BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Secara
historis akhlak tasawwuf adalah pemandu perjalanan hidup umat manusia agar
selamat dunia dan akhirat, itu di karenakan Akhlak Tasawuf merupakan salah satu khazanah
intelektual Muslim yang kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan.
Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan Muhammad saw. adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia, dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung
keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima.
Melihat
betapa pentingnya akhlak tasawuf dalam kehidupan ini tidaklah menghe-rankan
jika akhlak tasawuf ditentukan sebagai mata kuliah yang wajib diikuti oleh kita
semua. Sebagai upaya untuk menanggulangi kemerosotan moral yang tengah dialami
bangsa ini.
Untuk
mengungkap segala permasalahan yang terkait dengan Akhlak Tasawuf, kami akan
mencoba menguraikannya dalam makalah singkat yang berjudul “Pengertian dan
manfaat Mempelajari Akhlak Tasawuf”.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
pengertian akhlak dan tasawwuf itu ?
2. Apa
saja hubungan akhlak dan tasawwuf ?
3. Apa
saja ruang lingkup akhlak dan tasawwuf ?
4. Apa
tujuan mempelajari akhlak dan tasawwuf ?
5. Apa
manfaat mempelajari akhlak dan tasawwuf ?
C.
TUJUAN
PENULISAN
1.
Untuk
memahami pengertian akhlak dan taswwuf.
2. Untuk
mengetahui hubungan akhlak dan tasawwuf.
3. Untuk
mengetahui ruang lingkup akhlak dan tasawwuf.
4. Untuk
mengetahui tujuan mempelajari akhlak dan tasawwuf.
5. Untuk
mengetahui mamfaat mempelajari akhlak dan tasawwuf.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Akhlak dan Tasawwuf
1.
Pengertian
Akhlak
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi
pekerti atau kelakuan. Kata akhlak meskipun diambil dari
bahasa Arab (yang biasa berartikan tabiat,
perangai kebiasaan, bahkan agama), namun kata
seperti itu tidak ditemukan dalam Al-Quran. Yang ditemukan hanyalah bentuk
tunggal kata tersebut yaitu khuluq yang
tercantum dalam Al-Quran.
y7¯RÎ)ur 4’n?yès9 @,è=äz 5OŠÏàtã ÇÍÈ
4. dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi
pekerti yang agung. (QS Al-Qalam 68: 4)
Ayat tersebut
dinilai sebagai konsiderans pengangkatan Nabi Muhammad Saw. sebagai Rasul.
Sedangkan menurut istilah, para pakar dalam
bidang ini mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut;
a.
Ibnu
Miskawaih
حَالٌ لِلنَّفْسِ دَاعِيَةٌ لَهَا اِلٰى
اَفْعَالِهَا مِنْ غَيْرِ فِكْرٍ وَلَا رُوِيَةٍ
Sifat
yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
b.
Imam
Al-Gazali
عِبَارَةٌعَنْ هَيْئَةٍ فِى النَّفْسِ رَاسِخَةٌ
عَنْهَا تَصْدُرُ الْافْعَالُ بِسُهُوْلةٍ وَيُسْرِ مِنْ غَيْرِحَاجَةٍ اِلٰى
فِكْرٍ وَرُؤْيَةٍ
Sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah,
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
c.
Ibrahim
Anis
حَالٌ لِلنَّفْسِ
رَاسِخَةٌ تَصْدُرُ عَنْهَا الْاَفْعَالُ مِنْ خَيْرٍ اَوْ شَرٍّ مِنْ غَيْرِ
حَاجَةٍ اِلٰى فِكْرٍ وَرُؤْيَةٍ
Sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya
lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran
dan pertimbangan.(Abuddin Nata, 2010:02)
d.
Prof.
Dr. Ahmad Amin
عَرَّ فَ بَعْضُهُمُ الْخُلُقَ بِأَنَّهُ عَادَةُ
الْاِرَادَةِ يَعْنِى أَنَّ الْإرَادَةَ اِذَا اعْتَادَتْ شَيْأً فَعَادَتُهَا
هِيَ الْمُسَمَّاةُ بِالْخُلُقِ
Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa
yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu
bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak.( Drs. H. A. Mustofa,
1995:13)
Dari beberapa difinisi diatas, kami dapat
meyimpulkan tentang difinisi akhlak seperti perkataan Prof. KH. Farid Ma’ruf
yang menyimpulkan tentang definisi akhlak ini sebagai berikut: “Kehendak
jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa
memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu”.
2.
Pengertian
Tasawwuf
Secara bahasa, tasawuf berarti saf (baris), sufi (suci), sophos
(Yunani: hikmah), suf (kain wol), sikap mental yang selalu memelihara
kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan
bersikap bijaksana.
Sedangkan menurut
istilah, para ahli tasawuf mengartikan sebagai berikut :
a. Zakaria
Al-Anshori : “Tasawuf ialah suatu ilmu yang menjelaskan hal ihwal Pembersih
jiwa dan penyantun akhlak baik lahir atau batin, guna menjauhi bid’ah dan tidak
meringankan ibadah”.
b.
Abul Qasim
al-Qashairi ( W. 456H/1072M ) : “Tashawwuf adalah menerapkan ajaran
Al-Qur’an dan Sunnah Nabi secara tepat, berusaha menekan hawa nafsu, menjauhi
bid’ah dan tidak meringankan ibadah”.
c.
Harun Nasution
: “tasawuf itu merupakan suatu ilmu pengetahuan dan sebagai ilmu
pengetahuan, tashawwuf atau sufisme mempelajari cara dan jalan bagaimana
seorang islam bisa sedekat mungkin dengan tuhan”.
Tasawuf pada intinya adalah upaya
melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari
pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan
Allah swt. Dengan
kata lain tasawuf adalah bidang kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan
mental rohaniah agar selalu dekat dengan Tuhan. Inilah esensi atau hakikat
tasawuf.(Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, 2006:181)
Jadi dapat disimpulkan bahwa tasawuf
adalah suatu kehidupan rohani yang merupakan fitrah manusia dengan tujuan untuk
mencapai hakikat yang tinggi, berada dekat atau sedekat mungkin dengan Allah
dengan jalan menyucikan jiwanya, dengan melepaskan jiwanya dari noda-noda sifat
dan perbuatan tercela. ( http.//www.aminazizcenter.com)
B.
Hubungan
Akhlak dan Tasawwuf
Hubungan antara akhlak dan tasawuf
dapat kita ketahui dari uraian yang disampaikan Harun Nasution. Menurutnya,
ketika mempelajari tasawuf ternyata pula al-Qur’an dan Hadits mementingkan
akhlak. Al-Qur’an dan Hadits menekankkan nilai-nilai kejujuran, kesetiakawanan,
persaudaraan, rasa kesosialan, keadilan, tolong-menolong, murah hati, dan
berbagai akhlak terpuji lainnya. Nilai-nilai ini harus dimiliki oleh seorang
muslim, dan dimasukkan ke dalam dirinya dari semasa ia kecil. Secara sederhana,
hubungan keduanya dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, mencakup dua
aspek berikut:
1.
Etika Horizontal الأخلاق الإنسانية
2.
Etika Vertikal الأخلاق باالله
Kedua aspek ini menjadi semacam media untuk mendekatkan diri
kepada Allah swt. Dalam implementasinya, kedua aspek ini dilakukan dengan cara
:
1. Dengan akhlak, kita berusaha menghias diri, dengan sifat-sifat
terpuji, dan menjahui sifat-sifat tercela.
2. Dengan Tasawuf, kita selalu berusaha membersihkan hati dari
dosa-dosa atau kotoran-kotoran rohaniyah.
Kedua cara di atas dilakukan dengan
tujuan agar kita bisa dan selalu dekat dengan yang Maha suci, maka kita
semaksimal mungkin berusaha terus dan terus mensucikan diri kita dari hal-hal
yang dapat menghalangi kita untuk bisa dekat dengan Dzat Yang Maha Suci.
C.
Ruang
Lingkup Akhlak dan Tasawwuf
1.
Ruang
Lingkup Akhlak
Objek
pembahasan ilmu akhlak adalahperbuatan manusia untuk selanjutnya diberikan
penilain apakan baik atau buruk, dan mempunyai ciri-ciri perbuatan yang
dilakukan atas kehendak dan kemauan, telah dilakukan secara kontinyu
sehingga menjadi tradisi dalam kehidupannya.
Dr. Abdullah
dalam buku Dustur al-Akhlaq fi al-Islam, membagi ruang lingkup akhlaq kedalam
lima macam aspek kehidupan, yaitu:
a. Akhlak perorangan الأخلا ق الفرد ية
Akhlak ini dibagi menjadi :
1) Semua hal yang diperintahkan
(al-awamir).
2) Segala yang dilarang ( al-nawahi).
3) Hal-hal yang diperbolehkan (
al-mubahat).
4) Akhlak dalam keadaan darurat
(al-mukhalafah bi al-idhthirar).
b. Akhlak keluarga الأخلا ق الأ سرية
Akhlak ini juga terbagi menjadi :
1) Kewajiban timbal balik orang tua dan
anak (wajibat nahwa ushul wa al-furu).
2) Kewajiban suami & isteri (
wajibat baina al-azwaj).
3) Kewajiban terhadap kerabat dekat (wajibat
nahwa al-aqarib).
c. Akhlak bermasyarakat الأخلا ق الإجتماعية
Akhlak ini meliputi :
1) Hal-hal yang dilarang (al-makhdzurat).
2) Hal-hal yang diperintahkan
(al-awamir).
3) Kaidah-kaidah adab (qawa’id al-adab).
d. Akhlak bernegara الأخلاق الد و لة
Akhlak ini meliputi :
1) Hubungan antara pemimpin dan rakyat
(al-‘alaqah baina al-rais wa al-sya’b).
2) Hubungan luar negeri (al-alaqah
al-kharijiyyah).
e. Akhlak beragama الأخلا ق الد ينية
Akhlak ini
meliputi
kewajiban terhadap Allah swt.
Ruang lingkup di atas dipandang
sangat luas karena mencakup semua aspek kehidupan. Secara vertikal hubungan
dengan sang Haliq dan secara horizontal dengan sesama manusia.
Jika ruang lingkup akhlak tersebut
dipersempit tetapi memiliki cakupan yang menyeluruh maka akhlak tersebut dapat
dibagi menjadi :
a. Akhlak (tata krama) kepada Allah
swt.
b. Akhlak kepada Rasul Allah saw.
c. Akhlak untuk diri pribadi.
d. Akhlak dalam keluarga.
e. Akhlak dalam masyarakat.
f. Ahlak bernegara.
2.
Ruang
Lingkup Tasawwuf
Tasawuf adalah nama lain dari
“Mistisisme dalam islam”. Di kalangan orientalis barat dikenal dengan sebutan
“Sufisme”. Kata “Sufisme” merupakan istilah khusus mistisisme islam. Sehingga
kata “sufisme” tidak ada pada mistisisme agama-agama lain.
Tasawuf bertujuan untuk memperoleh
suatu hubungan khusus langsung dari Tuhan. Hubungan yang dimaksud mempunyai
makna dengan penuh kesadaran, bahwa manusia sedang berada di hadirat Tuhan.
Kesadaran tersebut akan menuju kontak komunikasi dan dialog antara ruh manusia
dengan Tuhan. Hal ini melalui cara bahwa manusia perlu mengasingkan diri.
Keberadaannya yang dekat dengan Tuhan akan berbentuk “Ijtihad” (bersatu) dengan
Tuhan. Demikian ini menjadi inti persoalan “Sofisme” baik pada agama islam
maupun di luarnya.
Dengan pemikiran di atas, dapat
dipahami bahwa “tasawuf/mistisisme islam” adalah suatu ilmu yang mempelajari
suatu cara, bagaimana seseorang dapat mudah berada di hadirat Allah SWT
(Tuhan). Maka gerakan “kejiwaan” penuh dirasakan guna memikirkan betul suatu
hakikat kontak hubung yang mampu menelaah informasi dari Tuhannya.
Tasawuf atau mistisisme dalam islam
beresensi pada hidup dan berkembang mulai dari bentuk hidup “kezuhudan”
(menjauhi kemewahan duniawi). Tujuan tasawuf untuk bisa berhubungan langsung
dengan Tuhan. Dengan maksud ada perasaan benar-benar berada di hadirat Tuhan.
Para sufi beranggapan bahwa ibadah yang diselenggarakan dengan cara formal
belum dianggap memuaskan karena belum memenuhi kebutuhan spiritual kaum sufi.
Dengan
demikian, maka tampaklah jelas bahwa ruang lingkup ilmu tasawuf itu adalah
hal-hal yang berkenaan dengan upaya-upaya/cara-cara untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan yang bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus secara
langsung dari Tuhan.
D.
Tujuan
Mempelajari Akhlak dan Tasawwuf
1. Tujuan
Mempelajari Akhlak
Tujuan akhlak adalah menggapai suatu kebahagiaan hidup umat
manusia baik di dunia dan di akhirat. Dikarekan itulah kita sebagai manusia
untuk hidup saling membantu baik dari pekerjaan, kebutuhan atau lainnya.
Tujuan mempelajari akhlak diantaranya adalah menghindari
pemisahan antara akhlak dan ibadah. Atau bila kita memakai istilah: menghindari
pemisahan agama dengan dunia (sekulerisme). Kita sering mendengar celotehan, “Agama
adalah urusan akhirat sedang masalah dunia adalah urusan masing-masing”. Atau ungkapan, “Agama adalah urusan masjid, di luar
itu terserah semau gue”. Maka jangan heran terhadap seseorang yang beribadah,
kemudian di lain waktu akhlaknya tidak benar. Ini merupakan kesalahan fatal.
Kita pun sering menjumpai orang-orang yang amanah dan jujur, tetapi mereka
tidak shalat. Ini juga keliru.
Selanjutnya
Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlaq itu, ialah untuk
membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati
menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang dapat menerima Nur cahaya Tuhan.(http://abiturohmansyah.blogspot.com)
Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa Ilmu
Akhlak bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam
mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan yang baik ia
beruasaha melakukannya, dan terhadap yang buruk ia berusaha untuk
menghindarinya.
2.
Tujuan
Mempelajari Tasawwuf
Tujuan tasawuf adalah ma’rifatullah
(mengenal Allah secara mutlak dan lebih jelas). Tasawuf memiliki tujuan yang
baik yaitu kebersihan diri dan taqarrub kepada Allah. Namun taswuf tidak boleh
melanggar apa-apa yang telah secara jelas diatur oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah,
baik dalam aqidah, pemahaman ataupun tata cara yang dilaku-kan.( Departemen Agama RI, (Jakarta: PT.
Syaamil, 2005:69)
Buah yang diharapkan dari laku Tasawwuf
adalah jiwa yang dermawan, hati yang tenang, dan pekerti yang baik kepada semua
makluk. Dan Tassawuf dapat digunakan sebagai sarana untuk mendidik hati dan
mengetahui alam gaib menuju buahnya tersebut diatas. Ilmu Tassawuf tidak
berbicara tentang ungkapan lisan, melainkan tentang perasaan dan emosi. Ilmu
ini tidak bisa dipelajari dari lembar kertas, melainkan diambil dari para ahli
rasa. Ilmu ini tidak bisa diperoleh dengan banyak ceritera, melainkan
dengan melayani para guru dan menyertai para ahli kesempurnaan ( Ahlul Kamal).( http://sufipopuler.wordpress.com)
Melihat dari itu semua, kita dapat
untuk bisa memahami betapa pentingnya mengenal Allah secara lebih dalam dan
memahaminya dengan benar. Sama juga dengan kebersihan diri dan taqarrub, tapi kita tidak boleh melanggar apapun yang telah ditentukan
oleh
al-qur`an.
E.
Manfaat
Mempelajari Akhlak dan Tasawwuf
1. Manfaat
Mempelajari Akhlak
Berkenaan dengan manfaat mempelajari
Ilmu Akhlak ini, Ahmad Amin mengatakan sebagai berikut:
“Tujuan mempelajari Ilmu Akhlak dan
permasalahannya menyebabkan kita dapat menetapkan sebagian perbuatan lainnya
sebagai yang baik dan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang buruk. Bersikap
adil termasuk baik, sedangkan berbuat zalim termasuk perbuatan buruk, membayar
hutang kepada pemiliknya termasuk perbuatan baik, sedangkan mengingkari hutang
termasuk perbuatan buruk”.( Ahmad Amin, t.t:3)
Seseorang yang mempelajari ilmu ini
akan memiliki pengetahuan tentang kriteria perbuatan baik dan buruk, dan
selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang
buruk.
Ilmua akhlak atau akhlak yang mulia
juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan
manusia disegala bidang. Seseorang yang memiliki IPTEK yang maju disertai
akhlak yang mulia, niscaya ilmu pengetahuaan yang Ia miliki itu akan dimanfaatkan
sebaik-baiknya untuk kebaikan hidup manusia. Sebaliknya, orang yang memiliki
ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memiliki pangkat, harta, kekuasaan,
namun tidak disertai dengan akhlak yang mulia, maka semuanya itu akan disalah
gunakan yang akibatnya akan menimbulkan bencana dimuka bumi.
Demikian juga dengan mengetahui akhlak
yang buruk serta bahaya-bahaya yang akan ditimbulkan darinya, menyebabkan orang
enggan untuk melakukannya dan berusaha menjauhinya. Orang yang demikian pada akhirnya
akan terhindar dari berbagai perbuatan yang dapat membahyakan
dirinya.( http://abiturohmansyah.blogspot.com )
Akhlak juga merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk
manusia dengan makhluk lainnya. Setiap orang tidak lagi peduli soal baik atau
buruk, soal halal dan haram. Karena yang berperan dan berfungsi pada diri
masing-masing manusia adalah elemen syahwat (nafsu) nya yang telah dapat
mengalahkan elemen akal pikiran, oleh karena itu Imam Al-Ghazali dalam kitabnya
“Mukasyafatul Qulub” menyebutkan bahwa Allah menciptakan manusia (anak
Adam) lengkap dengan elemen akal dan syahwat (nafsu). Maka barang siapa
yang nafsunya mengalahkan akalnya, hewan melata lebih baik dari pada manusia
itu. Sebaliknya bila manusia dengan akalnya dapat mengalahkan nafsunya, maka
dia derajatnya di atas malaikat.( http.//www.aminazizcenter.com)
2. Manfaat
Mempelajari Tasawwuf
Faedah tasawwuf ialah membersihkan hati
agar sampai kepada ma’rifat akan terhadap Allah Ta’ala sebagai ma’rifat yang
sempurna untuk keselamatan di akhirat dan mendapat keridhaan Allah Ta’ala dan
mendapatkan kebahagiaan abadi.( http://abiturohmansyah.blogspot.com)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Akhlak
adalah Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah
karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
Tasawuf adalah
suatu kehidupan rohani yang merupakan fitrah manusia dengan tujuan untuk
mencapai hakikat yang tinggi, berada dekat atau sedekat mungkin dengan Allah
dengan jalan menyucikan jiwanya, dengan melepaskan jiwanya dari noda-noda sifat
dan perbuatan tercela.
Akhlak dan Tasawuf saling berkaitan.
Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal antara sesama manusia, sedangkan tasawwuf mengatur jalinan komunikasi
vertical antara manusia dengan Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan
tasawwuf, sehingga dalam prakteknya tasawwuf mementingkan akhlak.
Ruang linkup
akhlak meliputi:
1.
Akhlak
(tata krama) kepada Allah swt.
2.
Akhlak
kepada Rasul Allah saw.
3.
Akhlak
untuk diri pribadi.
4.
Akhlak
dalam keluarga.
5.
Akhlak
dalam masyarakat.
6.
Ahlak
bernegara.
Ruang lingkup
tasawuf meliputi hal-hal yang berkenaan dengan upaya-upaya/cara-cara untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan yang bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan
khusus secara langsung dari Tuhan.
Akhlak dan
tasawwuf memiliki tujuan yang sama yaitu, mendekatkan diri kepada Allah dengan
cara membersihkan diri dari perbuatan yang tercela dan menghias diri dengan
perbuatan yang terpuji.
Manfaat
mempelajari akhlak tasawwuf, kita bisa mengetahui perbuatan yang baik dan
perbuatan yang buruk, sehingga bisa mengarah kita pada kehidupan yang bahagia
di dunia dan diakhirat.
B.
Saran
Manusia
tidak selamanya tepat pertimbangannya, adil sikapnya, kadang-kadang
manusia berbuat yang tidak masuk akal. Oleh sebab itu, manusia perlu sekali
tahu mengenai diri.
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih sangat jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kesalahan dan kekurangan
dalam penulisan makalah ini, baik yang kami sengaja maupun yang tidak kami
sengaja. Maka dari itu sangat kami harapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga dengan berbagai kekurangan
yang ada ini tidak mengurangi nilai-nilai dan manfaat dari mempelajari Ilmu
Akhlak Tasawuf.
DAFTAR PUSTAKA
Nata Abuddin. Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2010)
A. Mustofa. Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 1995)
Nasution
Harun, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983)
http://al-poenya.blogspot.com/2011/11/resume-buku-akhlak-tasawuf_12.html
http://muhammadyusuf18.blogspot.com/2011/12/pengertian-dan-ruang-lingkup-tasawuf.html
http://moemartblog.blogspot.com/2012/03/tujuan-akhlak-tasawuf.html
Amin Ahmad, Kitab al-Akhlaq, (Mesir:Daral Kutubal Mishriyah, cet. III, tt.)
http://dc305.4shared.com/doc/T1XMOCoc/preview.html
Departemen Agama RI, Al-Qur’an
dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Syaamil, 2005)
http://sufipopuler.wordpress.com/artikel-tasawuf/fungsi-dan-keutamaan-ilmu-tasawuf/
http.//www.aminazizcenter.com/artikel-61-kuliah-akhlak-tasawuf.html/2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar