|
Pendidikan Seksual Pada Remaja
|
|
|
|
Jakarta, 10 Juli 2002
Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi
topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena
permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang sangat melekat pada diri
manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk hidup, karena dengan
seks makhluk hidup dapat terus bertahan menjaga kelestarian keturunannya.
|
|
Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap
masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang
lebih matang dengan lawan jenis. Padahal pada masa remaja informasi
tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak
mencari informasi dari orang lain atau dari sumber-sumber yang tidak jelas
atau bahkan keliru sama sekali. Pemberian informasi masalah seksual menjadi
penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual
yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon
dan sering tidak memiliki informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual
mereka sendiri (Handbook of Adolecent psychology, 1980). Tentu saja hal
tersebut akan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak
memiliki pengetahuan dan informasi yang tepat. Fakta menunjukkan bahwa
sebagian besar remaja kita tidak mengetahui dampak dari perilaku seksual yang
mereka lakukan, seringkali remaja sangat tidak matang untuk melakukan
hubungan seksual terlebih lagi jika harus menanggung resiko dari hubungan
seksual tersebut.
|
|
Karena meningkatnya minat remaja pada
masalah seksual dan sedang berada dalam potensi seksual yang aktif,
maka remaja berusaha mencari berbagai informasi mengenai hal tersebut. Dari
sumber informasi yang berhasil mereka dapatkan, pada umumnya hanya
sedikit remaja yang mendapatkan seluk beluk seksual dari orang tuanya.
Oleh karena itu remaja mencari atau mendapatkan dari berbagai sumber
informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya seperti di sekolah atau
perguruan tinggi, membahas dengan teman-teman, buku-buku tentang seks, media
massa atau internet.
|
|
Memasuki Milenium baru ini sudah selayaknya bila
orang tua dan kaum pendidik bersikap lebih tanggap dalam menjaga dan mendidik
anak dan remaja agar ekstra berhati-hati terhadap gejala-gejala sosial,
terutama yang berkaitan dengan masalah seksual, yang berlangsung saat ini.
Seiring perkembangan yang terjadi sudah saatnya pemberian penerangan dan
pengetahuan masalah seksualitas pada anak dan remaja ditingkatkan. Pandangan
sebagian besar masyarakat yang menganggap seksualitas merupakan suatu hal
yang alamiah, yang nantinya akan diketahui dengan sendirinya setelah mereka
menikah sehingga dianggap suatu hal tabu untuk dibicarakan secara terbuka,
nampaknya secara perlahan-lahan harus diubah. Sudah saatnya pandangan semacam
ini harus diluruskan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan
membahayakan bagi anak dan remaja sebagai generasi penerus bangsa. Remaja
yang hamil di luar nikah, aborsi, penyakit kelamin, dll, adalah contoh dari
beberapa kenyataan pahit yang sering terjadi pada remaja sebagai akibat
pemahaman yang keliru mengenai seksualitas.
|
|
Karakteristik
Seksual Remaja
|
|
Pengertian seksual secara umum adalah
sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan
dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dengan
perempuan. Karakter seksual masing-masing jenis kelamin memiliki
spesifikasi yang berbeda hal ini seperti yang pendapat berikut ini : Sexual
characteristics are divided into two types. Primary sexual characteristics
are directly related to reproduction and include the sex organs (genitalia).
Secondary sexual characteristics are attributes other than the sex organs
that generally distinguish one sex from the other but are not essential to
reproduction, such as the larger breasts characteristic of women and the
facial hair and deeper voices characteristic of men (Microsoft Encarta
Encyclopedia 2002)
|
|
Pendapat tersebut seiring dengan pendapat Hurlock (1991), seorang ahli
psikologi perkembangan, yang mengemukakan tanda-tanda kelamin sekunder yang
penting pada laki-laki dan perempuan. Menurut Hurlock, pada remaja putra : tumbuh rambut kemaluan, kulit menjadi
kasar, otot bertambah besar dan kuat, suara membesar dan lain,lain. Sedangkan
pada remaja putri : pinggul melebar, payudara mulai tumbuh, tumbuh rambut
kemaluan, mulai mengalami haid, dan lain-lain.
|
|
Seiring dengan pertumbuhan primer dan sekunder pada
remaja ke arah kematangan yang sempurna, muncul juga hasrat dan dorongan
untuk menyalurkan keinginan seksualnya. Hal tersebut merupakan suatu yang
wajar karena secara alamiah dorongan seksual ini memang harus terjadi untuk
menyalurkan kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi pengembangbiakan
dan mempertahankan keturunan.
|
|
Perilaku
Seksual
|
|
Perilaku seksual adalah segala tingkah
laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama
jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari
perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Obyek
seksual dapat berupa orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam
khayalan atau diri sendiri. Sebagian tingkah laku ini memang tidak memiliki
dampak, terutama bila tidak menimbulkan dampak fisik bagi orang yang
bersangkutan atau lingkungan sosial. Tetapi sebagian perilaku seksual (yang
dilakukan sebelum waktunya) justru dapat memiliki dampak psikologis yang
sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah, dan agresi.
|
|
Sementara akibat psikososial yang timbul akibat
perilaku seksual antara lain adalah ketegangan mental dan kebingungan akan
peran sosial yang tiba-tiba berubah, misalnya pada kasus remaja yang hamil di
luar nikah. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak
keadaan tersebut. Selain itu resiko yang lain adalah terganggunya kesehatan
yang bersangkutan, resiko kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang
tinggi. Disamping itu tingkat putus sekolah remaja hamil juga sangat tinggi,
hal ini disebabkan rasa malu remaja dan penolakan sekolah menerima kenyataan
adanya murid yang hamil diluar nikah. Masalah ekonomi juga akan membuat
permasalahan ini menjadi semakin rumit dan kompleks.
|
|
Berbagai perilaku seksual pada remaja yang belum
saatnya untuk melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain dikenal
sebagai :
|
|
Masturbasi atau onani yaitu
suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka
menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang seringkali
menimbulkan goncangan pribadi dan emosi.
Berpacaran dengan berbagai
perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada
ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk
menikmati dan memuaskan dorongan seksual.
Berbagai kegiatan yang mengarah
pada pemuasan dorongan seksual yang pada dasarnya menunjukan tidak
berhasilnya seseorang dalam mengendalikannya atau kegagalan untuk mengalihkan
dorongan tersebut ke kegiatan lain yang sebenarnya masih dapat dikerjakan.
|
|
Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan
seksual selalu muncul pada remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyaluran
yang sesuai (menikah) maka harus dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan
pengetahuan mengenai hal tersebut.
|
|
Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam
munculnya permasalahan seksual pada remaja, menurut Sarlito W. Sarwono
(Psikologi Remaja,1994) adalah sebagai berikut :
|
|
Perubahan-perubahan hormonal
yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan
remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu
Penyaluran tersebut tidak
dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara
hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan, maupun karena
norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus
meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan
lain-lain)
Norma-norma agama yang
berlaku, dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum
menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan
untuk melanggar hal-hal tersebut.
Kecenderungan pelanggaran
makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui
media masa yang dengan teknologi yang canggih (cth: VCD, buku stensilan,
Photo, majalah, internet, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi.
Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru
apa dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum
pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.
Orangtua sendiri, baik
karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan
pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada
anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.
Adanya kecenderungan yang
makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat
berkembangnya peran dan pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita semakin
sejajar dengan pria.
|
|
Pendidikan
Seksual
|
|
Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi
Remaja (1994), secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai
persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses
terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual,
hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan.
Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan
norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang
dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang
berlaku di masyarakat.
|
|
Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau
pendidikan yang dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang
bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini
bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan
seksualitas dalam bentuk yang wajar. Menurut Singgih,
D. Gunarsa, penyampaian materi pendidikan seksual ini seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai
bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain,
berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anak
serta daya tangkap anak ( dalam Psikologi praktis, anak, remaja dan keluarga,
1991). Dalam hal ini pendidikan seksual idealnya diberikan pertama kali oleh
orangtua di rumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orangtuanya
sendiri. Tetapi sayangnya di Indonesia tidak semua orangtua mau terbuka
terhadap anak di dalam membicarakan permasalahan seksual. Selain itu tingkat
sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan yang heterogen di Indonesia
menyebabkan ada orang tua yang mau dan mampu memberikan penerangan tentang
seks tetapi lebih banyak yang tidak mampu dan tidak memahami permasalahan
tersebut. Dalam hal ini maka sebenarnya peran dunia pendidikan sangatlah
besar.
|
|
Tujuan
Pendidikan Seksual
|
|
Pendidikan seksual selain menerangkan
tentang aspek-aspek anatomis dan biologis juga menerangkan tentang
aspek-aspek psikologis dan moral. Pendidikan seksual yang benar harus
memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama
diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga.
|
|
Menurut Kartono Mohamad pendidikan seksual
yang baik mempunyai tujuan membina keluarga dan menjadi orang tua yang
bertanggungjawab (dalam Diskusi Panel Islam Dan Pendidikan Seks Bagi Remaja,
1991). Beberapa ahli mengatakan pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi
dengan pendidikan etika, pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia
baik dalam hubungan keluarga maupun di dalam masyarakat. Juga dikatakan bahwa
tujuan dari pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu
dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin menyiapkan
agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan
tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental
dan material seseorang. Selain itu pendidikan seksual juga bertujuan untuk
memberikan pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku yang baik dalam hal
seksual, sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan (Tirto Husodo,
Seksualitet dalam mengenal dunia remaja, 1987)
|
|
Penjabaran tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap sebagai berikut
:
|
|
|
|
Jadi tujuan pendidikan seksual adalah
untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan
membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung
jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak
menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai
bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk
kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar
menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk
tujuan tertentu (yang baik) dan pada waktu yang tertentu saja.
|
|
Beberapa Kiat
|
|
Para ahli berpendapat bahwa pendidik
yang terbaik adalah orang tua dari anak itu sendiri. Pendidikan yang
diberikan termasuk dalam pendidikan seksual. Dalam membicarakan masalah
seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi dan membutuhkan suasana yang
akrab, terbuka dari hati ke hati antara orang tua dan anak. Hal ini akan
lebih mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan
anak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila
dilakukan antara ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak
perempuannya. Kemudian usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti tidak
tahu harus mulai dari mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan
pembicaraan.
|
|
Dalam memberikan pendidikan seks pada anak jangan ditunggu sampai anak
bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan terencana,
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak. Sebaiknya pada saat anak menjelang
remaja dimana proses kematangan baik fisik, maupun mentalnya mulai timbul dan
berkembang kearah kedewasaan.
|
|
Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, seperti yang
diuraikan oleh Singgih D. Gunarsa (1995) berikut ini, mungkin patut anda
perhatikan:
|
|
|
|
Saya yakin pasti masih ada cara-cara
lain yang dapat anda gunakan dalam mendidik anak remaja anda. Akhir kata saya
berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi remaja, orang tua dan
pendidik dalam membentuk remaja menjadi generasi penerus bangsa yang memiliki
kualitas kehidupan yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan yang lebih
berat di masa yang akan datang. (jp)
|
Jumat, 25 April 2014
Pendidikan Seksual Pada Remaja
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar