SISTEM
PEMBELAJARAN PAI TINGKAT MTs
Untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Telaah Materi
PAI
Dosen Pengampu: Fatimatus Zahrah, M.Pd.I
Oleh:
ANDIK
IRWANTO
JEFRI
IRAWAN SUSIANTO
LIA
INDRIANI
M.
ROFIQ
NORMA
YUNITA
SITI
ASIYAH
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM BUSTANUL ULUM
Jl.
Doktren No. 26 Krai-Yosowilangun-Lumajang
Tahun Akademik
2013/2014
DAFTAR
ISI
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A.
Latar Belakang ............................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C.
Tujuan ............................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
A.
Fungsi PAI di MTs..........................................................................
3
B.
Tujuan PAI di MTs ......................................................................... 4
BAB
III KESIMPULAN .............................................................................. 8
DAFTAR
PUSTAKA ..................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Bagi bangsa yang ingin maju, pendidikan
merupakan sebuah kebutuhan. Sama halnya dengan kebutuhan papan, sandang, dan pangan. Pendidikan merupakan kegiatan yang kompleks, meliputi berbagai komponen
yang berkaitan satu dengan yang lain. Jika pendidikan ingin dilaksanakan secara
terencana dan teratur, maka berbagai elemen yang terlibat dalam pendidikan
perlu dikenali. Pendidikan ialah usaha sadar
yang teratur dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi
tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai
dengan cita-cita pendidikan.
Pada dasarnya pengertian pendidikan agama tidak
dapat dipisahkan dangan pengertian pendidikan pada umnya menuju terbentuknya
kepribadian yang utama sehingga pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek
yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi muda agar memiliki
kepribadian yang utama. Menurut Zuhairini, yang dikutip
oleh Muhaimin menjelaskan bahwa dalam Islam pada mulanya pendidikan disebut
dangan kata “Ta’lim”dan“Ta’dib” mengacu pada
pengertian yang lebih tinggi, dan mencakup unsur-unsur pemgetahuan (‘ilm), pengajaran (Ta’lim) dan bimbingan yang
baik (Tarbiyah). Sedangkan
menurut Langgulung (1997), pendidikan Islam itu setidak-tidaknya tercakup dalam
delapan pengertian, yaitu: Al-Tarbiyah Al-Diniyah (pendidikan keagamaan)
Ta’lim Al-Din (pengajaran
agama), Al-Ta’lim Al-Diny (pengajaran keagamaan), Al-Ta’lim Al-Islamy (pengajaran keislaman),Tarbiyah Al-Muslimin (pendidikan
orang-orang Islam), Al-Tarbiyah Fi Al-Islam (pendidikan dalam Islam),
Al-Tarbiyah ‘Inda Al-Muslimin (pendidikan di kalangan orang-orang Islam),
dan Al-Tarbiyah
Al-Islamiyah (pendidikan Islami)
Di kalangan masyarakat Indonesia, istilah “pendidikan”
mendapatkan arti yang sangat luas. Kata-kata pendidikan, pengajaran, bimbingan
dan pelatihan, sebagai istilah-istilah teknis dan tidak lagi dibeda-bedakan
oleh masyarakat kita, tetapi ketiga-tiganya lebur menjadi satu pengertian baru
tentang pendidikan umumnya, sebab pendidikan agama merupakan bagian integral dari
pendidikan secara umum. Marimba menyatakan sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad
Tafsir bahwasanya pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sistem pembelajaran PAI di
MTs?
2.
Apa fungsi PAI di MTs?
3.
Bagaimana tujuan PAI di MTs?
C.
Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu agar mahasiswa
dapat menjelaskan sistem pembelajaran PAI di MTs.
BAB II
PEMBAHASAN
Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.
Dalam definisi ini terkandung makna bahwa dalam pembelajaran tersebut ada
kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode/strategi yang optimal
untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan dalam kondisi tertentu Pembelajaran
pendidikan agama Islam adalah suatu upaya membuat peserta didik dapat belajar,
butuh belajar, terdorong belajar, mau belajar, dan tertarik
untuk terus-menerus mempelajari agama Islam, baik untuk kepentingan mengetahui
bagaimana cara beragama yang benar maupun mempelajari Islam sebagai pengetahuan.
[1]
Dari
pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa, pembelajaran sebenarnya
terkait dengan bagaimana (how to) membelajarkan siswa atau bagaimana membuat
siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk
mempelajari apa ( what to) yang teraktualisasikan
dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu pembelajaran
berupaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam dengan menganalisis
tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi pendidikan agama yang
terkandung dalam kurikulum
Sedangkan
karakteristik pembelajaran pendidikan agama Islam di MTs mengacu pada fungsi
dan tujuan pendidikan agama Islam. Adapun fungsi dan tujuan pendidikan agama
Islam di MTs adalah:
A.
Fungsi PAI di MTs.
1)
Sebagai
pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta berakhlak mulia
peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam
lingkungan keluarga.
2)
Untuk
penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat.
3)
Sebagai
penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui
pendidikan agama Islam
4)
Sebagai
perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam
keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam
dalam kehidupan sehari-sehari.
5)
Sebagai
pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif budaya asing yang akan
dihadapinya sehari-hari.
6)
Sebagai
pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan
nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.
7)
Sebagai
penyaluran siswa untuk mendalami pendidikan agama ke lembaga pendidikan yang
lebih tinggi.
B.
Tujuan PAI di MTs
Adapun tujuan pendidikan agama Islam di MTs adalah untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang
agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dari beberapa fungsi dan tujuan
pendidikan di atas, pendidikan agama Islam pada tingkat MTs itu sangat penting,
karena pada saat ini para pemuda menghadapi berbagai macam masalah keagamaan
mulai dari aliran sesat, munculanya nabi baru, bahkan agama baru yang
mengatasnamakan pembeharuan agama Islam serta ekadensi moral yang semakin menjadi.
Mereka juga merupakan sasaran dari kebudayaan asing yang menyesatkan yang
mempengaruhi kebudayaan kita. Selain fungsi dan tujuan ada pula karakteristik
pembelajaran pendidikan agama Islam di MTs yaitu:
1)
Kemampuan
dasar Kompentensi dasar berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai
siswa selama menempuh pendidikan di MTs.
2)
Materi pokok
mata pelajaran pendidikan agama Islam Materi pokok merupakan bagian dari
struktur keilmuan suatu bahan kajian yang dapat berupa bidang ajar, gugus isi,
proses, keterampilan, dan/atau pengertian konseptual, yang harus dimiliki dan
dikembangkan pada diri siswa. Materi pokok ini berfungsi sebagai batasan keluasan dan kedalaman bahan ajar yang disampaikan
kepada siswa. Adapun materi pokok mata pelajaran agama Islam di MTs ialah:
a.
Al-Qur’an
Hadits
b.
Aqidah Akhlak
c.
Fiqih
d.
SKI (Sejarah Kebudayaan Islam)
e.
Bahasa Arab
3)
Indikator
keberhasilan Indikator adalah kompetensi spesifik dan rinci yang diharapkan
dapat dikuasai siswa dan merupakan penjabaran dari kompetensi dasar. Indikator
merupakan target pencapaian pembelajaran dan sekaligus menjadi ukuran
keberhasilan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar rumusan
kompetensi dalam indikator berupa kompetensi operasional, sehingga tingkat
ketercapaiannya dapatdiukur
Pendidikan agama merupakan suatu kekuatan yang amat
besar pengaruhnya dalam kehidupan siswa dan masyarakat. Pendidikan agama juga
merupakan benteng yang dapat memelihara dari kekeliruan dan penyimpangan serta
menkokohkan iman mereka, sehingga ia menjadi seorang penganut agama yang kokoh
dan peka yang mendorongnya mau berkorban dan membela aqidah Islamiyah yang
suci.[2] Karakteristik peserta didik (siswa) ialah sebagai aspek-aspek atau kualitas
perseorangan peserta didik. Aspek-aspek tersebut bisa berupa bakat, motivasi
belajar atau kemampuan awal (hasil belajar yang telah dimiliki).[3] Karakteristik kemampuan awal peserta didik dapat
dijadikan pijakan dalam pemilihan metode pembelajaran. Kemampuan awal amat
penting peranannya dalam meningkatkan kebermaknaan pembelajaran sehingga berdampak
memudahkan proses internal yang berlangsung dalam diri peserta didik
Disamping itu, peserta didik mempunyai karakteristik
tertentu, yakni:
1)
Belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih
menjadi tanggung jawab pendidik (guru)
2)
Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya,
sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik
3)
Memiliki dasar-dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu yaitu kebutuhan
biologis, rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan berbicara, anggota
tubuh untuk bekerja (kaki, tangan, jari), latar belakang sosial, latar belakang biologis (warna kulit, bentuk tubuh, dan
lainnya), serta perbedaan individual
Dalam
persepektif pendidikan Islam, peserta didik merupakan subyek dan obyek. Oleh
karenanya, aktivitas kependidikan tidak akan telaksana tanpa keterlibatan peserrta
didik di dalamnya. Dalam paradigma pendidikan Islam, peserta didik merupakan
orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah kompetensi (kemauan ) dasar yang
masih perlu dikembangkan. Di sini, peserta didik merupakan makhluk Allah yang
memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf
kematangan baik bentuk, ukuran, maupun pertimbangan pada bagian-bagian lainnya.
Dari segi rohaniyah, ia memiliki bakat, kehendak, perasaan, dan pikiran yang dinamis
dan perlu dikembangkan [4]
Oleh karena itu, ia senantiasa memerlukan
bantuan, bimbingan, dan arahan pendidik, agar dapat mengembangkan potensinya
secara optimal dan membimbingnya menuju kedewsaan.[5] Islam memandang, “Setiap anak dilahirkan dengan dibekali fitrah, kedua
orang tuanyalah yang dapat membuat ia menjadi seorang Majusi, Nasranai atau
Yahudi” Diantara tugas dan kewajiban yang perlu dipenuhi peserta
didik, diantarnya ialah:
1. Peserta didik hendaknya senantiasa membersihkan hatinya sebelum menuntu tilmu.
Hal ini disebabkan karena belajar adalah ibadah dan tidak sah ibadah kecuali
dengan hati yang bersih
2.
Tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi ruh
dengan berbagai sifat keutamaan
3.
Memiliki kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut
ilmu diberbagai tempat.
4.
Setiap peserta didik wajib menghormati pendidiknya
(guru).
5.
Peserta didik hendaknya belajar secara sungguh-sungguh
dan tabah dalam belajar
Memahami tugas dan
kewajiban itu sangat penting untuk disadari oleh setiap peserta didik,
sekaligus dijadikan sebagai pegangan dalam menuntut ilmu. Disamping berbagai
pendekatan tersebut, peserta didik hendaknya memiliki kesiapan dan kesediaan
untuk belajar dengan tekun, baik secara fisik maupun mental. Dengan kesiapan
dan kesediaan fisik dan psikis, maka aktivitas kependidikan yang diikuti akan
terlaksana secara efektif dan efesien.
Yang perlu
diperhatikan oleh peserta didik berikutnya adalah sifat-sifat ideal dalam upaya
mencapai tujuan pendidikan Islam. Peserta didik hendaknya memiliki dan
menanamkan sifat-sifat yang baik dalam diri dan kepribadiannya. Diantara
sifat-sifat ideal yang perlu dimiliki peserta didik misalnya; berkemauan keras,
atau pantang menyerah, memiliki motivasi yang
tinggi, sabar, tabah, tidak mudah putus asa, dan lain sebagainya.[6]
Guru sebagai pendidik atau
pengajar sangat perlu untuk memahami karakteristik paserta didik sehingga mudah
melaksanakan interaksi edukatif. Kegagalan menciptakan interaksi edukatif yang
kondusif, berpangkal dari kedangkalan pemahaman seorang guru terhadap karakteristik
peserta didik sebagai individu. Bahan, metode, sarana/alat, dan evaluasi, tidak
dapat berperan lebih banyak, bila guru mengabaikan aspek peserta didik. Oleh
karena itu guru sebagai pendidik sebelum melaksankan proses belajar
mengajar, sebaiknya guru terlebih dahulu memahami keadaan peserta didik. Ini
penting agar dapat mempersiapkan segala sesuatu secara akurat, sehingga
tercipta interaksi dalam proses belajar mengajar yang kondusif, efektif, dan
efesien
BAB III
KESIMPULAN
Karakteristik pembelajaran pendidikan agama Islam di MTs mengacu pada
fungsi dan tujuan pendidikan agama Islam
Fungsi PAI di MTs yaitu: 1) Sebagai pengembangan keimanan dan ketakwaan
kepada Allah SWT serta berakhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang
telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.. 2) Untuk penanaman
nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.. 3) Sebagai penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik
dan sosial melalui pendidikan agama Islam. 4) Sebagai perbaikan
kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-sehari..
5) Sebagai pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif budaya asing yang akan
dihadapinya sehari-hari.. 6) Sebagai pengajaran tentang ilmu pengetahuan
keagamaan secara umum (alam nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.. 7)
Sebagai penyaluran siswa untuk mendalami pendidikan agama ke lembaga pendidikan
yang lebih tinggi.
Adapun tujuan pendidikan agama Islam di MTs adalah untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang
agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abrasy, M. Athiya, 1970, Dasar-dasar Pokok Pendidikan
Islam, Jakarta: Bulan Bintang.
Arikunto, Suharsimi, 1993, Prosedur Penelitian, Yogyakarta:
Rineka Cipta
Dahlan, MD, 1984, Model-model Mengajar,
Bandung: CV Diponegoro.
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1989, Kamus
Besar Berbahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Djamarah, Syaiful Bahri, 1994, Prestasi Belajar
dan Kompetensi Guru, Surabaya: Usaha Nasional.
Langgulung, Hasan, 1988, Asas-Asas Pendidikan
Islam.Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Madjid, Abdul dan Dian Andayani, 2004, Pendidikan
Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep Dan Implementasi Kurikulum 2004,
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Madjid, Abdul, 2007, Perencanaan Pembelajaran,
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhaimin, 2001, Paradigma Baru Pendidikan Islam,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mukhtar, 2003, Desain Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, Jakarta:Misaka Galiza.
Nizar, Samsul, 2002, Filsafat Pendidikan Islam,
Jakarta: Ciputat Pers.
Purwanto, M. Ngalim, 2006, Psikologi Pendidikan,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Syah, Muhibbin, 1999, Psikologi Belajar,
Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Tadjab, dkk., 1996, Dasar -Dasar Kependidikan Islam,
Surabaya: Karya Abditama
Tafsir, Ahmad, 2005, Ilmu Pendidikan Dalam
Perspektif Islam, Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.
.Tritonegoro, Surtanti, 1989, Anak
Supernormal Dan Pendidikannya, Jakarta:Bina Aksara.
[1] Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama
Islam, IAIN Jakarta, 1985, hlm. 248-249
[6]
Burhan Al-
Islam Al-Zarnuji, Ta’limul Muta’allim Thariq At-Ta’allum, Surabaya:Dar
Al-Nasyru Al-Mishriyah, hlm. 35
Tidak ada komentar:
Posting Komentar