BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang
menentukan terhadap eksistensi dan perkembangan masyarakatnya, hal ini karena
pendidikan merupakan proses usaha melestarikan , mengalihkan, serta mentransformasikan
nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspek dan jenisnya kepada generasi penerus. Demikian pula dengan peranan Islam,
pendidikan Islam bila
dilihat dari aspek kultural umat
manusia, merupakan salah satu alat pembudayaan (enkulturasi) masyarakat
manusia itu sendiri.
Ada beberapa alasan mengapa ilmu pendidikan sangat diperlukan, antara lain:
1.
Pendidikan sebagai usaha membentuk
pribadi manusia yang harus melalui proses yang panjang, dengan hasil yang tidak
dapat diketahui dengan segera
2.
Pendidikan Islam yang bersumber
dari nilai-niai ajaran Islam harus
bisa menanamkan atau membentuk sikap hidup yang djiiwai
nilai-nilai tersebut
3.
Islam sebagai agama wahyu yang
diturunkan oleh Allah dengan tujuan untuk mensejahterakan
dan membahagiakan hidup dan kehidupan umat manusia di dunia dan di akhirat
4.
Ruang lingkup kependidikan Islam
mencakup segala bidang kehidupan manusia di dunia
Oleh karena itu, dari segi teoritis pendidikan Islam berarti
konsep berfikir yang bersifat mendalam dan terperinci tentang masalah kependidikan
yang bersumberkan ajaran Islam mulai
dari rumusan-rumusan konsep dasar, pola, system, tujuan, metode, dan materi
kependidikan Islam yang
disusun menjadi suatu ilmu yang bulat. Dengan kata lain
ilmu pendidikan Islam dalam
teori-teorinya mengandung kesesuaian pandangan dengan teori-teori dalam ilmu pedagogik terutama yang menyangkut anak didik, pendidik, alat-alat, dan cita-cita,
sehingga tampak jelas bahwa dalam teori kependidikan Islam terkandung
nilai-nilai ilmiah pedagogis yang absah dalam dunia
ilmu pengetahuan, khususnya dunia ilmu pendidikan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan ilmu pendidikan Islam?
2.
Apa saja ruang lingkup dari ilmu pendidikan Islam?
3.
Apa saja kegunaan dari ilmu pendidikan Islam tersebut?
- Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari
pembuatan makalah ini agar mahasiswa dapat mendefinisikan pengertian ilmu
pendidikan Islamserta menyebutkan ruang lingkup dan keguaan dari ilmu
pendidikan Islam tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Pendidikan Islam
Ilmu (sains) adalah sejenis
pengetahuan manusia yang diperoleh dengan riset terhadap objek-objek yang empiris,
benar tidaknya teori sains ditentukan oleh logis tidaknya dan ada tidaknya
bukti empiris[1]. Sains (ilmu)
adalah pengetahuan yang logis dan mempunyai bukti empiris[2]. Secara definitif,
ilmu sebagaimana dikemukakan oleh al-Jurjani
dalam bukunya Al-ta’rifat, adalah
sebagai berikut :
- Ilmu merupakan kesimpulan yang pasti yang sesuai dengan keadaan sesuatu
- Ilmu adalah menetapnya ide (gambaran) tentang sesuatu dalam jiwa atau akal seseorang\
- Ilmu adalah sampainya jiwa kepada hakikat sesuatu[3] (Tim Dosen Sunan Ampel Malang, Dasar-dasar Kependidikan Islam, 1996:16)
Kata ilmu berasal dari kata dasar
“Alima-Ya’lamu” yang berarti mengerti atau memberi
tanda (mengetahui). Sehingga ilmu dapat juga dikatakan sebagai kesimpulan
sesuatu yang didapatkan seseorang melalui pancaindera, baik dengan melihat,
mendengar, mengucap, menyentuh, mencium, merasa, dan sebagainya.[4]
Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja
terhadap anak didik oleh orang dewaa agar ia menjadi dewasa. Perkembangan
selanjutnya pendidikan berarti segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya
dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jamani dan rohaninya kearah
kedewasaan.[5]
Pendidikan merupakan usaha yang
dilakukan secara sadar dan jelas memiliki tujuan[6]. Pendidikan
merupakan usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawab untuk
mengembangkan intelektual pribadi anak didik kearah kedewasaan dan dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari[7]. Pendidikan
menurut orang awam adalah mengajari murid di sekolah, melatih anak hidup
sehat, melatih silat, menekuni penelitian, membawa anak ke masjid atau ke
gereja, melatih anak menyanyi, bertukang, dan lain-lain.[8]
Marimba (Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, 1989:98) menyatakan bahwa
pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang
utama[9]. Lodge (Philosophy of Education, 1974:23)
menyatakan bahwa pendidikan itu menyakut seluruh pegalaman. Dalam pengertian
luas ini kehidupan adalah pendidikan, dan pendidikan adalah kehidupan.[10]
Park (Selected Reading in the Phyloshophy of Education, 1962:3) menyatakn
bahwa pendidikan adalah the art of
imparting or acquiring knowladge and habit through instructional as study.[11] Pendidikan
adalah pengembangan pribadi dalam semua aspeknya, dengan penjelasan bahwa yang
dimaksud pengembangan pribadi adalah yang mencakup pendidikan oleh diri
sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh orang lain (guru).
Seluruh aspek mencakup jasmani, akal, dan hati.[12]
Jika ditelusuri ayat-ayat al-Quran
dan matan As-Sunnah
secara mendalam dan komprehensif sesungguhnya terdapat kata-kata yang
berhubungan dengan pendidikan diantaranyaAl-Tarbiyah, Al-Ta’lim, Al-Ta’dib, Al-Tazkiyah,Al-Muwaidzah, Al-Tafaqquh, Al-Tilawah, Al-Tahzib, Al-Irsyad, Al-Tabyin, Al-Tafakkur, Al-Ta’aqqul, dan Al-Tadabbur[13]. Menurut Omar
Muhammad Al-Toumy Al-Saybani (Falsafah
Al-Tarbiyah Al-Islamiyah, 1979:399) pendidikan adalah proses mengubah
tingkah laku individu, pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya
dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi diantara
profesi-profesi asasi dalam masyarakat[14].
Menurut Hasan Langgulung (Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa
Psikologi dan Pendidikan, 1986:32) pendidikan adalah suatu proses yang
mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah
laku tertentu pada anak-anak atau orang-orang yang sedang dididik[15].
Menurut Ahmad Fuad Al-Ahwaniy (Al-Tarbiyah
Fi Al-Islam) pendidikan adalah pranata yang bersifat sosial yang tumbuh
dari pandangan hidup tiap masyarakat [16]
Menurut Ali Khalil Abul A’inain (Falsafah Al-Tarbiyah Al-Islamiyah Fi Al-Quran Al -Karim, 1980) pendidikan adalah program
yang bersifat kemasyarakatan, dan oleh karena itu, setiap falsafah yang dianut
oleh suatu masyarakat berbeda dengan falsafah yang dianut masyarakat lain
sesuai dengan karakternya, serta kekuatan peradaban yang memengaruhinya yang
dihubungkan dengan upaya menegakan spiritual dan falsafah yang dipilih dan
disetujui untuk memperoleh kenyamanan hidupnya[17]
Menurut Muhammad Athiyah Al Abrasyi (Al Tarbiyah Al Islamiyah Fi Al-Qur’an Al-Karim,
1975:23), pendidikan islam tidak seluruhnya bersifat keagamaan, akhlak, dan
spiritual, namun tujuan ini merupakan landasan bagi tercapainya tujuan yang
bermanfaat.[18] Menurut
rumusan Konferensi Pendidikan Islam sedunia
yang ke-2, pada tahun 1980 di Islamabad.
Pendidikan Islam adalah
pendidikan yang harus ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan personalitas
manusia secara menyeluruh, dengan cara melatih jiwa, akal, perasaan, dan fisik
manusia. Dengan demikian, pendidikan diarahkan untuk mengembangkan manusia pada
seluruh aspeknya: spiritual, intelektual, daya imajinasi,
fisik, keilmuan, dan bahasa, baik secara individual maupun kelompok, serta
mendorong seluruh aspek tersebut untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan.
Pendidikan Islam yaitu
sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang
seutuhnya; beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan
eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang berdasarkan kepada
ajaran Al-Qur’an dan Sunnah.[19] Pendidikan Islam adalah
pendidikan yang berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah selain
mempunyai tujuan keilmuan, juga mempunyai tujuan menjadikan manusia sebagai
khalifah yang dapat menjalankan tugasnya dengann baik.[20] Pendidikan Islam adalah
sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan
potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan merealisasikan tugas dan
fungsinya sebagai khalifah Allah SWT baik kepada Tuhannya, sesama manusia,
sesama makhluk lainnya.[21]
Pengertian Islam dari
segi bahasa berasal dari kata aslama, yuslima, islaman,
yang berarti submission (ketundukan), resignation (pengunduran),
dan reconciliation (perdamaian), (to the will of God) (tunduk
kepada kehendak Allah) (John M. Echols dan Hasan Shadily, kamus Inggris Indonesia hal
426) [22] . Kata aslama
berasal dari kata salima, berarti peace, yaitu: damai, aman,
dan sentosa. Pengertian Islam yang
demikian itu, sejalan dengan tujuan ajaran Islam, yaitu
untuk mendorong manusia agar patuh dan tunduk kepada Tuhan, sehingga
terwujud keselamatan, kedamaian, aman, dan sentosa, serta sejalan pula dengan
misi ajaran Islam, yaitu
menciptakan kedamaian di muka bumi dengan cara mengajak manusia untuk patuh dan
tunduk kepada Tuhan.
Makna Islam sebagai
paradigma ilmu pendidikan adalah suatu konstruksi pengetahuan yang memungkinkan
kita memahami realitas ilmu pendidikan sebagaimana Islam
memahamimnya. Islam sebagai paradigma ilmu pendidikan juga memiliki arti
konstruksi siistem pendidikan yang didasarkan atas nilai-nilai universal
Islam.[23] Islam adalah agama wahyu yang berlandaskan kepada
Al-Qur’an dan Hadits yang disampaikan kepada umat Islam melalui Rasulullah SAW.
[24]
Ilmu pendidikan Islam
merupakan prinsip, struktur, metodologi, dan obyek yang
meiliki karakteristik epistemologi ilmu Islami.[25] Ilmu
pendidikan Islam adalah
ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Ilmu
pendidikan Islam juga
bisa dikatakan sebagai ilmu pendidikan yang berdaskan Al-Qur’an, Hadis, dan
akal., [26] Ilmu
pendidikan Islam adalah
ilmu yang mempelajari tentang teori-teori atau usaha membimbing dan membina
jasmani dan rohani anak didik oleh orang dewasa sesuai dengan ajaran Islam yang
bersumber pada Al-Qur’an dan Hadis. [27] Definisi
ilmu pendidikan Islam dalam
pengertian ini merupakan bimbingan dan binaan dari orang dewasa. Ini berarti
seorang yang dapat dikatakan belum dewasa tidak dapat menjadi seorang pendidik.
Lalu bagaimana jika seorang remaja (belum dewasa) yang telah menguasai ilmu
tertentu telah dapat dikatakan mampu membina atau membimbing anak-anak ? Apakah
ilmu pendidikan Islam hanya
sebatas pembinaan yang dilakukan oleh orang dewasa? Lalu bagaimana jika seorang
dewasa tersebut tidak menguasai ilmu tertentu untuk dapat disalurkan kepada
peserta didik? Kami berpendapat bahwa dalam dunia pendidikan, pendidik belum
tentu orang dewasa dan peserta didik juga belum tentu anak-anak. Oleh karena
itu, ilmu pendidikan Islam adalah ilmu
yang mempelajari tentang teori-teori atau usaha membimbing dan membina jasmani
dan rohani peserta didik oleh seorang yang berilmu, bertanggung jawab, serta
memiliki kemampuan untuk mendidik sesuai dengan ajaran islam yang bersumber
pada Al-Qur’an dan Hadist.
B. Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam
1.
Peserta Didik
Pendidikan ibarat uang logam yang memiliki dua sisi yang
berbeda, namun tidak bisa dipisahkan.begitu pula dengan pendidik dan peserta
didik. Proses pendidikan berarti terjadi aktivitas antara pemberi dan penerima.
Peserta didik merupakan salah satu dari dua sisi yang bertugas menerima konsep
pendidikan agar terbentuk sebagai insan muslim yang kenal dan tahu akan Tuhan
dan agamanya, memiliki akhlak Al-Qur’an, bersikap, bersifat, dan bertindak
sesuai dengan kaidah Al-Qur’an. [28]
Sama halnya dengan teori barat, peserta didik dalam pendidikan Islam adalah
individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis,
sosial, dan religious dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat
kelak. [29] Peserta
didik dalam pendidikan Islam adalah
individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis,
sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat
kelak (Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas ,1985:128).
Peserta didik cakupannya lebih luas dari pada anak didik. Peserta didik
tidak hanya melibatkan anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Penyebutan peserta
didik juga mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan tidak hanya sekolah
(pendidikan formal), melainkan juga mencakup lembaga pendidikan nonformal yang
ada di masyarakat, seperti majelis taklim, paguyuban, dan sebagainya. Dengan
demikian, istilah peserta didik ini bukan hanya orang-orang yang belum dewasa
dari segi usia , melainkan juga orang-orang dari segi usia yang sudah dewasa,
namun dari segi mental, wawasan, pengalaman, keterampilan, dan sebagainya masih
memerlukan bimbingan. [30]
Berbagai buku memberikan pengertian yang berbeda tentang peserta didik
dengan anak didik. Namun, sebagian pula tidak membedakan antara keduanya.
Seperti yang tertulis pada buku karya Abudinnata, peserta
didik bukan hanya anak-anak , tetapi juga orang dewasa. Peserta didik
cakupannya lebih luas dibanding anak didik. Walaupun arti anak didik yang
dimaksud oleh sebagian penulis adalah bukan asli sebenarnya anak-anak, tetapi
sebagian pembaca memakan mentah arti anak didik sebagai anak-anak saja. Kami
memakai istilah peserta didik sebagai arti yang lebih luas, yaitu Peserta didik merupakan semua individu yang sedang tumbuh dan berkembang,
baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius agar terbentuk sebagai
insan muslim yang kenal dan tahu akan Tuhan dan agamanya, memiliki akhlak
Al-Qur’an, bersikap, bersifat, dan bertindak sesuai dengan kaidah Al-Qur’an.
2.
Pendidik
Dalam konteks pendidikan Islam,
pendidik sering disebut dengan “Murabbi, Mu’allim, dan Mu’addib”. Ketiga term
tersebut mempunyai semantis masing-masing sesuai dengan penggunaannya dalam
konteks pendidikan Islam.
Istilah lain pendidik juga disebut dengan “Al-Ustadz”
dan “Al-Syaikh”. Pendidik yang
pertama dan utama adalah orang tua, mereka bertanggung jawab penuh atas
perkembangan anak-anaknya sejak dalam kandungan sampai mereka beranjak dewaasa.
Oleh karena itu kesuksesan anak dalam mewujudkan dirinya sebagai khalifah Allah
juga merupakan kesuksesan orang tua sebagai pendidiknya. [31]
Sama halnya dengan teori barat, pendidik dalam Islam adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya
mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif
(rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa). [32]Dalam
Kamus Bahasa Indonesia dinyatakan,
bahwa pendidik adalah orang yang mendidik (Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia ,1991:250) .
Dalam pengertian yang lazim digunakan, pendidik adalah orang dewasa yang
bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan
jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri
dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu berdiri memenuhi tugasnya sebagai
hamba dan khalifah Allah SWT ,dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial
dan sebagai makhluk individu yang mandiri (Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir,
Ilmu Pendidikan Islam, 2006:87). [33]
Diatas (dalam pengertian ilmu pendidikan Islam) telah
kami simpulkan bahwa pendidik bukan hanya
orang dewasa saja (dari segi usia), melainkan individu dari segi mental,
wawasan, pengalaman, keterampilan, dan sebagainya telah mampu memberikan
bimbingan serta bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta didiknya
dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan,
mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu berdiri
memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT ,dan mampu melakukan
tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.
3.
Kurikulum
Dalam Bahasa Arab, kata kurikulum agakknya dapat diterjemahkan dengan
istilah “manhaj” yang berarti jalan
yang terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang
kehidupan. Secara terminologi istilah kurikulum digunakan dalam
dunia pendidikan dengan pegertian sejumlah pengetahuan atau mata
pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai suatu
tingkatan atau ijazah. [34] Kurikulum adalah seperangkat
perencanaan dan media untuk mengantar lembaga pendidikan dalam mewujudkan
tujuan pendidikan yang diinginkan.
Kurikulum dalam bidang pendidikan , dalam arti yang sempit dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a.
Kurikulum sebagaimana dikemukakan
oleh Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibani,
adalah jalan terang yang yang dilalui oleh pendidik atau guru latih dengan
orang-orang yang dididik dan dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap mereka (Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, 1978:476).
b.
Kurikulum sebagaimana dikemukakan Crow
and Crow adalah rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata
pelajaran yang disusun secara sistematis, sebagai syarat untuk menyelesaikan
suatu program pendidikan tertentu (Crow and Crow, Pengantar Ilmu Pendidikan,
1990, H. 75).
c.
Kurikulum sebagaimana dikemukakan
Abdurrahman Salih Abdullah adalah sejumlah mata pelajaran yang disiapkan
berdasarkan rancangan yang sistematik dan koordinatif dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan (Abdurrahman Salih Abdullah,
Educational Theory a Qur’anic Out look, H.123). [35]
Selanjutnya kurikulum dalam arti yang lebih modern dan luas dapat dikemukakan
sebagai berikut:
a.
Kurikulum dalam arti modern,
sebagaimana dikemukakan Addamardasy Sarhan dan Munir Kamil, sebagaimana dikutip
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibani adalah sejumlah pengalaman pendidikan,
budaya, sosial, olahraga, dan seni, yang disediakan oleh sekolah bagi
murid-muridnya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk
berkembang menyeluruh dalam segala segi dan mengubah tingkah laku mereka sesuai
dengan tujuan-tujuan pendidikan (Omar Mohammad al-Toumy Al-Syaibani,
Filsafat Pendidikan Islam, H. 485).
b.
Kurikulum dalam arti modern,
sebagaimana dikemukakan Hasan Langgulung adalah sejumlah pengalaman pendidikan,
kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian, baik yang berada di dalam maupun di
luar kelas yang dikelola oleh sekolah (Hasan Langgulung, Asas-asas
Pendidikan Islam, 1987:483-484). [36]
Dari sekian banyak pengertian tentang kurikulum, dapat ditarik kesimpulan
bahwa kurikulum dalam arti sempit dan
tradisional hanya menggambarkan sebuah rencana pengajaran yang disusun secara
sistematik, yang di dalamnya terdapat unsur tujuan yang ingin dicapai,
nama-nama mata pelajaran, metode, evaluasi, tugas-tugas dan kegiatan belajar
yang harus dilakukan oleh guru dan pelajar. Sementara kurikulum dalam arti luas
tidak hanya mencakup mata pelajaran yang diberikan ke dalam kelas, melainkan
seluruh kegiatan yang dapat memengaruhi pengertian, penghayatan, pengamalan,dan
ketrampilan peserta didik dalam segala bidang baik tertulis maupun tidak
tertulis (hidden curiculum) .
4.
Metode
Dalam konsep pendidikan, kata metode sering disambungkan dengan kata “mengajar” atau yang lebih dikenal
dengan istilah “metodologi pengajaran”. Mengajar berarti
menyajikan atau menyampaikan sesuatu (sejumlah bahan pelajaran) kepada anak
didik (Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995:14).
Jadi metode pengajaran adalah suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan
bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995:77-78). Metode pengajaran
yang umum dikenal dalam dunia pendidikan adalah metode ceramah, metode
diskusi, metode eksperimen, metode demonstrasi, metode
pemberian tugas, metode sosiodrana, metode drill, metode
kerja kelompok, metode tanya jawab, metode simulasi, metode
karya wisata, dan sebaganya. [37]
Metode pendidikan Islam adalah
prosedur umum dalam penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan
didasarkan atas asumsi tertentu tentang hakikat Islam sebagai
suprasistem. Sedangkan teknik pendidikan Islam adalah
langkah-langkah konkret pada waktu seorang pendidik melaksanakan pengajaran di
kelas. (Tim Depag, Islam untuk Disiplin Ilmu pendidikan, 1984: 157) Muhammad Athiyah Al-Abrasyi
mengartika metode sebagai jalan yang dilalui untuk memperoleh pemahaman pada
peserta didik. Abd Al-Aziz
mengartikan metode dengan cara-cara memperoleh informasi, pengetahuan,
pandangan, kebiasaan berfikir, serta cinta kepada ilmu, guru dan sekolah. (Omar
Muhammad Al-Thauni Al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, 1979: 551-552).
Jadi teknik merupakan pengejawantahan dari metode, sedangkan metode
merupakan penjabaran dari asumsi-asumsi dasar dari pendekatan materi Al-Islam. [38] Seluruh pendapat tentang pengertian dan macam-macam metode pengajaran
memiliki inti yang sama, yaitu metode
merupakan cara penyampaian materi kepada peserta didik guna mencapai tujuan
pendidikan islam.
5.
Evaluasi
Evaluasi berasal dari kata “to
evaluate” yang berarti menilai.
Kata nilai menurut filosofi
pengertiannya ialah “idea of worth”
menurut Edwin dan Gerald Brown, evaluasi
(penilaian dalam pendidikan) berarti seperangkat tindakan atau proses untuk
menentukan nilai sesuatu yang berkaitan dengan dunia pendidikan (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995:97).
Penilaian dalam pendidikan Islam bertujuan
agar keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam
benar—benar sesuai dengan nilai-nilai yang Islami,
sehingga tujuan pendidikan Islam yang
dicanangkan dapat tercapai. Penilaian dan pengukuran dalam pendidikan Islam akan
objektif jika didasarkan pada Al-Qur’an dan
Hadist. [39]
Evaluasi pendidikan Islam adalah
suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di dalam
pendidikan Islam. (Zuhairini dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, 1981:
139). Program evaluasi ini dirterapkan dalam rangka mengetahui tingkat
keberhasilan seorang pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran, menemukan
kelemahan-kelemahan yang dilakukan, baik berkaitan dengan materi, metode,
fasilitas, dan sebagainya. [40]
Evaluasi dapat diartikan sebagai proses membandingkan situasi yang ada
dengan kriteria tertentu dalam rangka mendapatkan informasi dan menggunakannya
untuk menyusun penilaian dalam rangka membuat keputusan (A. Tabrani
Rusyan,dkk., Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar,1992:183). [41]
Evaluasi dalam proses pendidikan
memiliki pengaruh yang sangat penting guna memperbaiki sistem pengajaran agar
mencapai tujuan pendidikan Islami.
6.
Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh yang ada, baik manusia, maupun benda buatan
manusia, atau alam yang bergerak atau tidak, kejadian-kejadian, atau hal-hal
yang berhubungan dengan seseorang. Sejauh mana seseorang berhubungan dengan
lingkungannya, sejauh itu pula keterbukaan/peluang masuknya pengaruh
pendidikan kepadanya. [42] Secara harfiah lingkungan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
mengitari kehidupan, baik berupa fisik seperti alam jagat raya dengan segala
isinya, maupun berupa nonfisik, seperti suasana kehidupan beragama, nilai-nilai
dan adat istiadat yang berlaku di masayarakat, ilmu pengetahuan dan kebudayaan
yang berkembang, serta teknologi. [43]
7.
Alat Pendidikan
Untuk mencapai tujuan, pendidikan memerlukan berbagai alat yang dikenal
dengan istilah media pendidikan, audio visual, alat peraga, sarana, dan
prasarana pendidikan,dan sebagainya. Alat atau media pendidikan meliputi segala
sesuatu yang dapat membantu proses pencapaian tuujuan pendidikan. Oleh karena
penddikan Islam mengutamakan pengajaran ilmu dan pembentukan akhlak, maka alat
untuk mencapai ilmu adalah alat-alat pendidikan ilmu, sedangkan alat untuk
pembentukan akhlak adalah pergaulan. [44]
C.
Kegunaan
Ilmu Pendidikan Islam
Setelah memperhatikan pengertian dan ruang lingkup pendidikan Islam sebagai
mana yang telah disebutkan, maka berikut ini akan diungkapkan kegunaan ilmu
pendidikan Islam :
1.
Untuk mengembangkan potensi yang ada
untuk anak didik muslim sebagai makhluk yang dapat dididik.
2.
Untuk mewariskan nilai-nilai budaya
orang islam kepada anak didik sebagai generasi penerus/calon pemimpin umat.
3.
Karena ilmu pendidikan Islam
berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist yang keduanya menggunakan bBahasa Arab,
dengan demikian dapat melatih dan mempraktikkan bahasa tersebut kepada anak
didik muslim.
4.
Untuk memberikan pengertian kepada
anak didik bahwa dirinya bukan hanya sebagai seorang muslim yang berpedoman kepada
Al-Qur’an dan Hadist, tetapi ia juga seorang warga negara Indonesia yang
memiliki falsafah hidup bangsa yaitu Pancasila dan UUD 1945. [45]
Fungsi pendidikan Islam adalah
menyediakan segala fasilitas yang dapat memungkinkan
tugas-tugas pendidikan Islam
tersebut tercapai dan berjalan dengan lancar. [46]
Menurut Kurshid Ahmad (Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam,
1990: 19-20), fungsi pendidikan Islam adalah
sebagai berikut: [47]
1.
Alat untuk memelihara, memperluas
dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial,
serta ide-ide masyarakat dan bangsa.
2.
Alat untuk mengadakan perubahan,
inovasi dan perkembangan yang secara garis besarnya melalui pengetahuan dan skill yang baru ditemukan, dan melatih
tenaga-tenaga manusia yang produktif untuk menemukan perimbangan perubahan
sosial dan ekonomi.
BAB III
PENUTUP
1. Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu yang mempelajari tentang teori-teori
atau usaha membimbing dan membina jasmani dan rohani peserta didik oleh seorang
yang berilmu, bertanggung jawab, serta memiliki kemampuan untuk mendidik sesuai
dengan ajaran islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist.
2. Ruang lingkup ilmu pendidikan Islam meliputi:
a. Peserta
Didik
b. Pendidik
c. Kurikulum
d. Metode
e. Evaluasi
f. Lingkungan
g. Alat
Pendidikan
- Kegunaan ilmu pendidikan Islam antara lain:
a. Untuk
mengembangkan potensi yang ada untuk anak didik muslim sebagai makhluk yang
dapat dididik.
b. Untuk
mewariskan nilai-nilai budaya orang islam kepada anak didik sebagai generasi
penerus/calon pemimpin umat.
c. Karena ilmu
pendidikan Islam berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist yang keduanya menggunakan
bBahasa Arab, dengan demikian dapat melatih dan mempraktikkan bahasa tersebut
kepada anak didik muslim.
d. Untuk
memberikan pengertian kepada anak didik bahwa dirinya bukan hanya sebagai
seorang muslim yang berpedoman kepada Al-Qur’an dan Hadist, tetapi ia juga
seorang warga negara Indonesia yang memiliki falsafah hidup bangsa yaitu
Pancasila dan UUD 1945.
DAFTAR
PUSTAKA
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Pers.
Arief, Armai, dan Busahdiar. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT
Wahana Kardofa.
Arifin, Muhammad. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mujib, Abdul, dan Jusuf Mudzakkir. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Nata, Abudin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Tafsir, Ahmad. 2010. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Zaini, Syahminan. 1986. Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam
Mulia
[1] Ahmad Tafsir,
Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2010), Cet. Ke-9, h.14
[2] Ibid,
h.15
[4] Ibid
[5] Ibid,
h. 5
[7] Ibid,
h.40
[9] Ibid
[10] Ibid,
h.25
[11] Ibid,
h.26
[13] Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam
(Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2010), Cet. Ke-1, h.7
[14] Ibid,
h.28l
[15] Ibid
[16] Ibid,h.29
[17] Ibid
[18] Ibid,h.30
[19] Armai Arief, Op. Cit., h. 16
[20] Ibid,
h. 29
[21] Ibid,
h. 40
[23] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group,2008) h. 2
[24] Armai Arief dan Busahdiar, Op. cit., h. 7
[25] Armai Arif, Op. cit., h.3
[29] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Op. cit., h. 103
[34] Armai Arief dan Busahdiar, Op. cit., h. 12
[35] Ibid., H.122
[38] Abdul Mujib dan Juuf Mudzakkir, Op. cit., h. 166
[46] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Op. cit., h. 68
[47] Ibid,
h. 69
Tidak ada komentar:
Posting Komentar