BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan agama merupakan bagian
penting dalam pendidikan untuk membentuk insan kamil. Agama Islam sebagai
bagian dari sejumlah agama didunia, merupakan agama yang mempunyai pandangan
hidup bahwa dunia adalah sesuatu yang fana dan permaianan belaka. Manusia
beragama akan lebih mementingkan kehidupan akhirat sehingga ia akan menjadikan
dunia ini sebagai lapangan kebajikan untuk memperoleh kehidupan yang sempurna
di akhirat kelak. Salah satu jalan untuk mencapai kehidupan kamil ini adalah
dengan adanya pendidikan agama, lebih khusus yakni pendidikan agama Islam
sebagai agama yang dipeluk oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Namun
demikian realitanya menunjukkan adanya kegagalan pendidikan agama Islam di
lingkungan kita.
Pendidikan agama Islam sebagai
bagian dari pendidikan agama Islam merupakan salah satu bagian dalam mencapai
tujuan pendidikan untuk menjadikan manusia yang kamil. Pendidikan
sebagai transfer of knowledge merupakan mata tombak utama dalam
menyampaikan ajaran-ajaran yang tertuang dalam al-Qur’an dan al-Hadits sebagai
sumber utama ajaran agama Islam. Dimana dengan adanya pendidikan ini maka
ajaran-ajaran agama dapat diwariskan kepada generasi berikutnya dan benar-benar
terinternalisasi dalam diri generasi mendatang.
Salah satu alat pendidikan agama
Islam yakni metode pendidikan agama Islam. Yang mana dengan menggunakan metode
yang tepat maka ajaran-ajaran agama dapat diserap oleh anak didik dengan
sebaik-baiknya. Metode yang tepat akan menentukan efektifitas dan efisiensi
pembelajaran. Sebagai seorang calon pendidik/pendidik agama Islam maka kita
perlu mengetahui metode-metode dalam pendidikan agama Islam. Dengan mengetahui
metode-metode tersebut maka kita diharapkan mampu menyampaikan materi-materi
ajaran agama Islam dengan berbagai variasi sehingga tujuan pendidikan agama
Islam dapat tercapai dengan lebih mudah. Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI)
mempunyai peran yang sangat strategis dalam peningkatan mutu pendidikan di
Indonesia. Mereka diharapkan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki para
Peserta didik agar dapat menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam
kehidupan sehari-hari. Mereka adalah figur yang utama dalam menanamkan
nilai-nilai ajaran agama Islam dalam kerangka pembentukan sikap dan watak,
serta perilaku akhlakul karimah melalui berbagai model pembelajaran yang
dikembangkan di sekolah/madrasah. Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah atau
di madrasah, dalam pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai permasahalan yang
kurang menyenangkan. Seperti halnya proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) di sekolah saat ini masih sebatas sebagai proses penyampaian “pengetahuan
tentang Agama Islam.” Hanya sedikit yang arahnya pada proses internalisasi
nilai-nilai Islam pada diri Peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari proses
pembelajaran yang dilakukan guru masih dominan ceramah. Proses internalisasi
tidak secara otomatis terjadi ketika nilai-nilai tertentu sudah dipahami oleh
Peserta didik. Artinya, metode ceramah yang digunakan guru ketika mengajar PAI
berpeluang besar gagalnya proses internalisasi nilai-nilai agama Islam pada
diri Peserta didik, hal ini disebabkan Peserta didik kurang termotivasi untuk
belajar materi PAI (Saepul Hamdani, 2003: 1).
Seperti halnya metode pembelajaran agama Islam yang
selama ini lebih ditekankan pada hafalan (padahal Islam penuh dengan
nilai-nilai yang harus dipraktekkan dalam perilaku keseharian), akibatnya
Peserta didik kurang memahami kegunaan dan manfaat dari apa yang telah
dipelajari dalam materi PAI yang menyebabkan tidak adanya motivasi Peserta
didik untuk belajar materi PAI.
Dalam upaya untuk merealisasikan pelaksanaan
pendidikan agama Islam, guru dituntut untuk menguasai pengetahuan yang memadai
dan teknik-teknik mengajar yang baik agar ia mampu menciptakan suasana
pengajaran yang efektif dan efisien atau dapat mencapai hasil yang sesuai
dengan tujuan yang diharapkan (Saepul Hamdani, 2003: 1).
Melihat kenyataan yang ada di lapangan, sebagian besar
teknik dan suasana pengajaran di sekolah-sekolah yang digunakan para guru kita
tampaknya lebih banyak menghambat untuk memotivasi potensi otak. Sebagai
contoh, seorang peserta didik hanya disiapkan sebagai seorang anak yang harus
mau mendengarkan, mau menerima seluruh informasi dan mentaati segala perlakuan
gurunya. Dan yang lebih parah lagi adalah fakta bahwa semua yang dipelajari di
bangku sekolah itu ternyata tidak integratif dengan kehidupan sehari-hari.
Bahkan tak jarang realitas sehari-hariyang mereka saksikan bertolak belakang
dengan pelajaran di sekolah. Budaya dan mental semacam ini pada gilirannya
membuat Peserta didik tidak mampu mengaktivasi kemampuan otaknya. Sehingga
mereka tidak memiliki keberanian menyampaikan pendapat, lemah penalaran dan
tergantung pada orang lain (Indra Djati, 2003: 24). Untuk memilih metode dan
teknik yang digunakan memang memerlukan keahlian tersendiri. Seorang pendidik
harus pandai memilih metode dan teknik yang akan dipergunakan, dan teknik
tersebut harus dapat memotivasi serta memberikan kepuasan bagi anak didiknya
seperti hasil atau prestasi belajar Peserta didik yang semakin meningkat.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah yang
di maksud dengan metode pembelajaran Pendidikan agama Islam (PAI) ?
2.
Mengapa
metodologi merupakan hal yang sangat penting dalam Pendidikan Agama Islam (PAI)
?
3.
Apa sajakah
Metode-Metode Pendidikan Agama Islam (PAI) ?
C.
Tujuan
Masalah
1. Untuk
mengetahui pengertian metode pembelajaran dalam pendidikan agama islam (PAI)
2. Untuk
mengetahui sebagaimana pentingnya metodologi pendidikan agama islam (PAI)
3. Untuk
Mengetahui Metode-Metode Pendidikan Agama Islam (PAI)
BAB II
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Metode Pembelajaran Pendidikan Agama
Secara harfiah kata metode adalah
dari kata “method” yang berarti cara kerja ilmu pengetahuan manakala kata
“metodologi (methodology)” adalah penyelidikan yang sistematis dan formulasi
metode-metode yang akan digunakan dalam penelitian ilmiah. Menurut Al-Toumy
Al-Syaibany metodologi adalah jalan yang dilalui atau diikuti untuk memberi
paham kepada Pesera didik terhadap segala macam pelajaran dalam semua mata
pelajaran. Sebagai suatu ilmu, metodologi merupakan bagian dari perangkat
disiplin keilmuan yang menjadi induknya. Hampir semua ilmu pengetahuan
mempunyai metodologi tersendiri. Oleh karena itu, ilmu pendidikan sebagai salah
satu disiplin ilmu juga memiliki metodologi, yaitu metodologi pendidikan
sebagai suatu ilmu pengetahuan tentang metode yang digunakan dalam pekerjaan
mendidik. Pendidikan Islam merangkum metodologi pendidikan yang tugas dan
fungsinya adalah memberikan jalan atau cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan
operasional dari ilmu pendidikan Islam tersebut. Pelaksanaannya dalam ruang
lingkup proses pendidikan yang berada dalam suatu sistem dan struktur
kelembagaan yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.Dari uraian
tersebut di atas, Al-Toumy Al-Syaibany (1980:399) memahaminya bahwa metodologi
pendidikan pembelajaran Islam adalah segala segi kegiatan terarah yang
dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran agama
seperti akidah, akhlak, tauhid, fiqhi dan sebagainya.
Berdasarkan defenisi di atas,
penulis dapat menyimpulkan bahwa metodologi (pengajaran) Agama Islam adalah
jalan atau cara yang diterapkan dalam proses belajar mengajar agama Islam, guna
tercapainya tujuan dan cita-cita pendidikan Islam.
Konsep metode, fungsi dan perananya dalam proses
pendidikan amatlah penting untuk menentukan dan menyampaikan cara atau jalan
dalam mengajar, pikiran, pengetahuan, maklumat, keterampilan, pengalaman dan
sikap untuk ditransferkan dari pengajar (guru) kepada pelajar (Peserta didik).
Di antara sesuatu hal yang harus dimiliki oleh guru
dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai guru adalah menguasai metode
pengajaran atau metodologi. Untuk itu pemilihan metode yang tepat sangat
diharapkan agar Peserta didik memiliki gairah dan minat dalam menerima
pelajaran yang disampaikan.
Oemar Hamalik berpendapat bahwa : “Seorang
guru adalah sebagai pembimbing yang dapat membentuk manusia yang sehat jasmani
dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan
kreativitas dan tanggung jawab secara maksimum terhadap sekolah, keluarga serta
masyarakat”(2002:89). Pengertian tersebut sangat jelas menunjukkan bahwa
antara metode dan mengajar tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Para tokoh pendidikan juga tak pernah melepaskan sorotannya pada masalah metode
mengajar. Berikut akan dikemukakan beberapa di antaranya:
1. M.Atiyah al
Abrasy mengemukakan bahwa: Metode adalah jalan yang kita ikuti untuk memberi
paham kepada Pesera didik-Pesera didik dalam segala macam pelajaran. Metode
merupakan rencana yang kita buat untuk diisi sebelum memasuki kelas.(1980
:551).
2. Abd Rahim
Ghunaimah mengemukakan “Metode adalah cara-cara yang praktis yang menyalurkan
tujuan-tujuan dengan maksud pengajaran”(1980 : 504).
3. Al
Jumbalathy mengemukakan bahwa “Metode adalah cara-cara yang diikuti oleh guru
untuk menyampaikan maksud ke otak Pesera didik” (1980: 267).
Menilik berbagai pendapat di atas, maka
akan diperoleh gambaran bahwa metode belajar yang efektif yaitu suatu usaha
yang dilakukan oleh Peserta didik untuk mengubah tingkah lakunya, kecerdasan
dan kreatifitas berpikirnya melalui proses diskusi atau perdebatan di dalam
kelas, yang memberi kesempatan untuk membantah, memecahkan, mengeluarkan
pendapat dan mempertahankannya, sehingga menumbuhkan kreatifitas berpikir dan
berbicara yang baik bagi Peserta didik. Sesuai dengan firman Allah Swt dalam
surah an-Nahl (16)125 yang Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk. Dengan metode belajar yang diberikan akan mengajak dan
membiasakan Peserta didik untuk bersikap analisis dan deskriptif terhadap
masalah-masalah yang ada. Dengan metode belajar yang efektif dapat membiasakan
Peserta didik bersikap mandiri dan aktif dalam proses belajar mengajar. Dan
diharapkan dapat menjadi salah satu model mengajar yang efektif dan efesien.
Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi Peserta didik, baik masalah pribadi
maupun kemasyarakatan, juga dapat berakibat positif bagi Peserta didik terutama
untuk melatih mereka aktif dalam diskusi kelompok dengan mengemukakan dan
kebebasan berpikir tetapi terkontrol dengan baik. Pentingnya kedudukan metode
mengajar dalam proses pendidikan, ilmu pendidikan dan pekerjaan mengajar, maka
para pendidik menaruh perhatian besar. Itulah sebabnya masalah metode mengajar
ini diterapkan sebagai satu bagian dari ilmu pendidikan yang dikenal dengan
istilah metodelogi.
Berikut ini disajikan beberapa model
pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk
situasi dan kondisi yang dihadapi. Akan tetapi sajian yang dikemukakan
pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta sintaks (prosedur) yang
sifatnya prinsip, modifikasinya diserahkan kepada guru untuk melakukan
penyesuaian, penulis yakin kreativitas para guru sangat tinggi.
a.
Metode
Coorperative Learning
Sistem pembelajaran gotong royong
atau cooperative learning merupakan system pengajaran yang memberi kesempatan
kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama Peserta didik dalam
tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan
pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar
belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada
struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan
terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi
efektif diantara anggota kelompok. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan
timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan Peserta didik
untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara
individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam
kelompok.
b.
Metode
Direct Learning
Pengetahuan yang bersifat informasi
dan prosedural yang menjurus pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika
disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Setidaknya adalah menyiapkan
Peserta didik, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi,
latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah
atau ekspositori (ceramah bervariasi).
c.
Metode
Problem Based Learning
Kehidupan adalah identik dengan
menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan
untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari
kehidupan aktual Peserta didik, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat
tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka,
negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar Peserta didik dapat
berpikir optimal. Fokus pembelajaran terletak pada konsep-konsep dan
prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin studi, melibatkan Peserta didik dalam
investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain,
memberi kesempatan pebelajar bekerja secara otonom mengkonstruk pengetahuan
mereka sendiri, dan mencapai puncaknya menghasilkan produk nyata.
d.
Metode
Contextual Teaching and learning
Pembelajaran kontekstual adalah
pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka,
negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan Peserta didik, sehingga
akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul,
dunia pikiran Peserta didik menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif –
nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas
Peserta didik, Peserta didik melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan
mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi. Ada tujuh indokator
pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu
modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan,
pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing,
menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi),
learning community (seluruh Peserta didik partisipatif dalam belajar kelompok
atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry
(identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan),
constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan,
analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic
assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian
terhadap setiap aktvitas-usaha Peserta didik, penilaian portofolio, penilaian
seobjektif-objektifnya darei berbagai aspek dengan berbagai cara).
Muhaiman (1999: 56), mengemukakan
juga antara lain metode yang relevan dan efektif dalam pendidikan Islam,
diantaranya sebagai berikut :
a.
Metode
Diakronis
Metode diakronis disebut juga metode
sosio-historis, yakni suatu metode pemahaman tentang suatu kepercayaan, sejarah
atau kejadian, dengan melihatnya sebagai satu kenyataan yang mempunyai kesatuan
yang mutlak dengan waktu, tempat, kebudayaan, golongan dan lingkungan tempat
kepercayaan, sejarah kejadian itu muncul. Dengan metode ini, akan menyebabkan
anak ingin mengetahui, memahami, menguraikan dan meneruskan ajaran-ajaran Islam
dari sumber dasarnya yaitu, Al-Qur’an dan As-Sunnah serta pengetahuan tentang
latar belakang masyarakatnya, sejarah budaya di samping sirah Nabi saw. dengan
segala alam pikirannya.
b). Metode Sinkronik – Analitik
Metode pendidikan ini merupakan,
suatu metode yang memberi kemampuan analisis teoritis yang sangat berguna bagi
pelaksanaan perkembangan keimanan dan mental intelek. Metode ini tidak
semata-mata mengutamakan segi pokok pelaksanaan atau aplikasi praktis. Teknik
pengajarannya meliputi diskusi, lokakarya, seminar, kerja kelompok, resensi
buku, lomba karya ilmiah dan sebagainya.
c). Metode Problem Solving
Metode Pendidikan Islam ini,
merupakan pelatihan anak didik yang dihadapkan dengan berbagai masalah dan
merupakan cabang ilmu pengetahuan dengan solusinya. Metode ini dapat
dikembangkan melalui teknik simulasi. Dalam metode ini, cara penguasaan
keterampilan yang lebih dominan di bandingkan dengan pengembangan mental –
intelektual, sehingga terdapat kelemahan yakni perkembangan pikiran anak didik
mungkin hanya terbatas pada kerangka yang sudah tetap dan akhirnya bersifat mekanistik.
d). Metode Empiris
Metode pendidikan ini merupakan,
satu metode yang memungkinkan anak didik mempelajari ajaran Islam melalui
proses realisasi, aktualisasi serta internalisasi norma-norma dan kaidah Islam
melalui satu proses aplikasi yang menimbulkan suatu interaksi sosial.
Keuntungan metode ini, akan membuat anak didik tidak hanya memiliki kemampuan
secara teoritis – normatif, tetapi juga adanya pengembangan deskriftif.
e). Metode Induktif
Metode pendidikan Islam ini adalah,
yang dilakukan oleh pendidikan dengan cara mengerjakan materi yang khusus
(Juz’iyah) menuju pada kesimpulan yang umum. Tujuan metode ini agar anak didik
dapat mengenali kebenaran-kebenaran dan hukum-hukum umum setelah melalui riset.
f). Metode Deduktif
Metode pendidikan ini adalah,
mendidik melalui cara menampilkan kaidah umum yang kemudian menjabarkannya
dengan berbagai contoh masalah sehingga menjadi terurai.Pada dasarnya, metode
pendidikan Islam sangat efektif dalam membina kepribadian anak didik dan
memotivasi mereka sehingga aplikasi metode ini memungkinkan puluhan ribu kaum
mukminin dapat membuka hati manusia untuk menerima petunjuk Ilahi dan
konsep-konsep peradaban Islam.
B.
Pentingnya
Metodologi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Metodologi merupakan hal yang sangat
penting dalam Pendidikan Agama Islam ( PAI ). Metode adalah suatu cara
mengajar, yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Semakin baik metode yang digunakan, maka akan semakin efektif dan efisien pula
pencapaian tujuannya. Dalam metode mangajar, faktor guru, Peserta didik, bahan
yang akan diajarkan, situasi, sarana, prasarana, serta fasilitas-fasilitas
lainnya sangat besar pengaruhnya. Dengan banyaknya faktor-faktor yang
mempengaruhi di dalam penggunaan suatu metode, maka sebenarnya cukup sulit bagi
seorang guru untuk menetapkan metode yang paling baik dan harus dipakai di
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam agar pembelajaran tersebut berhasil.
Metodologi, menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia ( Depdiknas, 2002 : 741 ) , berarti “ ilmu tetang metode;
uraian tentang metode”. Sedangakan metode, menurut kamus yang sama ( 2002 :
740) , berarti : ”Cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan”. Sedangkan metode mengajar, Zuhairini dkk. ( 1981 : 68 ) memberikan
definisi sebagai berikut: ”Metode mengajar adalah : merupakan salah satu
komponen dari pada proses pendidikan.merupakan alat mencapai tujuan, yang
didukung oleh alat-alat bantu mengajar. merupakan kebulatan dalam suatu sistem
pendidikan”.Bertitik tolak dari pengertian metode mengajar tersebut, Zuhairini
dkk. (1981 : 69) merumuskan pengertian Metodologi Pendidikan Agama Islam
seperti berikut ini : “... segala usaha yang sistematis dan pragmatis untuk
mencapai tujuan pendidikan agama, dengan melalui berbagai aktivitas, baik di
dalam maupun di luar kelas dalam lingkungan sekolah”.Seorang guru dituntut
untuk mampu memadukan berbagai metode yang relevan. Untuk pembelajaran shalat,
misalnya, seorang guru harus mampu menggunakan metode ceramah, tanya jawab ,
latihan, serta harus memberi keteladanan bagi anak didiknya. Menurut ajaran
Islam, melaksanakan pendidikan agama adalah merupakan perintah dari Allah dan
ibadah kepada-Nya. Karena itu harus dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh guru.
Seorang guru harus senantiasa
membekali dirinya dengan berbagai kemampuan . Kemampuan intelektual dan
metodologis, serta kepribadian dan akhlak mulia harus dimiliki seorang guru.
Karena keteladanan mutlak harus dimiliki guru agar ia dapat berperan
sebagaimana mestinya sebagai guru Pendidikan Agama Islam. Karena pendidikan
merupakan perintah Allah, maka Allah banyak memberikan petunjuk tentang masalah
pendidikan ini. Surah Al-Alaq ayat 1 – 5 yang merupakan wahyu yang pertama kali
turun kepada Nabi Muhammad SAW. sarat dengan petunjuk-Nya tentang pendidikan.
Ayat pertama surah ini merupakan perintah membaca ( اِقْرَا
). Membaca merupakan salah
satu aktivitas dalam pendidikan yang tidak dapat diabaikan, baik membaca yang
tertulis maupun membaca fenomena alam yang tidak tertulis. Erwati Aziz di dalam
bukunya Prinsip-prinsip Pendidikan Islam ( 2003 : 2 ), mengungkapkan bahwa para
ahli pendidikan Islam, seperti Hasan Langgulung, Muhammad Fadhil Jamali, dan
Fathiyah Hasan Sulaeman, senantiasa memasukkan wahyu pertama ini sebagai ayat
pendidikan. Mereka juga mengemukakan bahwa gaya bahasa dan ungkapan ayat-ayat
Al-Quran menunjukkan bahwa ia mengandung nilai-nilai metodologis yang beragam
sesuai dengan sasaran yang dihadapinya. Salah satu ayat yang sarat dengan nilai
metodologis yaitu Surah An-Nahl ayat 125 : اُدْعُ
إِلَي سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ “Serulah ( manusia ) kepada jalan
Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik....” .Bagian ayat اُدْعُ إِلَي سَبِيْلِ رَبِّكَ adalah mengajarkan
agama, sedang بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ
الْحَسَنَةِ itu adalah metode ( Abu Ahmadi, 1976 : 28 ).Salah satu
metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah pembiasaan dan pengamalan ;
sebuah metode yang diisyaratkan secara implisit di dalam Surah Al Alaq. Pada
waktu turun wahyu tersebut perintah iqra diulang-ulang oleh Malaikat Jibril.
Latihan dan pengulangan yang merupakan metode praktis untuk memahami suatu
materi pelajaran termasuk dalam metode ini. Dalam pegamalan ajaran agama ,
pembiasaan ini sangat penting , karena bila sudah terbiasa melakukannya dengan
baik sejak kecil akan sulit untuk berubah dari kebiasaan tersebut.
C.
Metode-Metode
Pendidikan Agama Islam
Pada dasarnya metode yang dipakai
dalam pendidikan secara umum tidak beda jauh dengan metode yang dipakai dalam
pendidikan agama islam. Metode-meyode yang dipakai dalam pendidikan agama islam
banyak macamnya dan tentu saja dapat kita kembanagkan.
Abdur-Rahaman an-Nahlawi sebagaimana
yang dikutip oleh Ernawati aziz mengemukakan beberapa metode pendidikan islam
sebagaimana berikut :
a) Metode hiwar
(percakapan) Qur’ani dan Nabawi.
b) Kisah-kisah Qur’ani
dan Nabawi
c) Amtsal Qur’ani
dan Nabawi.
d) Teladan
e) Pembiasaan dan
pengamalan
f) Ibroh dan
Mau’idzoh
g) Targhib dan tarhib
Sedangkan A. Patoni menyebutkan lima
belas metode yang bisa dipakai dalam pendidikan agama islam yakni :metode
ceramah, tanya jawab, diskusi/ musyawarah atau sarasehan, tugas, permainan dan
simulasi, latihan siap, demonstrasi dan eksperimen, karya wisata atau sinau
wisata, kerja kelompok, sosiodrama dan bermain peran, sistem belajar beregu,
pemecahan masalah, proyek dan unit, uswatun khasanah, dan metode anugerah.
Secara garis besar beberapa ahli juga menjelaskan hal yang sama tentang
metode-metode yang bisa dipakai dalam pendidikan sebagaimana yang kami sebutkan
diatas. Dan disini kami akan mencoba menjelaskan beberapa metode sebagaimana
yang kami sebut diatas.
1. Metode
Ceramah
Metode ini sering juga disebut
sebagai ”one man show method” merupakan bentuk interaksi melalui penerangan dan
penuturan secara lisan oleh seseorang terhadap sekelompok pendengar.
Metode ini sangat tepat jika digunakan untuk menyampaikan suatu informasi.
Kelebihan metode ini adalah:
a. Biayanya
murah
b. Dapat
menyajikan pelajaran kepada Pesera didik dalam jumlah yang besar dalam waktu
yang sama
c. Mudah
mengulang lagi jika diperlukan, Seorang guru yang mampu berceramah dengan baik
akan menjadikan materi yang disampaikan lebih menarik
d. Memberikan
pengalaman keada Pesera didik untuk belajar mendengar dan memahami dengan baik
perkataan orang lain
e. Memberi
pengalaman kepada Pesera didik untuk membuat catatan-catatan kecil (membuat
ringkasan)
f. Materi yang
ddisusun dengan sisitematis dapat dapat menghemat waktu belajar
Namun demikian metode ini juga
memiliki kelemahan. Kelemahan metode ini adalah:
a. Perhatian
Pesera didik hanya pada guru dan terkadang guru dianggap paling benar. Sehingga
dalam metode ini gurulah yang aktif.
b. Terdapat
unsur paksaaan, yakni Pesera didik harus mendengar apa yang disampaikan guru
dan menganggapnya benar setiap jalan fikiran guru.
c. Pada
pendidikan dasar metode ini kurang baik jika dilaksanakan 100%. Hal tersebut
dikarenakan dimungkinkan adanya keengganan Pesera didik untuk bertanya terhadap
istilah atau sesuatu yang belu difahami oleh Pesera didik.
Dalam pendidikan agama metode ini
sangat tepat untuk menyampaikan materi tentang tauhid. Karena tauhid merupakan
materi yang sukar untuk didiskusikan serta tidak dapat diperagakan.
2.
Metode Tanya
Jawab
Metode ini merupakan metode yang
memungkikan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic.
Metode yang biasanya dipadukan dengan metode ceramah ini mempunyai fungsi
sebgai tolak ukur utuk mengetahui tingkat pemahaman Peserta didik serta untuk
memberikan latihan dan kesempatan kepada Peserta didik untuk bertanya terhadap
materi yang belum dikuasai. Sikap guru dalam menerima jawaban dari anak didik
adalah jangan mematahkan semangat serta jangan terlalau menonjolkan kesalahan
Pesera didik yang dapat mengurangi harga dirinya didepan yang lain. Dalam
pendidikan agama metode ini dapat digunakan sebagai jalan untuk segera
menemukan kesalahfahaman terhadap materi agama. Karena kesalahan kecil dapat
menimbulkan madhorot yang sangat besar jika seorang Pesera didik memahami hal
agama tidak sesuai dengan apa yang guru sampaiakan.
3. Metode
Diskusi/ Musyawarah atau Sarasehan
Diskusi merupakan metode dengan
jalan saling tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur pengalaman secara
teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan
lebih teliti tentang sesuatu. Fungsi dari diskusi adalah untuk merangsang
Pesera didik untuk berfikir dan mengeluarkan pendapatnya sendiri, serta ikut
menyumbangkan fikiran dalam suatu masalah. Juga sebagai sarana mengambil satu
jawaban yang aktual atau suatu rangkaian jawaban yang didasarkan atas
pertimbangan yang seksama. Keistimewaan metode ini dalam pendidikan agama
antara lain :
·
Mendidik
Pesera didik untuk saling bertukar nformasi, pikiran dan pendapat
·
Memberikan
kesempatan Pesera didik untuk menghayati pembaharuan suatu problematika secara
bersama-sama.
·
Memberikan
kesempatan Pesera didik untuk memperoleh penjelasan-penjelasan dari berbagai
sudut pandang dan sumber.
·
Memberikan
kesempatan kepada Pesera didik untuk berdiskusi dibawah asuhan guru
·
Mengembangkan
solidaritas dan sikap toleransi terhdap berbagai pendapat yang bervariasi.
·
Membina
Pesera didik untuk berfikir matang sebalum bicara.
·
Mengajarkan
kepada Pesera didik untuk berfikir dan menyampaiakan pendapat secara logis dan
sistematis.
Namun demikian biasanya diskusi
hanya berjalan diantara Pesera didik-Pesera didik yang pandai bicara saja.
Sehingga diperlukan pimpinan diskusi yang lihai untuk memandu sebuah diskusi.
4. Metode Tugas
Yakni suatu cara dimana dalam proses
belajar mengajar guru memberikan tugas tertentu kepada Pesera didik untuk
dikerjakan yang kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru
tersebut. Dalam istilah lama metode ini kita kenal sebagai PR ”Pekerjaan
Rumah”. Namun dalam pengertian baru tugas diartikan sebagai suatu perencanaan
atau pengorganisasian bersama antara Pesera didik mengenai sesuatu hal.
Keistimewaan metode ini adalah :
·
Pesera didik
berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif,
bertanggung jawab, dan berdiri sendiri.
·
Baik sekali
untuk mengisi waktu luang dengan masalah-maslah yang konstruktif
·
Membiasakan
anak untuk giat belajar.
·
Pesera didik
dapat belajar dan bekerja dalam suasana yang demokratis.
5.
Metode
Permainan Dan Simulasi
Metode ini merupakan bentuk
pendidikan dengan menduplikasikan bagian-bagian peting dalam bentuk yang
sesungguhnya kedalam bentuk permainan. Simulasi merupakan cara menjelaskan
sesuatu melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau melalui proses tingkah
laku imitasi, atau bermain peranan mengenai suatu tingkah laku yang dilakukan
seolah-olah dalam keadaan yang sebanarnya. Bentuk dari permainan simulasi ada
beberapa macam antara lain : peer teaching (latihan mengajar oleh Peserta didik
kepada teman-teman calon guru), sosiodrama, psikodrama, simulasi game, role
playing. Metode ini merupakan metode yang dipakai jika seorang guru bertujuan
untuk melatih Peserta didik berbaur dalam masyarakat dengan berbagai
problematikanya. Sehingga Peserta didik belajar untuk bertindak dan bertingkah
laku dalam situasi sosial tertentu. Dalam pendidikan agama metode ini sangat
cocok digunakan untuk menanamkan akhlakul karimah dalam diri Peserta didik.
6.
Metode
Latihan Siap
Metode ini biasanya dipakai untuk
materi-materi yang bersifat motoris dan keterampilan. Metode ini digunakan
untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan yang biasanya memerlukan
latihan secara terus-menerus terhadap suatu bahan pelajaran. Hasil dari metode
ini adalah menambah daya fikir atau daya ingat serta bertambahnya pengetahuan
atau pemahaman Peserta didik. Dalam pendidkan agama metode ini bisa dipakai
dalam rangka mengajarkan baca tulis al-Qur’ar serta praktek-praktek ibadah.
7.
Metode
Demonstrasi Dan Eksperimen
Demonstrasi merupakan metode dengan
jalan pengajar memperlihatkan suatu proses kepada anak didik. Sedangkan
eksperimen merupakan metode dengan jalan memberikan kesempatan kepada anak
didik untuk mengerjakan serta mengamati proses dan hasil yang dikerjakannya.
Dalam pendidikan agama metode ini bisa dipakai untuk menjelaskan tentang
mengurus mayat, tata cara ibadah haji, dan sebagainya.
Metode ini digunakan untuk :
·
Memberikan
keterampilan tertentu
·
Mempermudah
berbagai jenis penjelasan karena penggunan bahasa lisan dalam metode ini
terbatas.
·
Mengurangi
proses interaksi edukasi yang bersifat verbalistik
·
Membantu
Pesera didik untuk memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuh
perhatian, sebab lebih menarik
8.
Metode Karya
Wisata Atau Sinau Wisata
Nana sudjana menyebut metode ini
dengan ” Field Trip”. Dalam pendidikan agama metode ini sangat baik digunakan
untuk lebih menanamkan keimanan kepada Peserta didik dengan mengunjungi
langsung tempat-tempat wisata dan lainnya untuk lebih mengenal ayat-ayat Allah
yang ada di alam ini.
9.
Metode Kerja
Kelompok
Yakni dengan memandang anak didik
kedalam satu kelompok sebagai satu kesatuan tersendiri, untuk mencapai suatu
tujuan tertentu dengan gotong royong. Sebagai metode interaksi edukatif, kerja
kelompok dapat diterapkan untuk berbagai bahan atau materi pelajaran untuk
berbagai macam tujuan proses belajar-mengajar.
10. Metode
Sistem Belajar Beregu (Team Teching)
Yakni metode mengajar sekelompok
Peserta didik dengan dihadapi oleh beberapa guru. Dalam metode ini kita juga
bisa mendatangkan para ahli dibidangnya atau pengajar non formal. Dengan metode
ini diharapkan pemahaman Peserta didik akan lebih luas dan mendalam.
11. Metode
Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Yakni metode pendidikan dengan
menyajikan bahan pelajaran dengan mengajak dan memotivasi Peserta didik untuk
memecahkan masalah dalam kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar. Metode ini
sangat baik untuk melatih siawa berfikir kritis dan dinamis terhadap suatu
masalah tertentu. Menurut Gagne (1985) kalau peserta didik dihadapkan pada
suatu masalah pada akhirnya mereka bukan hanya sekedar memecahkan masalah,
tetapi juga akan belajar sesuatu yang baru.
12. Metode
Proyek Dan Unit
Metode proyek yang disebut juga
sebagai metode unit merupakan metode mengajar dimana bahan pelajaran
diorganisir sedemikian rupa, sehingga merupakan suatu keseluruhan atau kesatuan
bulat yang bermakana dan mengandung suatu pokok masalah. Dalam metode ini anak
didik disuguhi bermacam-macam masalah dan anak didik bersama-sama menghadapi
masalah tersebut denga mengikuti langkah-;angkah tertentu secara ilmiah, logis
dan sistematis. Menurut J. Dewey langkah-langkah umum yang dipakai adalah
merealisir adanya suatu permasalahan, kemudian menyusun hipotesa yang kemudian
dilanjutkan dengan mengumpulkan data dan informasi. Data yang terkumpul
tentunya belumtentu benar dan sesuai dengan permasalahan kitasehingga perlu
dianalisis.
13. Metode
Uswatun Khasanah
Menurut Ahmad Fatoni metode ini
merupakn metode yang paling tua dan sulit. Yakni menyampaikan pendidikan agama
melalui contoh yang baik dari pendidiknya. Metode ini merupakan metode yang
mempunyai pengaruh besar dalam pendidikan agama islam. Bahkan menurut Ahmad
fatoni merupaknmetode yang menentukan keberhasilan dari pendidikan agama islam
kita semua tentu menyadari bahwa apa yang dilihat dan dilakukan oleh seorang
pendidik agama merupakan tambahan dari daya didiknya. Sehingga jika seorang
guru agama tidak mencerminkan tinakan yang agamis dalam perilaku kesehariannya
tentu akan melumpuhkan daya didiknya.
14. Metode
Anugerah.
Islam mengenalkan umatnya dengan
adanya pahala sebagai bentuk imbalan dari tindakan khasanahnya. Dan terbukti
bahwa pahala sangat mendorong seseorang untuk bertindak sesuai dengan ajaran
agamanya. Setiap manusia yang normal tentu mempunyai harapan dan keinginan. Hal
inilah yang dimanfaatkan oleh metode ini. Dengan adanya anugerah anak didik
didorong untuk mengerjakan perbuatan yang baik dan anugerah sebagai imbalannya.
Imbalan tersebut dapat berupa pujian, penghormatan, hadiah, tanda penghargaan,
dan lain sebagainya.
Pada dasarnya metode-metode yang kami jelaskan diatas
merupakan pilihan yang tentunya masih dapat dikembangkan. Dan tentunya
metode-metode yang dianggap baik masih bisa kita gunakan dalam proses interaksi
edukasi. Metode-metode diatas dengan berbagai tujuan yang hendak dicapainya
bukanlah metode-metode yang berdiri sendiri melainkan metode-metode yang perlu
untuk dikolaborasikan shingga proses interaksi edukasi yang ada akan lebih
menarik lagi. Untuk itu diperlukan kreatifitas dari pendidik dalam menggunakan
metode-metode tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam pengajaran agama Islam pada
khususnya tentunya memerlukan metode agar dalam proses belajar mengajar dan
hasil belajar akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Dalam kriteria
pengajaran PAI ada 4 hal yang harus diperhatikan dan metode yang relevan untuk
digunakan yaitu, :
1. Bahan yang
memerlukan pengamatan, metodenya yaitu metode ceramah, resitasi, atau proyek
2. Bahan yang
memerlukan keterampilan atau gerakan tertentu, metodenya yaitu
demonstrasi dan dril
3. Bahan yang
mengandung materi hafalan, metodenya yaitu, pemberian tugas dan tanya jawab
4. Bahan yang
mengandung unsur emosi, metodenya yaitu metode sosiodrama/bermain peran dan
service project
B.
Saran
Dengan selesainya makalah ini
tentunya masih banyak yang kurang dalam makalah ini maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak yang
terkait dengan mata kuliah ini.
DAFTAR PUTAKA
http://Ahmadi, Abu . 1976 . Metodik Khusus Mengajar
Agama . Semaran ...
Pusat Kurikulum Depdiknas. 2004. Standar Kompentensi
Mata Pelajaran Agama Islam Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyyah. Jakarta.
Depdiknas
Saliman & Sudarsono. Kamus Pendidikan, Pendidikan
dan Umum (Jakarta: Rineka Cipta, 1994).
Dahlan al-Barri & M. Pius A. Partanto. Kamus
Ilmiah Populer. (Surabaya : Arkola, 1994).
E. Mulyasa. Menjadi Guru Profesional “menciptakan
pembelajaran kreatif dan menyenangkan”. Hal. 107
Dr. Zakiah Drajat, dkk. Metode Khusus Pengajaran Agama
Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
-----------Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta:
Bumi Aksara, 2001
Ahmad Tafsir, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam
Bandung, Rajawali Press, 2004.
Prof.H.Sudjana, S.Pd, M.M, Strategi Pembelajaran,
Falah Production, Bandung 2000,hl 154
Usman Basyiruddin, Metode Pembelajaran Agama Islam,
Jakarta: Ciputat Pers, 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar