Landasan Bimbingan dan Konseling
12 f 2008
pada 8:14 am (Bimbingan dan Konseling)
Tags: Pendidikan
Tags: Pendidikan
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Permasalahan
Setelah memahami pengertian bimbingan dan konseling pada materi sebelumnya,
kami dalam makalah ini akan menguraikan berbagai hal yang menjadi landasan
pelayanan bimbingan dan konseling. Landasan tersebut meliputi landasan
filosofis, religius, psikologis, sosial budaya, pedagogis.
Paparan tentang landasan filosofis membahas tentang hakikat manusia. Uraian
landasan filosofis menyangkut empat dimensi kemanusiaan dan berbagai pemikiran
tentang evolusi perkembangan manusia, tinjauan psikologis tentang manusia,
serta hakikat tentang tujuan dan tugas kehidupan manusia. Landasan religius
masih berbicara tentang manusia, tetapi khusus dikaitkan pada aspek-aspek
keagamaan. Pemuliaan kemanusiaan manusia sebagai makhluk Tuhan menjadi focus
pembahasan.
Uraian tentang landasan psikologis mengemukakan berbagai hal pokok yang
amat besar pengaruhnya terhadap pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu
tentang tingkah laku, motif dan motivasi, pembawaan dan lingkungan,
perkembangan dan tugas-tugas perkembangan, belajar dan penguatan dan
kepribadian. Sedangkan tentang landasan sosial budaya dibahas pengaruh sosial
budaya terhadap individu, hambatan-hambatan komunikasi dan penyesuaian diri sebagai
dampak perbedaan antar budaya serta pengaruh perbedaan antar budaya itu
terhadap layanan bimbingan dan konseling. Tentang landasan ilmiah dan
teknologis dibahas secara garis besar keilmuan bimbingan dan konseling, Peranan
ilmu-ilmu lain dan teknologi, serta peranan penelitian dalam pengembangan
bimbingan dan konseling.
Terakhir di bahas tentang peranan secara hakiki pendidikan terhadap
pelayanan bimbingan dan konseling.
2. Rumusun Masalah
- Apa saja landasan yang digunakan dalam bimbingan dan konseling?
- Bagaimanakah implikasi landasan-landasan tersebut dalam bimbingan dan
konseling?
3. Tujuan
- Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman/
pengetahuan tentang landasan-landasan apa saja yang digunakan dalam bimbingan
dan konseling dan implikasinya terhadap penerapan BK itu sendiri.
4. Manfaat
Penulisan
makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
a. Mahasiswa dapat mengetahui tentang landasan-landasan yang digunakan
dalam bimbingan konseling.
b. Dapat memberi sumbangsih pengetahuan dalam pembelajaran mata kuliah
bimbingan dan konseling.
PEMBAHASAN
A. LANDASAN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
1. LANDASAN FILOSOFIS
1.1 Makna dan Fungsi Prinsip-prinsip Filosofis Bimbingan Konseling
Kata filosofis atau filsafat berasal dari bahasa Yunani: Philos berarti
cinta dan sophos berarti bijaksana, jadi filosofis berarti kecintaan terhadap
kebijaksanaan. Sikun pribadi mengartikan filsafat sebagai suatu “usaha manusia
untuk memperoleh pandangan atau konsepsi tentang segala yang ada, dan apa makna
hidup manusia dialam semesta ini”.[1]
Filsafat mempunyai fungsi dalam kehidupan manusia, yaitu bahwa :
1) Setiap manusia harus mengambil keputusan atau tindakan,
2) Keputusan yang diambil adalah keputusan diri sendiri
3) Dengan berfilsafat dapat mengurangi salah paham dan konflik, dan
4) Untuk menghadapi banyak kesimpangsiuran dan dunia yang selalu berubah.
Dengan berfilsafat seseorang akan memperoleh wawasan atau cakrawala
pemikiran yang luas sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat John J.
Pietrofesa et. al. (1980) mengemukakan pendapat James Cribin tentang
prinsip-prinsip filosofis dalam bimbingan sebagai berikut:
a. Bimbingan hendaknya didasarkan kepada pengakuan akan kemuliaan dan harga
diri individu dan hak-haknya untuk mendapat bantuannya.
b. Bimbingan merupakan proses yang berkeseimbangan
c. Bimbingan harus Respek terhadap hak-hak klien
d. Bimbingan bukan prerogatif kelompok khusus profesi kesehatan mental
e. Fokus bimbingan adalah membantu individu dalam merealisasikan potensi
dirinya
f. Bimbingan merupakan bagian dari pendidikan yang bersifat individualisasi
dan sosialisasi
1.2 Hakikat Manusia
a. B.F Skinner dan Watsan (Gerold Corey, Terjemahan E. Koeswara, 1988).
Mengemukakan tentang hakekat manusia:
- Manusia dipandang memiliki kecenderungan-kecenderungan positif dan
negatif yang sama
- Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial
budaya
- Segenap tingkah laku manusia itu dipelajari
- Manusia tidak memiliki kemampuan untuk membentuk nasibnya sendiri
b.Virginia Satir (Dalam Thompson dan Rodolph, 1983). Memandang bahwa
manusia pada hakekatnya positif, Satir berkesimpulan bahwa pada setiap saat,
dalam suasana apapun juga, manusia dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar
dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
Upaya-upaya bimbingan dan konseling perlu didasarkan pada pemahaman tentang
hakekat manusia agar upaya-upaya tersebut dapat lebih efektif.
1.3 Tugas dan Tujuan Kehidupan
Witner dan Sweeney (dalam Prayitno dan Erman Anti, 2002) mengemukakan bahwa
ciri-ciri hidup sehat ditandai dengan 5 kategori, yaitu:
- Spiritualitas ~ agama sebagai sumber inti dari hidup sehat.
- Pengaturan
diri ~ seseorang yang mengamalkan hidup sehat pada dirinya terdapat ciri-ciri
1. rasa diri berguna, 2. pengendalian diri, 3.pandangan realistik, 4.
spontanitas dan kepekaan emosional, 5. kemampuan rekayasa intelektual, 6.
pemecahan masalah, 7. kreatif, 8. kemampuan berhumor dan, 9. kebugaran jasmani
dan kebiasaan hidup sehat.
- Bekerja ~ untuk memperoleh keuntungan ekonomis, psikologis dan sosial
- Persahabatan ~ persahabatan memberikan 3 keutamaan dalam hidup yaitu 1.
dukungan emosional 2. dukungan material 3. dukungan informasi .
- Cinta ~ penelitian flanagan 1978 (dalam Prayitno dan Erman Anti, 2006)
menemukan bahwa pasangan hidup suami istri, anak dan teman merupakan tiga pilar
utama bagi keseluruhan pencipta kebahagiaan manusia.
Paparan tentang hakikat, tujuan dan tugas kehidupan manusia diatas
mempunyai implikasi kepada layanan bimbingan dan konseling.
B. Landasan Historis
- Sekilas tentang sejarah bimbingan dan konseling
Secara umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal manusia
melalui sejarah. Sejarah tentang pengembangan potensi individu dapat ditelusuri
dari masyarakat yunani kono. Mereka menekankan upaya-upaya untuk mengembangkan
dan menguatkan individu melalui pendidikan. Plato dipandang sebagan koselor
Yunani Kuno karena dia telah menaruh perhatian besar terhadap masalah-masalah
pemahaman psikologis individu seperti menyangkut aspek isu-isu moral,
pendidikan, hubungan dalam masyarakat dan teologis.
- Perkembangan Layanan Bimbingan di Amerika
Sampai awal abad ke-20 belum ada konselor disekolah. Pada saat itu
pekerjaan-pekerjaan konselor masih ditangani oleh para guru.
Gerakan bimbingan disekolah mulai berkembang sebagai dampak dari revolusi
industri dan keragaman latar belakang para siswa yang masuk kesekolah-sekolah
negeri. Tahun 1898 Jesse B. Davis, seorang konselor di Detroit mulai memberikan
layanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907 dia
memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut.
Pada waktu yang sama para ahli yang juga mengembangkan program bimbingan
ini diantaranya; Eli Weaper, Frank Parson, E.G Will Amson, Carlr. Rogers.
- Eli Weaper pada tahun 1906 menerbitkan buku tentang “memilih suatu karir”
dan membentuk komite guru pembimbing disetiap sekolah menengah di New York.
Kamite tersebut bergerak untuk membantu para pemuda dalam menemukan
kemampuan-kemampuan dan belajar tentang bimbingan menggunakan
kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadi seorang pekerja yang
produktif.
- Frank Parson dikenal sebagai “Father of The Guedance Movement in
American Education”. Mendirikan biro pekerjaan tahun 1908 di Boston
Massachussets, yang bertujuan membantu pemuda dalam memilih karir uang
didasarkan atas proses seleksi secara ilmiyah dan melatih guru untuk memberikan
pelayanan sebagai koselor.
Bradley (John J.Pie Trafesa et. al., 1980) menambah satu tahapan dari tiga
tahapan tentang sejarah bimbingan menurut Stiller, yaitu sebagai berikut:
1) Vocational exploration : Tahapan yang menekankan tentang analisis
individual dan pasaran kerja
2) Metting Individual Needs : Tahapan yang menekankan membantu individu
agar meeting memperoleh kepuasan kebutuhan hidupnya. Perkembangan BK pada
tahapan ini dipengaruhi oleh diri dan memecahkan masalahnya sendiri.
3) Transisional Professionalism : Tahapan yang memfokuskan perhatian kepada
upaya profesionalisasi konselor
4) Situasional Diagnosis : Tahapan sebagai periode perubahan dan inovasi
pada tahapan ini memfokuskan pada analisis lingkungan dalam proses bimbingan
dan gerakan cara-cara yang hanya terpusat pada individu.
- Perkembangan Layanan Bimbingan Di Indonesia
Layanan BK di industri Indonesia telah mulai dibicarakan sejak tahun 1962.
ditandai dengan adanya perubahan sistem pendidikan di SMA yakni dengan adanya
program penjurusan, program penjurusan merupakan respon akan kebutuhan untuk
menyalurkan siswa kejurusan yang tepat bagi dirinya secara perorangan. Puncak
dari usaha ini didirikan jurusan Bimbingan dan penyuluhan di Fakultas Ilmu
Pendidikan IKIP Negeri, salah satu yang membuka jurusan tersebut adalah IKIP
Bandung (sekrang berganti nama Universitas Pendidikan Indonesia).
Dengan adanya gagasan sekolah pembangunan pada tahun 1970/1971, peranan
bimbingan kembali mendapat perhatian. Gagasan sekolah pembangunan ini
dituangkan dalam program sekolah menengah pembangunan persiapan, yang berupa
proyek percobaan dan peralihan dari sistem persekolahan Cuma menjadi sekolah
pembangunan.
Sistem sekolah pembangunan tersebut dilaksanakan melalui proyek pembaharuan
pendidikan yang dinamai PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) yang
diujicobakan di 8 IKIP. Badan pengembangan pendidikan berhasil menyusun 2
naskah penting yakni dengan pola dasar rencana-rencana pembangunan program
Bimbingan dan penyuluhan melalui proyek-proyek perintis sekolah pembangunan dan
pedoman operasional pelayanan bimbingan pada PPSP.
Secara resmi BK di programkan disekolah sejak diberlakukan kurikulum 1975,
tahun 1975 berdiri ikatan petugas bimbingan Indonesia (IPBI) di Malang.
Penyempurnaan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan
karir di dalamnya. Selanjutnya UU No. 0/1989 tentang Sisdiknas membuat mantap
posisi bimbingan dan konseling yang kian diperkuat dengan PP No. 20 Bab X Pasal
25/1990 dan PP No. 29 Bab X Pal 27/1990 yang menyatakan bahwa “Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan
pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
Perkembangan BK di Indonesia semakin mantap dengan berubahnya 1 PBI menjadi
ABKIN (Asuransi Bimbingan dan Konseling Indonesia) tapa tahun 2001.
C. Landasan Religius
Dalam landasan religius BK diperlukan penekanan pada 3 hal pokok:
a. Keyakinan bahwa mnusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan
b. Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan
kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama
c. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal
suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan
kaidah-kaidah agama untuk membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu
Landasan Religius berkenaan dengan :
- Manusia sebagai Mahluk Tuhan
Manusia adalah mahluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi
kemanusiaan tersebut tdiak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal
negatif. Perlu adanya bimbingan yang akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan
tersebut pada hal-hal positif.
- Sikap Keberagamaan
Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi
dari sikap keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada
agama itu sendiri, agama harus dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup,
nilai-nilainya harus diresapi dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek
sebagai upaya lanjut dari penyeimbang kehidupan dunia dan akhirat.
- Peranan Agama
Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak
dipaksakan dan tepat menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak
mengambil keputusan sendiri sehingga agama dapat berperan positif dalam
konseling yang dilakukan agama sebagai pedoman hidup ia memiliki fungsi :
a. Memelihara fitrah
b. Memelihara jiwa
c. Memelihara akal
d. Memelihara keturunan
D. Landasan Psikologis
Landasan prikologis dalam BK memberikan pemahaman tentang tingkah laku
individu yang menajadi sasaran (klien). Hal ini sangat penting karena bidang
garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku
yang perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang
psikologi perlu dikuasai, yaitu tentang:
1. Motif dan motivasi
2. Pembawaan dasar dan lingkungan
3. Perkembangan individu
4. Belajar, balikan dan penguatan
5. Kepribadian
E. Landasan Sosial Budaya
Kebudayaan akan bimbingan timbul karena terdapat faktor yang menambah
rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor tersebut
seperti perubahan kontelasi keuangan, perkembagan pendidikan, dunia-dunia
kerja, perkembangan komunikasi dll (Jonh), Pietrofesa dkk, 1980; M. Surya &
Rochman N, 1986; dan Rocman N, 1987)
- Individu sebagai Produk Lingkungan Sosial Budaya
MC Daniel memandang setiap anak, sejak lahirnya harus memenuhi tidak hanya
tuntutan biologisnya, tepapi juga tuntutan budaya ditempat ia hidup, tuntutan
Budaya itu menghendaki agar ia mengembangkan tingkah lakunya sehingga sesuai
dengan pola-pola yang dapat diterima dalam budaya tersebut.[2]
Tolbert memandang bahwa organisasi sosial, lembaga keagamaan,
kemasyarakatan, pribadi, dan keluarga, politik dan masyarakat secara menyeluruh
memberikan pengaruh yang kuat terhadap sikap, kesempatan dan pola hidup
warganya. Unsur-unsur budaya yang ditawarkan oleh organisasi dan budaya
lembaga-lembaga tersebut mempengaruhi apa yang dilakukan dan dipikirkan oleh
individu, tingkat pendidikan yang ingin dicapainya, tujuan-tujuan dan
jenis-jenis pekerjaan yang dipilihnya, rekreasinya dan kelompok-kelompok yang
dimasukinya.[3]
Bimbingan konseling harus mempertimbangkan aspek sosial budaya dalam
pelayanannya agar menghasilkan pelayanan yang lebih efektif.
- Bimbingan dan Konseling Antara Budaya
Menurut Pedersen, dkk ada 5 macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam
komunikasi non verbal, stereotip, kecenderungan menilai, dan kecemasan[4].
Perbedaan dalam latar belakang ras atau etnik, kelas sosial ekonomi dan
pola bahasa menimbulkan masalah dalam hubungan konseling.
Beberapa Hipotesis yang dikemukakan Pedersen dkk (1976) tentang berbagai
aspek konseling budaya antara lain:
- Makin besar kesamaan harapan tentang tujuan konseling antara budaya pada
diri konselor dan klien maka konseling akan berhasil
- Makin besar kesamaan pemohonan tentang ketergantungan, komunikasi
terbuka, maka makin efektif konseling tersebut
- Makin sederhana harapan yang diinginkan oleh klien maka makin berhasil
konseling tersebut
- Makin bersifat personal, penuh suasana emosional suasana konseling antar
budaya makin memudahkan konselor memahami klien.
- Keefektifan konseling antara budaya tergantung pada kesensitifan konselor
terhadap proses komunikasi
- Keefektifan konseling akan meningkat jika ada latihan khusus serta
pemahaman terhadap permasalahan hidup yang sesuai dengan budaya tersebut.
- Makin klien kurang memahami proses konseling makin perlu konselor
/program konseling antara budaya memberikan pengarahan tentang proses
ketrampilan berkomunikasi, pengambilan keputusan dan transfer.
F. Landasan ilmiah dan Teknologis
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan professional yang
memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori-teorinya, pelaksanaan
kegiatannya, maupun pengembangan-pengembangan layanan itu secara berkelanjutan.
1. Keilmuan Bimbingan dan Konseling
Ilmu bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang bimbingan
dan konseling yang tersusun secara logis dan sistematik. Sebagai layaknya
ilmu-ilmu yang lain, ilmu bimbingan dan konseling mempunyai obyek kajiannya
sendiri, metode pengalihan pengetahuan yang menjadi ruang lingkupnya, dan
sistematika pemaparannya.
Obyek kajian bimbingan dan konseling ialah upaya bantuan yang diberikan
kepada individu yang mangacu pada ke-4 fungsi pelayanan yakni fungsi pemahaman,
pencegahan, pengentasan dan pemeliharaan/ pengembangan. Dalam menjabarkan
tentang bimbingan dan konseling dapat digunakan berbagai cara/ metode, seperti
pengamatan, wawancara, analisis document (Riwayat hidup, laporan perkembangan),
prosedur teks penelitian, buku teks, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya
mengenai obyek kajian bimbingan dan konseling merupakan wujud dari keilmuan
bimbingan dan konseling.
2. Peran Ilmu Lain dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat multireferensial,
artinya ilmu dengan rujukan berbagai ilmu yang lain. Misalnya ilmu statistik
dan evaluasi memberikan pemahaman dan tehnik-tehnik. Pengukuran dan evaluasi
karakteristik individu; biologi memberikan pemahaman tentang kehidupan
kejasmanian individu. Hal itu sangat penting bagi teori dan praktek bimbingan
dan konseling.
3. Pengembangan Bimbingan Konseling Melalui Penelitian
Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling boleh jadi dapat
dikembangkan melalui proses pemikiran dan perenungan, namun pengembangan yang
lebih lengkap dan teruji didalam praktek adalah apabila pemikiran dan
perenungan itu memperhatikan pula hasil-hasil penelitian dilapangan. Melalui
penelitian suatu teori dan praktek bimbingan dan konseling menemukan pembuktian
tentang ketepatan/ keefektifan dilapangan. Layanan bimbingan dan konseling akan
semakin berkembangan dan maju jika dilakukan penelitian secara terus menerus
terhadap berbagai aspek yang berhubungan dengan BK.
G. Landasan Pedagogis
Pendidikan itu merupakan salah satu lembaga sosial yang universal dan
berfungsi sebagai sarana reproduksi sosial ( Budi Santoso, 1992)
1. Pendidikan sebagai upaya pengembangan Individu: Bimbingan merupakan
bentuk upaya pendidikan.
Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Seorang bagi manusia hanya
akan dapat menjadi manusia sesuai dengan tuntutan budaya hanya melalui
pendidikan. Tanpa pendidikan, bagi manusia yang telah lahir itu tidak akan
mampu memperkembangkan dimensi keindividualannya, kesosialisasinya,
kesosilaanya dan keberagamaanya.
Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menetapkan
pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
2. Pendidikan sebagai inti Proses Bimbingan Konseling.
Bimbingan dan konseling mengembangkan proses belajar yang dijalani oleh
klien-kliennya. Kesadaran ini telah tampil sejak pengembangan gerakan Bimbingan
dan Konseling secara meluas di Amerika Serikat . pada tahun 1953, Gistod telah
menegaskan Bahwa Bimbingan dan Konseling adalah proses yang berorientasi pada
belajar……, belajar untuk memahami lebih jauh tentang diri sendiri, belajar
untuk mengembangkan dan merupakan secara efektif berbagai pemahaman.. (dalam
Belkin, 1975). Lebih jauh, Nugent (1981) mengemukakan bahwa dalam konseling
klien mempelajari ketrampilan dalam pengambilan keputusan. Pemecahan masalah,
tingkah laku, tindakan, serta sikap-sikap baru . Dengan belajar itulah klien
memperoleh berbagai hal yang baru bagi dirinya; dengan memperoleh hal-hal baru
itulah klien berkembang.
3. Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan Bimbingan tujuan dan konseling
Tujuan Bimbingan dan Konseling disamping memperkuat tujuan-tujuan
pendidikan, juga menunjang proses pendidikan pada umumnya. Hal itu dapat
dimengerti karena program-program bimbingan dan konseling meliputi aspek-aspek
tugas perkembangan individu, khususnya yang menyangkut kawasan kematangan
pendidikan karier, Kematangan personal dan emosional, serta kematangan sosial,
semuanya untuk peserta didik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan
pendidikan menengah (Borders dan Drury, 1992). Hasil-hasil bimbingan dan
konseling pada kawasan itu menunjang keberhasilan pendidikan pada umumnya.
PENUTUP
A.
Kesimpulan.
Dari pembahasan yang diuraikan didepan dapat ditarik kesimpulan bahwa
pelayanan bimbingan dan konseling memerlukan berbagai landasan, diantaranya:
1. Landasan Filosofis: Landasan filosofis memberikan pemikiran-pemikiran
tentang hakikat dan tujuan hidup manusia dipandang dari perspektif filsafat
untuk menemukan hakikat manusia secara utuh mengingat bimbingan konseling akan
selalu berkaitan dengan manusia sebagai objeknya.
2. Landasan Historis: Landasan histories menjelaskan alur/ sejarah
kemunculan bimbingan konseling pertama kali, yang menjadi titik awal lahirnya
Bimbingan konseling untuk dijadikan refleksi bagi bimbingan dan konseling
kedepan dalam rangka menghasilkan pelayanan yang lebih baik lagi.
3. Landasan Religius: Landasan religius menggambarkan sisi-sisi agama yang
perlu dikorek, diaplikasikan kedalam pelayanan bimbingan dan konseling karena
bimbingan dan konseling tidak akan lepas dari manusia sebagai objeknya dan
realitas bahwa manusia merupakan makhluk religius.
4. Landasan Psikologis: Landasan psikologis menggambarkan sisi-sisi psikis
individu, sisi psikis tersebut berkenaan dengan motif, motivasi, pembawaan dan
lingkungan, perkembangan individu, belajar, balikan dan penguatan dari
kepribadian. Mengingat klien memiliki psikis yang berbeda maka konselor harus
memahami tentang landasan psikologis
5. Landasan Sosial Budaya: Landasan social budaya menunjukkan pentingnya
gambaran aspek-aspek social budaya yang mewarnai kehidupan seseorang. Aspek
social budaya inilah yang membentuk individu selain factor pembawaan, tepatlah
jika landasan ini menjadi bahan pertimbangan dalam memberikan pelayanan
bimbingan konseling.
6. Landasan Ilmiah dan Teknologi: Landasan ilmiah dan teknologi
membicarakan tentang sifat-sifat keilmuan bimbingan dan konseling. Bimbingan
dan konseling sebagai ilmu yang multireferensial menerima sumbangan dari
ilmu-ilmu lain dan teknologi, penelitian dalam bimbingan dan konseling memberikan
masukan penting bagi pengembangan keilmuan Bimbingan konseling.
7. Landasan Pedagogis: Landasan pedagogis mengemukakan bahwa bimbingan
merupakan salah satu bagian dari pendidikan yang amat penting dalam upaya untuk
memberikan bantuan (pemecahan-pemecahan masalah) motivasi agar peserta didik
dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
W.S, Winkel, 1991, Bimbingan
dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta : PT Grasindo.
Yusuf, Syamsu dan Nurishan, A.
Juntika, 2006, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung : Remaja
Rosdakarya
Prayitno dan Amti, Erman, 2004,
Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Rineka Cipta.
[1] Syamsul Yusuf, A. Juntika Narihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling
(Bandung: Remaja ERasdakarnya, 2006), hal. 106
[2] Prayitno. Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta:
Rineka Cipta, 2004), Hal. 170
Tidak ada komentar:
Posting Komentar