Rabu, 23 April 2014

METODE DEMONSTRASI, SOSIODRAMA DAN RESITASI



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan agama merupakan bagian penting dalam pendidikan untuk membentuk insan kamil. Agama Islam sebagai bagian dari sejumlah agama didunia, merupakan agama yang mempunyai pandangan hidup bahwa dunia adalah sesuatu yang fana dan permaianan belaka. Manusia beragama akan lebih mementingkan kehidupan akhirat sehingga ia akan menjadikan dunia ini sebagai lapangan kebajikan untuk memperoleh kehidupan yang sempurna di akhirat kelak. Salah satu jalan untuk mencapai kehidupan kamil ini adalah dengan adanya pendidikan agama, lebih khusus yakni pendidikan agama Islam sebagai agama yang dipeluk oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Namun demikian realitanya menunjukkan adanya kegagalan pendidikan agama Islam di lingkungan kita.
Pendidikan agama Islam sebagai bagian dari pendidikan agama Islam merupakan salah satu bagian dalam mencapai tujuan pendidikan untuk menjadikan manusia yang kamil. Pendidikan sebagai transfer of knowledge merupakan mata tombak utama dalam menyampaikan ajaran-ajaran yang tertuang dalam al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber utama ajaran agama Islam. Dimana dengan adanya pendidikan ini maka ajaran-ajaran agama dapat diwariskan kepada generasi berikutnya dan benar-benar terinternalisasi dalam diri generasi mendatang.
Salah satu alat pendidikan agama Islam yakni metode pendidikan agama Islam. Yang mana dengan menggunakan metode yang tepat maka ajaran-ajaran agama dapat diserap oleh anak didik dengan sebaik-baiknya. Metode yang tepat akan menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Sebagai seorang calon pendidik/pendidik agama Islam maka kita perlu mengetahui metode-metode dalam pendidikan agama Islam. Dengan mengetahui metode-metode tersebut maka kita diharapkan mampu menyampaikan materi-materi ajaran agama Islam dengan berbagai variasi sehingga tujuan pendidikan agama Islam dapat tercapai dengan lebih mudah. Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) mempunyai peran yang sangat strategis dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Mereka diharapkan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki para Peserta didik agar dapat menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Mereka adalah figur yang utama dalam menanamkan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam kerangka pembentukan sikap dan watak, serta perilaku akhlakul karimah melalui berbagai model pembelajaran yang dikembangkan di sekolah/madrasah. Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah atau di madrasah, dalam pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai permasahalan yang kurang menyenangkan. Seperti halnya proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah saat ini masih sebatas sebagai proses penyampaian “pengetahuan tentang Agama Islam.” Hanya sedikit yang arahnya pada proses internalisasi nilai-nilai Islam pada diri Peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru masih dominan ceramah. Proses internalisasi tidak secara otomatis terjadi ketika nilai-nilai tertentu sudah dipahami oleh Peserta didik. Artinya, metode ceramah yang digunakan guru ketika mengajar PAI berpeluang besar gagalnya proses internalisasi nilai-nilai agama Islam pada diri Peserta didik, hal ini disebabkan Peserta didik kurang termotivasi untuk belajar materi PAI (Saepul Hamdani, 2003: 1).
Seperti halnya metode pembelajaran agama Islam yang selama ini lebih ditekankan pada hafalan (padahal Islam penuh dengan nilai-nilai yang harus dipraktekkan dalam perilaku keseharian), akibatnya Peserta didik kurang memahami kegunaan dan manfaat dari apa yang telah dipelajari dalam materi PAI yang menyebabkan tidak adanya motivasi Peserta didik untuk belajar materi PAI.
Dalam upaya untuk merealisasikan pelaksanaan pendidikan agama Islam, guru dituntut untuk menguasai pengetahuan yang memadai dan teknik-teknik mengajar yang baik agar ia mampu menciptakan suasana pengajaran yang efektif dan efisien atau dapat mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Saepul Hamdani, 2003: 1).
Melihat kenyataan yang ada di lapangan, sebagian besar teknik dan suasana pengajaran di sekolah-sekolah yang digunakan para guru kita tampaknya lebih banyak menghambat untuk memotivasi potensi otak. Sebagai contoh, seorang peserta didik hanya disiapkan sebagai seorang anak yang harus mau mendengarkan, mau menerima seluruh informasi dan mentaati segala perlakuan gurunya. Dan yang lebih parah lagi adalah fakta bahwa semua yang dipelajari di bangku sekolah itu ternyata tidak integratif dengan kehidupan sehari-hari. Bahkan tak jarang realitas sehari-hariyang mereka saksikan bertolak belakang dengan pelajaran di sekolah. Budaya dan mental semacam ini pada gilirannya membuat Peserta didik tidak mampu mengaktivasi kemampuan otaknya. Sehingga mereka tidak memiliki keberanian menyampaikan pendapat, lemah penalaran dan tergantung pada orang lain (Indra Djati, 2003: 24). Untuk memilih metode dan teknik yang digunakan memang memerlukan keahlian tersendiri. Seorang pendidik harus pandai memilih metode dan teknik yang akan dipergunakan, dan teknik tersebut harus dapat memotivasi serta memberikan kepuasan bagi anak didiknya seperti hasil atau prestasi belajar Peserta didik yang semakin meningkat.
B.    Rumusan Masalah
1.        Apakah yang di maksud dengan metode pembelajaran Pendidikan agama Islam (PAI) ?
2.        Mengapa metodologi merupakan hal yang sangat penting dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) ?
3.        Apa sajakah Metode-Metode Pendidikan Agama Islam (PAI) ?
C.    Tujuan Masalah
1.    Untuk mengetahui pengertian metode pembelajaran dalam pendidikan agama islam (PAI)
2.    Untuk mengetahui sebagaimana pentingnya metodologi pendidikan agama islam (PAI)
3.    Untuk Mengetahui Metode-Metode Pendidikan Agama Islam (PAI)














BAB II
PENDAHULUAN
A.  Pengertian Metode Pembelajaran Pendidikan Agama
Secara harfiah kata metode adalah dari kata “method” yang berarti cara kerja ilmu pengetahuan manakala kata “metodologi (methodology)” adalah penyelidikan yang sistematis dan formulasi metode-metode yang akan digunakan dalam penelitian ilmiah. Menurut Al-Toumy Al-Syaibany metodologi adalah jalan yang dilalui atau diikuti untuk memberi paham kepada Pesera didik terhadap segala macam pelajaran dalam semua mata pelajaran. Sebagai suatu ilmu, metodologi merupakan bagian dari perangkat disiplin keilmuan yang menjadi induknya. Hampir semua ilmu pengetahuan mempunyai metodologi tersendiri. Oleh karena itu, ilmu pendidikan sebagai salah satu disiplin ilmu juga memiliki metodologi, yaitu metodologi pendidikan sebagai suatu ilmu pengetahuan tentang metode yang digunakan dalam pekerjaan mendidik. Pendidikan Islam merangkum metodologi pendidikan yang tugas dan fungsinya adalah memberikan jalan atau cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan Islam tersebut. Pelaksanaannya dalam ruang lingkup proses pendidikan yang berada dalam suatu sistem dan struktur kelembagaan yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.Dari uraian tersebut di atas, Al-Toumy Al-Syaibany (1980:399) memahaminya bahwa metodologi pendidikan pembelajaran Islam adalah segala segi kegiatan terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran agama seperti akidah, akhlak, tauhid, fiqhi dan sebagainya.
Berdasarkan defenisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa metodologi (pengajaran) Agama Islam adalah jalan atau cara yang diterapkan dalam proses belajar mengajar agama Islam, guna tercapainya tujuan dan cita-cita pendidikan Islam.
Konsep metode, fungsi dan perananya dalam proses pendidikan amatlah penting untuk menentukan dan menyampaikan cara atau jalan dalam mengajar, pikiran, pengetahuan, maklumat, keterampilan, pengalaman dan sikap untuk ditransferkan dari pengajar (guru) kepada pelajar (Peserta didik).
Di antara sesuatu hal yang harus dimiliki oleh guru dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai guru adalah menguasai metode pengajaran atau metodologi. Untuk itu pemilihan metode yang tepat sangat diharapkan agar Peserta didik memiliki gairah dan minat dalam menerima pelajaran yang disampaikan.
Oemar Hamalik berpendapat bahwa : “Seorang guru adalah sebagai pembimbing yang dapat membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab secara maksimum terhadap sekolah, keluarga serta masyarakat”(2002:89). Pengertian tersebut sangat jelas menunjukkan bahwa antara metode dan mengajar tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Para tokoh pendidikan juga tak pernah melepaskan sorotannya pada masalah metode mengajar. Berikut akan dikemukakan beberapa di antaranya:
1.    M.Atiyah al Abrasy mengemukakan bahwa: Metode adalah jalan yang kita ikuti untuk memberi paham kepada Pesera didik-Pesera didik dalam segala macam pelajaran. Metode merupakan rencana yang kita buat untuk diisi sebelum memasuki kelas.(1980 :551).
2.    Abd Rahim Ghunaimah mengemukakan “Metode adalah cara-cara yang praktis yang menyalurkan tujuan-tujuan dengan maksud pengajaran”(1980 : 504).
3.    Al Jumbalathy mengemukakan bahwa “Metode adalah cara-cara yang diikuti oleh guru untuk menyampaikan maksud ke otak Pesera didik” (1980: 267).
Menilik berbagai pendapat di atas, maka akan diperoleh gambaran bahwa metode belajar yang efektif yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh Peserta didik untuk mengubah tingkah lakunya, kecerdasan dan kreatifitas berpikirnya melalui proses diskusi atau perdebatan di dalam kelas, yang memberi kesempatan untuk membantah, memecahkan, mengeluarkan pendapat dan mempertahankannya, sehingga menumbuhkan kreatifitas berpikir dan berbicara yang baik bagi Peserta didik. Sesuai dengan firman Allah Swt dalam surah an-Nahl (16)125 yang Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Dengan metode belajar yang diberikan akan mengajak dan membiasakan Peserta didik untuk bersikap analisis dan deskriptif terhadap masalah-masalah yang ada. Dengan metode belajar yang efektif dapat membiasakan Peserta didik bersikap mandiri dan aktif dalam proses belajar mengajar. Dan diharapkan dapat menjadi salah satu model mengajar yang efektif dan efesien. Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi Peserta didik, baik masalah pribadi maupun kemasyarakatan, juga dapat berakibat positif bagi Peserta didik terutama untuk melatih mereka aktif dalam diskusi kelompok dengan mengemukakan dan kebebasan berpikir tetapi terkontrol dengan baik. Pentingnya kedudukan metode mengajar dalam proses pendidikan, ilmu pendidikan dan pekerjaan mengajar, maka para pendidik menaruh perhatian besar. Itulah sebabnya masalah metode mengajar ini diterapkan sebagai satu bagian dari ilmu pendidikan yang dikenal dengan istilah metodelogi.
Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi. Akan tetapi sajian yang dikemukakan pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta sintaks (prosedur) yang sifatnya prinsip, modifikasinya diserahkan kepada guru untuk melakukan penyesuaian, penulis yakin kreativitas para guru sangat tinggi.
a.   Metode Coorperative Learning
Sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning merupakan system pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama Peserta didik dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan Peserta didik untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok.
b.   Metode Direct Learning
Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Setidaknya adalah menyiapkan Peserta didik, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).
c.    Metode Problem Based Learning
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual Peserta didik, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar Peserta didik dapat berpikir optimal. Fokus pembelajaran terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin studi, melibatkan Peserta didik dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan pebelajar bekerja secara otonom mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya menghasilkan produk nyata.
d.   Metode Contextual Teaching and learning
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan Peserta didik, sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran Peserta didik menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas Peserta didik, Peserta didik melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi. Ada tujuh indokator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh Peserta didik partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha Peserta didik, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya darei berbagai aspek dengan berbagai cara).
Muhaiman (1999: 56), mengemukakan juga antara lain metode yang relevan dan efektif dalam pendidikan Islam, diantaranya sebagai berikut :

a.   Metode Diakronis
Metode diakronis disebut juga metode sosio-historis, yakni suatu metode pemahaman tentang suatu kepercayaan, sejarah atau kejadian, dengan melihatnya sebagai satu kenyataan yang mempunyai kesatuan yang mutlak dengan waktu, tempat, kebudayaan, golongan dan lingkungan tempat kepercayaan, sejarah kejadian itu muncul. Dengan metode ini, akan menyebabkan anak ingin mengetahui, memahami, menguraikan dan meneruskan ajaran-ajaran Islam dari sumber dasarnya yaitu, Al-Qur’an dan As-Sunnah serta pengetahuan tentang latar belakang masyarakatnya, sejarah budaya di samping sirah Nabi saw. dengan segala alam pikirannya.

b). Metode Sinkronik – Analitik
Metode pendidikan ini merupakan, suatu metode yang memberi kemampuan analisis teoritis yang sangat berguna bagi pelaksanaan perkembangan keimanan dan mental intelek. Metode ini tidak semata-mata mengutamakan segi pokok pelaksanaan atau aplikasi praktis. Teknik pengajarannya meliputi diskusi, lokakarya, seminar, kerja kelompok, resensi buku, lomba karya ilmiah dan sebagainya.

c). Metode Problem Solving
Metode Pendidikan Islam ini, merupakan pelatihan anak didik yang dihadapkan dengan berbagai masalah dan merupakan cabang ilmu pengetahuan dengan solusinya. Metode ini dapat dikembangkan melalui teknik simulasi. Dalam metode ini, cara penguasaan keterampilan yang lebih dominan di bandingkan dengan pengembangan mental – intelektual, sehingga terdapat kelemahan yakni perkembangan pikiran anak didik mungkin hanya terbatas pada kerangka yang sudah tetap dan akhirnya bersifat mekanistik.

d). Metode Empiris
Metode pendidikan ini merupakan, satu metode yang memungkinkan anak didik mempelajari ajaran Islam melalui proses realisasi, aktualisasi serta internalisasi norma-norma dan kaidah Islam melalui satu proses aplikasi yang menimbulkan suatu interaksi sosial. Keuntungan metode ini, akan membuat anak didik tidak hanya memiliki kemampuan secara teoritis – normatif, tetapi juga adanya pengembangan deskriftif.

e). Metode Induktif
Metode pendidikan Islam ini adalah, yang dilakukan oleh pendidikan dengan cara mengerjakan materi yang khusus (Juz’iyah) menuju pada kesimpulan yang umum. Tujuan metode ini agar anak didik dapat mengenali kebenaran-kebenaran dan hukum-hukum umum setelah melalui riset.

f). Metode Deduktif
Metode pendidikan ini adalah, mendidik melalui cara menampilkan kaidah umum yang kemudian menjabarkannya dengan berbagai contoh masalah sehingga menjadi terurai.Pada dasarnya, metode pendidikan Islam sangat efektif dalam membina kepribadian anak didik dan memotivasi mereka sehingga aplikasi metode ini memungkinkan puluhan ribu kaum mukminin dapat membuka hati manusia untuk menerima petunjuk Ilahi dan konsep-konsep peradaban Islam.

B.    Pentingnya Metodologi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Metodologi merupakan hal yang sangat penting dalam Pendidikan Agama Islam ( PAI ). Metode adalah suatu cara mengajar, yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Semakin baik metode yang digunakan, maka akan semakin efektif dan efisien pula pencapaian tujuannya. Dalam metode mangajar, faktor guru, Peserta didik, bahan yang akan diajarkan, situasi, sarana, prasarana, serta fasilitas-fasilitas lainnya sangat besar pengaruhnya. Dengan banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi di dalam penggunaan suatu metode, maka sebenarnya cukup sulit bagi seorang guru untuk menetapkan metode yang paling baik dan harus dipakai di dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam agar pembelajaran tersebut berhasil.
Metodologi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Depdiknas, 2002 : 741 ) , berarti “ ilmu tetang metode; uraian tentang metode”. Sedangakan metode, menurut kamus yang sama ( 2002 : 740) , berarti : ”Cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”. Sedangkan metode mengajar, Zuhairini dkk. ( 1981 : 68 ) memberikan definisi sebagai berikut: ”Metode mengajar adalah : merupakan salah satu komponen dari pada proses pendidikan.merupakan alat mencapai tujuan, yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar. merupakan kebulatan dalam suatu sistem pendidikan”.Bertitik tolak dari pengertian metode mengajar tersebut, Zuhairini dkk. (1981 : 69) merumuskan pengertian Metodologi Pendidikan Agama Islam seperti berikut ini : “... segala usaha yang sistematis dan pragmatis untuk mencapai tujuan pendidikan agama, dengan melalui berbagai aktivitas, baik di dalam maupun di luar kelas dalam lingkungan sekolah”.Seorang guru dituntut untuk mampu memadukan berbagai metode yang relevan. Untuk pembelajaran shalat, misalnya, seorang guru harus mampu menggunakan metode ceramah, tanya jawab , latihan, serta harus memberi keteladanan bagi anak didiknya. Menurut ajaran Islam, melaksanakan pendidikan agama adalah merupakan perintah dari Allah dan ibadah kepada-Nya. Karena itu harus dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh guru.
Seorang guru harus senantiasa membekali dirinya dengan berbagai kemampuan . Kemampuan intelektual dan metodologis, serta kepribadian dan akhlak mulia harus dimiliki seorang guru. Karena keteladanan mutlak harus dimiliki guru agar ia dapat berperan sebagaimana mestinya sebagai guru Pendidikan Agama Islam. Karena pendidikan merupakan perintah Allah, maka Allah banyak memberikan petunjuk tentang masalah pendidikan ini. Surah Al-Alaq ayat 1 – 5 yang merupakan wahyu yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW. sarat dengan petunjuk-Nya tentang pendidikan. Ayat pertama surah ini merupakan perintah membaca ( اِقْرَا ). Membaca merupakan salah satu aktivitas dalam pendidikan yang tidak dapat diabaikan, baik membaca yang tertulis maupun membaca fenomena alam yang tidak tertulis. Erwati Aziz di dalam bukunya Prinsip-prinsip Pendidikan Islam ( 2003 : 2 ), mengungkapkan bahwa para ahli pendidikan Islam, seperti Hasan Langgulung, Muhammad Fadhil Jamali, dan Fathiyah Hasan Sulaeman, senantiasa memasukkan wahyu pertama ini sebagai ayat pendidikan. Mereka juga mengemukakan bahwa gaya bahasa dan ungkapan ayat-ayat Al-Quran menunjukkan bahwa ia mengandung nilai-nilai metodologis yang beragam sesuai dengan sasaran yang dihadapinya. Salah satu ayat yang sarat dengan nilai metodologis yaitu Surah An-Nahl ayat 125 : اُدْعُ إِلَي سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ  “Serulah ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik....” .Bagian ayat اُدْعُ إِلَي سَبِيْلِ رَبِّكَ adalah mengajarkan agama, sedang بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ itu adalah metode ( Abu Ahmadi, 1976 : 28 ).Salah satu metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah pembiasaan dan pengamalan ; sebuah metode yang diisyaratkan secara implisit di dalam Surah Al Alaq. Pada waktu turun wahyu tersebut perintah iqra diulang-ulang oleh Malaikat Jibril. Latihan dan pengulangan yang merupakan metode praktis untuk memahami suatu materi pelajaran termasuk dalam metode ini. Dalam pegamalan ajaran agama , pembiasaan ini sangat penting , karena bila sudah terbiasa melakukannya dengan baik sejak kecil akan sulit untuk berubah dari kebiasaan tersebut.

C.    Metode-Metode Pendidikan Agama Islam
Pada dasarnya metode yang dipakai dalam pendidikan secara umum tidak beda jauh dengan metode yang dipakai dalam pendidikan agama islam. Metode-meyode yang dipakai dalam pendidikan agama islam banyak macamnya dan tentu saja dapat kita kembanagkan.
Abdur-Rahaman an-Nahlawi sebagaimana yang dikutip oleh Ernawati aziz mengemukakan beberapa metode pendidikan islam sebagaimana berikut :
a)   Metode hiwar (percakapan) Qur’ani dan Nabawi.
b)   Kisah-kisah Qur’ani dan Nabawi
c)   Amtsal Qur’ani dan Nabawi.
d)   Teladan
e)   Pembiasaan dan pengamalan
f)    Ibroh dan Mau’idzoh
g)   Targhib dan tarhib

Sedangkan A. Patoni menyebutkan lima belas metode yang bisa dipakai dalam pendidikan agama islam yakni :metode ceramah, tanya jawab, diskusi/ musyawarah atau sarasehan, tugas, permainan dan simulasi, latihan siap, demonstrasi dan eksperimen, karya wisata atau sinau wisata, kerja kelompok, sosiodrama dan bermain peran, sistem belajar beregu, pemecahan masalah, proyek dan unit, uswatun khasanah, dan metode anugerah. Secara garis besar beberapa ahli juga menjelaskan hal yang sama tentang metode-metode yang bisa dipakai dalam pendidikan sebagaimana yang kami sebutkan diatas. Dan disini kami akan mencoba menjelaskan beberapa metode sebagaimana yang kami sebut diatas.
1.  Metode Ceramah
Metode ini sering juga disebut sebagai ”one man show method” merupakan bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan secara lisan  oleh seseorang terhadap sekelompok pendengar. Metode ini sangat tepat jika digunakan untuk menyampaikan suatu informasi. Kelebihan metode ini adalah:
a.    Biayanya murah
b.    Dapat menyajikan pelajaran kepada Pesera didik dalam jumlah yang besar dalam waktu yang sama
c.    Mudah mengulang lagi jika diperlukan, Seorang guru yang mampu berceramah dengan baik akan menjadikan materi yang disampaikan lebih menarik
d.    Memberikan pengalaman keada Pesera didik untuk belajar mendengar dan memahami dengan baik perkataan orang lain
e.    Memberi pengalaman kepada Pesera didik untuk membuat catatan-catatan kecil (membuat ringkasan)
f.     Materi yang ddisusun dengan sisitematis dapat dapat menghemat waktu belajar

Namun demikian metode ini juga memiliki kelemahan. Kelemahan metode ini adalah:
a.  Perhatian Pesera didik hanya pada guru dan terkadang guru dianggap paling benar. Sehingga dalam metode ini gurulah yang aktif.
b.  Terdapat unsur paksaaan, yakni Pesera didik harus mendengar apa yang disampaikan guru dan menganggapnya benar setiap jalan fikiran guru.
c.   Pada pendidikan dasar metode ini kurang baik jika dilaksanakan 100%. Hal tersebut dikarenakan dimungkinkan adanya keengganan Pesera didik untuk bertanya terhadap istilah atau sesuatu yang belu  difahami oleh Pesera didik.
Dalam pendidikan agama metode ini sangat tepat untuk menyampaikan materi tentang tauhid. Karena tauhid merupakan materi yang sukar untuk didiskusikan serta tidak dapat diperagakan.

2.     Metode Tanya Jawab
Metode ini merupakan metode yang memungkikan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic. Metode yang biasanya dipadukan dengan metode ceramah ini mempunyai fungsi sebgai tolak ukur utuk mengetahui tingkat pemahaman Peserta didik serta untuk memberikan latihan dan kesempatan kepada Peserta didik untuk bertanya terhadap materi yang belum dikuasai. Sikap guru dalam menerima jawaban dari anak didik adalah jangan mematahkan semangat serta jangan terlalau menonjolkan kesalahan Pesera didik yang dapat mengurangi harga dirinya didepan yang lain. Dalam pendidikan agama metode ini dapat digunakan sebagai jalan untuk segera menemukan kesalahfahaman terhadap materi agama. Karena kesalahan kecil dapat menimbulkan madhorot yang sangat besar jika seorang Pesera didik memahami hal agama tidak sesuai dengan apa yang guru sampaiakan.

3.  Metode Diskusi/ Musyawarah atau Sarasehan
Diskusi merupakan metode dengan jalan saling tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu. Fungsi dari diskusi adalah untuk merangsang Pesera didik untuk berfikir dan mengeluarkan pendapatnya sendiri, serta ikut menyumbangkan fikiran dalam suatu masalah. Juga sebagai sarana mengambil satu jawaban yang aktual atau suatu rangkaian jawaban yang didasarkan atas pertimbangan yang seksama. Keistimewaan metode ini dalam pendidikan agama antara lain :
·        Mendidik Pesera didik untuk saling bertukar nformasi, pikiran dan pendapat
·        Memberikan kesempatan Pesera didik untuk menghayati pembaharuan suatu problematika secara bersama-sama.
·        Memberikan kesempatan Pesera didik untuk memperoleh penjelasan-penjelasan dari berbagai sudut pandang dan sumber.
·        Memberikan kesempatan kepada Pesera didik untuk berdiskusi dibawah asuhan guru
·        Mengembangkan solidaritas dan sikap toleransi terhdap berbagai pendapat yang bervariasi.
·        Membina Pesera didik untuk berfikir matang sebalum bicara.
·        Mengajarkan kepada Pesera didik untuk berfikir dan menyampaiakan pendapat secara logis dan sistematis.
Namun demikian biasanya diskusi hanya berjalan diantara Pesera didik-Pesera didik yang pandai bicara saja. Sehingga diperlukan pimpinan diskusi yang lihai untuk memandu sebuah diskusi.

4.  Metode Tugas
Yakni suatu cara dimana dalam proses belajar mengajar guru memberikan tugas tertentu kepada Pesera didik untuk dikerjakan yang kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru tersebut. Dalam istilah lama metode ini kita kenal sebagai PR ”Pekerjaan Rumah”. Namun dalam pengertian baru tugas diartikan sebagai suatu perencanaan atau pengorganisasian bersama antara Pesera didik mengenai sesuatu hal. Keistimewaan metode ini adalah :
·        Pesera didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri.
·        Baik sekali untuk mengisi waktu luang dengan masalah-maslah yang konstruktif
·        Membiasakan anak untuk giat belajar.
·        Pesera didik dapat belajar dan bekerja dalam suasana yang demokratis.

5.     Metode Permainan Dan Simulasi
Metode ini merupakan bentuk pendidikan dengan menduplikasikan bagian-bagian peting dalam bentuk yang sesungguhnya kedalam bentuk permainan. Simulasi merupakan cara menjelaskan sesuatu melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau melalui proses tingkah laku imitasi, atau bermain peranan mengenai suatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebanarnya. Bentuk dari permainan simulasi ada beberapa macam antara lain : peer teaching (latihan mengajar oleh Peserta didik kepada teman-teman calon guru), sosiodrama, psikodrama, simulasi game, role playing. Metode ini merupakan metode yang dipakai jika seorang guru bertujuan untuk melatih Peserta didik berbaur dalam masyarakat dengan berbagai problematikanya. Sehingga Peserta didik belajar untuk bertindak dan bertingkah laku dalam situasi sosial tertentu. Dalam pendidikan agama metode ini sangat cocok digunakan untuk menanamkan akhlakul karimah dalam diri Peserta didik.

6.     Metode Latihan Siap
Metode ini biasanya dipakai untuk materi-materi yang bersifat motoris dan keterampilan. Metode ini digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan yang biasanya memerlukan latihan secara terus-menerus terhadap suatu bahan pelajaran. Hasil dari metode ini adalah menambah daya fikir atau daya ingat serta bertambahnya pengetahuan atau pemahaman Peserta didik. Dalam pendidkan agama metode ini bisa dipakai dalam rangka mengajarkan baca tulis al-Qur’ar serta praktek-praktek ibadah.

7.     Metode Demonstrasi Dan Eksperimen
Demonstrasi merupakan metode dengan jalan pengajar memperlihatkan  suatu proses kepada anak didik. Sedangkan eksperimen merupakan metode dengan jalan memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mengerjakan serta mengamati proses dan hasil yang dikerjakannya. Dalam pendidikan agama metode ini bisa dipakai untuk menjelaskan tentang mengurus mayat, tata cara ibadah haji, dan sebagainya.
Metode ini digunakan untuk :
·        Memberikan keterampilan tertentu
·        Mempermudah berbagai jenis penjelasan karena penggunan bahasa lisan dalam metode ini terbatas.
·        Mengurangi proses interaksi edukasi yang bersifat verbalistik
·        Membantu Pesera didik untuk memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuh perhatian, sebab lebih menarik

8.     Metode Karya Wisata Atau Sinau Wisata
Nana sudjana menyebut metode ini dengan ” Field Trip”. Dalam pendidikan agama metode ini sangat baik digunakan untuk lebih menanamkan keimanan kepada Peserta didik dengan mengunjungi langsung tempat-tempat wisata dan lainnya untuk lebih mengenal ayat-ayat Allah yang ada di alam ini.

9.     Metode Kerja Kelompok
Yakni dengan memandang anak didik kedalam satu kelompok sebagai satu kesatuan tersendiri, untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan gotong royong. Sebagai metode interaksi edukatif, kerja kelompok dapat diterapkan untuk berbagai bahan atau materi pelajaran untuk berbagai macam tujuan proses belajar-mengajar.

10.  Metode Sistem Belajar Beregu (Team Teching)
Yakni metode mengajar sekelompok Peserta didik dengan dihadapi oleh beberapa guru. Dalam metode ini kita juga bisa mendatangkan para ahli dibidangnya atau pengajar non formal. Dengan metode ini diharapkan pemahaman Peserta didik akan lebih luas dan mendalam.

11. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Yakni metode pendidikan dengan menyajikan bahan pelajaran dengan mengajak dan memotivasi Peserta didik untuk memecahkan masalah dalam kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar. Metode ini sangat baik untuk melatih siawa berfikir kritis dan dinamis terhadap suatu masalah tertentu. Menurut Gagne (1985) kalau peserta didik dihadapkan pada suatu masalah pada akhirnya mereka bukan hanya sekedar memecahkan masalah, tetapi juga akan belajar sesuatu yang baru.

12. Metode Proyek Dan Unit
Metode proyek yang disebut juga sebagai metode unit merupakan metode mengajar dimana bahan pelajaran diorganisir sedemikian rupa, sehingga merupakan suatu keseluruhan atau kesatuan bulat yang bermakana dan mengandung suatu pokok masalah. Dalam metode ini anak didik disuguhi bermacam-macam masalah dan anak didik bersama-sama menghadapi masalah tersebut denga mengikuti langkah-;angkah tertentu secara ilmiah, logis dan sistematis. Menurut J. Dewey langkah-langkah umum yang dipakai adalah merealisir adanya suatu permasalahan, kemudian menyusun hipotesa yang kemudian dilanjutkan dengan mengumpulkan data dan informasi. Data yang terkumpul tentunya belumtentu benar dan sesuai dengan permasalahan kitasehingga perlu dianalisis.

13. Metode Uswatun Khasanah
Menurut Ahmad Fatoni metode ini merupakn metode yang paling tua dan sulit. Yakni menyampaikan pendidikan agama melalui contoh yang baik dari pendidiknya. Metode ini merupakan metode yang mempunyai pengaruh besar dalam pendidikan agama islam. Bahkan menurut Ahmad fatoni merupaknmetode yang menentukan keberhasilan dari pendidikan agama islam kita semua tentu menyadari bahwa apa yang dilihat dan dilakukan oleh seorang pendidik agama merupakan tambahan dari daya didiknya. Sehingga jika seorang guru agama tidak mencerminkan tinakan yang agamis dalam perilaku kesehariannya tentu akan melumpuhkan daya didiknya.

14. Metode Anugerah.
Islam mengenalkan umatnya dengan adanya pahala sebagai bentuk imbalan dari tindakan khasanahnya. Dan terbukti bahwa pahala sangat mendorong seseorang untuk bertindak sesuai dengan ajaran agamanya. Setiap manusia yang normal tentu mempunyai harapan dan keinginan. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh metode ini. Dengan adanya anugerah anak didik didorong untuk mengerjakan perbuatan yang baik dan anugerah sebagai imbalannya. Imbalan tersebut dapat berupa pujian, penghormatan, hadiah, tanda penghargaan, dan lain sebagainya.
Pada dasarnya metode-metode yang kami jelaskan diatas merupakan pilihan yang tentunya masih dapat dikembangkan. Dan tentunya metode-metode yang dianggap baik masih bisa kita gunakan dalam proses interaksi edukasi. Metode-metode diatas dengan berbagai tujuan yang hendak dicapainya bukanlah metode-metode yang berdiri sendiri melainkan metode-metode yang perlu untuk dikolaborasikan shingga proses interaksi edukasi yang ada akan lebih menarik lagi. Untuk itu diperlukan kreatifitas dari pendidik dalam menggunakan metode-metode tersebut.





















BAB III
PENUTUP


A.   Kesimpulan
Dalam pengajaran agama Islam pada khususnya tentunya memerlukan metode agar dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Dalam kriteria pengajaran PAI ada 4 hal yang harus diperhatikan dan metode yang relevan untuk digunakan yaitu, :
1.    Bahan yang memerlukan pengamatan, metodenya yaitu metode ceramah, resitasi, atau proyek
2.    Bahan yang memerlukan keterampilan atau gerakan tertentu, metodenya  yaitu demonstrasi dan dril
3.    Bahan yang mengandung materi hafalan, metodenya yaitu, pemberian tugas dan tanya jawab
4.    Bahan yang mengandung unsur emosi, metodenya yaitu metode sosiodrama/bermain peran dan service project

B.   Saran
Dengan selesainya makalah ini tentunya masih banyak yang kurang dalam makalah ini maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak yang terkait dengan  mata kuliah ini.














DAFTAR PUTAKA
http://Ahmadi, Abu . 1976 . Metodik Khusus Mengajar Agama . Semaran ...
Pusat Kurikulum Depdiknas. 2004. Standar Kompentensi Mata Pelajaran Agama Islam Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyyah. Jakarta. Depdiknas
Saliman & Sudarsono. Kamus Pendidikan, Pendidikan dan Umum (Jakarta: Rineka Cipta, 1994).
Dahlan al-Barri & M. Pius A. Partanto. Kamus Ilmiah Populer. (Surabaya : Arkola, 1994).
E. Mulyasa. Menjadi Guru Profesional “menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan”. Hal. 107
Dr. Zakiah Drajat, dkk. Metode Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
-----------Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2001
Ahmad Tafsir, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam Bandung, Rajawali Press, 2004.
Prof.H.Sudjana, S.Pd, M.M, Strategi Pembelajaran, Falah Production, Bandung 2000,hl 154
Usman Basyiruddin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002


Tidak ada komentar:

Posting Komentar