007.
Vernon
S. Gerlach and Donald P. Ely, A Systimatic Approach to Instruction, di
indonesiakan oleh Mudhoffir.
[1]. Zakiah
Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 63
[2]. Ibid, hal. 64.
[5]. Beni
Ahmad Syaebani, Hendradiyat, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka
Setia, 2009), hal. 263.
[8]. Panitia
Muzakarah Ulama, Memelihara Kelangsungan Hidup Anak menurut Islam, kerjasama
Depag, MUI dan UNICEF, (Jakarta: 1978/1988), Hal. 25-27.
[15]. http://id.shvoong.com/social-sciences
education-administrasi-saranapendidikan, Diakses pada 16 Juli 2010.
[17]. Vernon
S. Gerlach and Donald P. Ely, A Systimatic Approach to Instruction, diIndonesiakan
oleh Mudhoffir, hal. 6.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar