KEMAMPUAN
DAN INTELEGENSI
Untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Muhammad Haris, MA
Oleh:
M.
SHOBIRIN UMAR
SAIBAN
ABAS
SITI
ASIYAH
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM BUSTANUL ULUM
Jl. Doktren No.
26 Krai Yosowilangun Lumajang
Tahun Akademik
2013 / 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................ 1
BAB II POKOK BAHASAN ...................................................................... 2
A. Pengertian Inteligensi ........................................................................ 2
B. Ciri-ciri Perbuatan Inteligensi ............................................................ 3
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inteligensi .................................. 4
D. Hubungan Intelgensi dengan Kehidupan Seseorang
........................ 5
BAB III KESIMPULAN .............................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Intelegensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap insan.
Intelegensi ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, keberhasilan,
dan kesuksesan. Namun tingkat intelegensi yang dimiliki setiap orang pastilah berbeda.
Ini dikarenakan bahwa intelegensi seseorang memang tergantung pada
faktor-faktor yang membentuk intelegensi itu sendiri. Namun perlu ditekankan bahwa intelegensi itu bukanlah IQ di mana
kita sering salah tafsirkan. Sebenarnya intelegensi itu menurut “Claparde
dan Stern” adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap
situasi dan kondisi baru. Berbagai macam tes telah dilakukan oleh para ahli
untuk mengetahui tingkat intelegensi seseorang. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat intelegensi seseorang. Oleh karena itu banyak hal atau
faktor yang harus kita perhatikan supaya intelegensi yang kita miliki bisa
meningkat.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan
intelegensi?
2.
Apa saja ciri-ciri dari perbuatan
intelegensi?
3.
Apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi intelegensi?
4.
Bagaimana hubungan intelegensi
dengan kehidupan seseorang?
C.
Tujuan
1.
Memahami pengertian intelegensi
2.
Menyebutkan ciri-ciri dari pebuatan
intelegensi
3.
Menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi intelegensi
4.
Menjelaskan hubungan intelegensi
dengan kehidupan seseorang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Intelegensi
Intelegensi berasal dari bahasa Inggris Intelligence. Intelligence
sendiri adalah terjemahan dari bahasa Latin intellectus dan intelligentiae.
Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones
Pol tahun 1951 Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu
kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal
pengetahuan sejati. Intelegensi atau
kecerdasan diartikan dalam berbagai dimensi oleh para ahli. Donald Stener,
seorang Psikolog menyebut intelegensi sebagai suatu kemampuan untuk
menerapkan pegetahuan yang sudah ada untuk memecahkan berbagai masalah.
Tingkat intelegensi dapat diukur dengan kecepatan memecahkan masalah-masalah
tersebut. Intelegensi secara umum dapat juga diartikan sebagai suatu tingkat
kemampuan dan kecepatan otak mengolah suatu bentuk tugas atau keterampilan
tertentu. Sedangkan menurut Claparde dan Stern intelegensi adalah kemampuan
untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi dan kondisi baru.[1]
Para ahli psikologi memiliki pendapat yang berbeda tentang definisi
psikologi, berikut adalah pengertian intelegensi yang diuraikan oleh beberapa
tokoh :
1.
Andrew Crider Tahun (1983),
mengatakan bahwa intelegensi itu bagaikan listrik, mudah untuk diukur tapi
hampir mustahil untuk didefinisikan.
2.
Alfred Binet, tokoh
utama perintis pengukuran intelegensi mendefinisikan intelegensi terdiri atas
tiga komponen, yaitu :
a.
Kemampuan untuk mengarahkan pikiran
atau tindakan;
b.
Kemampuan untuk mengubah arah
tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan;
c.
Kemampuan untuk mengkritik diri
sendiri atau melakukan auto criticism;
3.
David Wechsler (1958), pencipta
skala-skala intelegensi Wechsler yang popular mendefinisikan intelegensi
sebagai totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu,
berfikir secara nasional, serta menghadapi lingkungannya dengan efektif.
4.
Walters dan Gardnes (1986),
mendefinisikan intelegensi sebagai serangkaian kemampuan-kemampuan yang
memungkinkan individu memecahkan masalah atau produk sebagai konsekuensi
eksistensi suatu budaya tertentu.
5.
Flynn (1987), mendefinisikan intelegensi
sebagai kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari
pengalaman.[2]
Meskipun terdapat berbagai pendapat para ahli dalam mendefinisikan
intelegensi, namun pada dasarnya sama, yaitu intelegensi merupakan kekuatan
yang dapat melengkapi akal pikiran manusia dengan gagasan abstrak yang
universal untuk dijadikan sumber tunggal pengetahuan sejati.
B.
Ciri-ciri
Perbuatan Intelegensi
Suatu perbuatan dapat dianggap intelegen bila memenuhi beberapa ciri,
antara lain:
1.
Masalah yang dihadapi banyak
sedikitnya merupakan masalah yang baru bagi yang bersangkutan.
2.
Perbuatan intelegen sifatnya serasi
tujuan dan ekonomis.
3.
Masalah yang dihadapi harus
mengandung suatu tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan.
4.
Keterangan pemecahan masalahnya
harus dapat diterima oleh masyarakat.
5.
Perbuatan intelegen bercirikan
kecepatan, cepat tanggap dan tangkas.
6.
Membutuhkan pemusatan perhatian dan
menghindarkan perasaan yang mengganggu jalannya pemecahan masalah yang
dihadapi.[3]
Contoh perbuatan yang menyangkut intelejensi: jika seseorang mengamati
taman bunga, ini adalah persepsi. Tetapi kalau ia mengamati bunga-bunga yang
sejenis atau mulai menghitung, menganalisa, membandingkan dari berbagai macam
bunga yang ada dalam taman tersebut, maka perbuatannya sudah merupakan
perbuatan yang berintelegensi.
C.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Intelegensi
Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap individu memiliki tingkat
intelegensi yang berbeda. Hal ini seperti yang disebutkan diatas ada pandangan
yang menekankan pada bawaan (pandangan kualitatif) dan ada yang menekankan pada
proses belajar (pandangan kuantitatif) sehingga dengan adanya perbedaan
pandangan tersebut dapat diketahui bahwa intelegensi dipengaruhi oleh
faktor-faktor sebgai berikut :
1.
Pengaruh
Faktor Bawaan, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa
individu-individu yang berasal dari suatu keluarga, atau bersanak saudara,
nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi ( + 0,50 ), orang yang
kembar ( + 0,90 ) yang tidak bersanak saudara ( + 0,20 ), anak
yang diadopsi korelasi dengan orang tua angkatnya ( + 0,10 – +
0,20 ).
2.
Pengaruh
Faktor Lingkungan, perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang
dikonsumsi. Oleh karena itu ada hubungan antara pemberian makanan bergizi
dengan intelegensi seseorang. Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah
satu pengaruh lingkungan yang amat penting selain guru, rangsangan-rangsangan
yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan
yang amat penting, seperti pendidikan, latihan berbagai keterampilan, dan
lain-lain (khususnya pada masa-masa peka).
3.
Stabilitas
Intelegensi Dan IQ, intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu
konsep umum tentang kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes
intelegensi itu (yang notabene hanya mengukur sebagai kelompok dari
intelegensi). Stabilitas inyelegensi tergantung perkembangan organik otak.
4.
Pengaruh
Faktor Kematangan, tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan
dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang
jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya.
5.
Pengaruh
Faktor Pembentukan, pembentukan ialah segala keadaan di luar diri
seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi.
6.
Minat Dan Pembawaan yang Khas, minat mengarahkan
perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam
diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia
untuk berinteraksi dengan dunia luar.
7.
Kebebasan, kebebasan berarti
bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan
masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga bebas dalam
memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Semua faktor tersebut di atas bersangkutan satu sama lain. Untuk menentukan
intelegensi atau tidaknya seorang anak, kita tidak dapat hanya berpedoman
kepada salah satu faktor tersebut, karena intelegensi adalah faktor total.
Keseluruhan pribadi turut serta menentukan dalam perbuatan intelegensi
seseorang.[4]
D.
Hubungan
Intelegensi dengan Kehidupan Seseorang
Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa intelegensi ialah kemampuan umum
mental individu yang nampak dalam caranya bertindak atau berbuat dalam
memecahkan masalah atau dalam melaksanakan tugas yang taraf kualitas
kemampuannya diukur dengan kecepatan, ketepatan dan keberhasilan dalam
pelaksanaannya. Dalam kenyataan sebenarnya sulit untuk menentukan korelasi
antara intelegensi seseorang dengan kehidupannya. Memang kecerdasan atau
intelegensi seseorang memainkan peran yang penting dalam kehidupannya. Akan
tetapi kehidupan adalah sangat kompleks. Intelegensi bukan satu-satunya faktor
yang menentukan sukses tidaknya kehidupan seseorang, banyak lagi faktor yang
lain.
Faktor kesehatan dan ada tidaknya kesempatan tidak dapat kita abaikan.
Orang yang sakit-sakitan saja meskipun intelegensinya tinggi dapat gagal dalam
berusaha mengembangkan dirinya dalam kehidupannya. Demikian pula meskipun
cerdas tapi tak ada kesempatan mengembangkan dirinya dapat gagal pula. Juga
watak (pribadi) seseorang sangat berpengaruh dan turut menentukan. Banyak
orang-orang yang sebenarnya memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi
tidak mendapat kemajuan dalam kehidupannya. Ini disebabkan karena misalnya
kekuranganmampuan bergaul dengan orang-orang lain dalam masyarakat, atau kurang
memiliki cita-cita yang tinggi sehingga tidak atau kurang adanya untuk
mencapainya.
Sebaliknya ada pula yang sebenarnya memiliki intelegensi yang sedang saja,
tetapi dapat maju dan mendapat kehidupan lebih layak berkat ketekunan dan
keuletannya dan todak banyak faktor-faktor yang mengganggu atau merintanginya.
Akan tetapi intelegensi yang rendah menghambat pula usaha seseorang untuk maju
dan bekembang, meskipun orng gigih dan tekun dalam usahanya.
BAB III
KESIMPULAN
Intelegensi merupakan kekuatan yang
dapat melengkapi akal pikiran manusia dengan gagasan abstrak yang universal
untuk dijadikan sumber tunggal pengetahuan sejati.
Suatu perbuatan dapat dianggap
intelegen bila memenuhi beberapa ciri, antara lain: (1) Masalah
yang dihadapi banyak sedikitnya merupakan masalah yang baru bagi yang
bersangkutan; (2) Perbuatan intelegen sifatnya serasi tujuan dan ekonomis; (3) Masalah
yang dihadapi harus mengandung suatu tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan;
(4) Keterangan pemecahan masalahnya harus dapat diterima oleh masyarakat; (5) Perbuatan
intelegen bercirikan kecepatan, cepat tanggap dan tangkas; (6) Membutuhkan
pemusatan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu jalannya
pemecahan masalah yang dihadapi.
Intelegensi dipengaruhi oleh
faktor-faktor sebgai berikut : (1) pengaruh faktor bawaa; (2) pengaruh faktor
lingkungan (3) stabilitas intelegensi dan IQ; (4) pengaruh faktor kematangan;
(5) pengaruh faktor pembentukan; (6) minat dan pembawaan yang khas; (7)
kebebasan
Dalam kenyataan sebenarnya sulit
untuk menentukan korelasi antara intelegensi seseorang dengan kehidupannya.
Memang kecerdasan atau intelegensi seseorang memainkan peran yang penting dalam
kehidupannya. Akan tetapi kehidupan adalah sangat kompleks. Intelegensi bukan
satu-satunya faktor yang menentukan sukses tidaknya kehidupan seseorang, banyak
lagi faktor yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, M. Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sabri, M. Alisuf. 1996. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Suyanto, Agus. 2004. Psikologi Umum.
Jakarta : Bumi Aksara.
Wahab, Muhbib Abdul, Abdul Rahman Saleh. 2004. Psikologi
Suatu Pengantar Prespektif Islam.
Jakarta : Prenada Media.
[2] Wahab, Muhbib Abdul, Abdul Rahman
Saleh. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Prespektif Islam. Jakarta : Prenada Media, hl.
38-40
Tidak ada komentar:
Posting Komentar